21 Agustus 2025
10:44 WIB
Suku Bunga BI Bakal Turun Lagi Setelah 4 Kali? Ini Kata Gubernur BI
BI mencermati peluang penurunan suku bunga acuan lanjutan ke depan. BI terus mencermati ruang penurunan BI-Rate untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi sesuai kapasitasnya.
Penulis: Fitriana Monica Sari
Editor: Khairul Kahfi
Jajaran Dewan Gubernur Bank Indonesia dalam RDG BI edisi Agustus 2025, Jakarta, Rabu (20/8). Dok Bank Indonesia
JAKARTA - Gubernur BI Perry Warjiyo menyatakan, pihaknya tengah mencermati peluang kembali menurunkan suku bunga acuan (BI-Rate) ke depan. Hal ini menyusul langkah pemangkasan suku bunga sebanyak empat kali tahun ini, masing-masing sebesar 25 bps pada Januari, Mei, Juli, dan Agustus 2025.
Adapun jika ditarik lebih jauh, bank sentral sudah mulai menurunkan BI-Rate sejak September 2024 atau setelah periode pengetatan moneter. Kala itu, BI-Rate dipangkas sebesar 25 bps menjadi di level 6%.
Meski ada peluang penurunan suku bunga moneter, Perry mengatakan, ruang penurunan BI-Rate akan mempertimbangkan berbagai faktor. Salah satunya, proyeksi inflasi dua tahun ke depan, khususnya inflasi inti.
Bank sentral meyakini tingkat inflasi terutama inflasi inti pada 2025-2026 akan tetap rendah, yakni di kisaran 2,5%.
“Nah, karena tetap rendahnya ini (inflasi inti), tentu saja memberikan ruang bagi penurunan suku bunga yang kami sudah tempuh empat kali ini dan kami terus mencermati ruang penurunan suku bunga ke depan,” kata Perry dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Agustus 2025 secara daring di Jakarta, Rabu (20/8).
Baca Juga: Lagi, BI Pangkas Suku Bunga 25 Bps Jadi 5% Pada Agustus 2025
Selain inflasi, Bank Indonesia juga melihat capaian pertumbuhan ekonomi domestik yang diperkirakan berada di atas titik tengah kisaran 4,6-5,4%, masih di bawah kapasitas potensial perekonomian Indonesia sesungguhnya.
Sementara itu, nilai tukar rupiah juga diperkirakan stabil dengan kecenderungan menguat.
"Istilah teknisnya output gap. Kesenjangan output-nya masih negatif. Artinya, kapasitas perekonomian masih lebih besar dari permintaan. Karenanya, kami sudah menurunkan suku bunga empat kali dan kami terus akan mencermati ruang penurunan suku bunga lebih lanjut," sambungnya.
Ke depan, Bank Indonesia masih akan terus mencermati ruang penurunan suku bunga untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, sesuai dengan kapasitas perekonomian nasional, sejalan dengan tetap rendahnya perkiraan inflasi.
"Tentu saja, itu (penurunan BI-Rate) dengan tetap mempertahankan stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian global," imbuhnya.
Bank Indonesia terus memperkuat respons kebijakan stabilisasi, termasuk intervensi terukur di pasar off-shore Non-Deliverable Forward (NDF) dan strategi triple intervention pada transaksi spot, Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF), dan Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder.
Baca Juga: BI: Pertumbuhan Kredit Bank Juli 2025 Makin Melambat Jadi 7,03%
Seluruh instrumen moneter juga terus dioptimalkan. Hal ini termasuk penguatan strategi operasi moneter pro-market melalui optimalisasi instrumen moneter Bank Indonesia untuk memperkuat efektivitas kebijakan dalam menarik aliran masuk investasi portofolio asing dan mendukung stabilitas nilai tukar rupiah.
Instrumen tersebut, antara lain Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI), dan Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI).
Sekadar informasi, inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Juli 2025 tercatat rendah sebesar 2,37% (yoy). Sementara, inflasi inti turun menjadi 2,32% (yoy).
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hingga 19 Agustus 2025, menguat sebesar 1,29% (point-to-point/ptp) dibandingkan dengan posisi akhir Juli 2025. Sementara itu, ekonomi kuartal II/2025 tumbuh sebesar 5,12% (yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi kuartal I/2025 sebesar 4,87% (yoy).