c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

23 Februari 2024

16:23 WIB

Standardisasi Charger Motor Listrik Tengah Digarap, Ini Urgensinya

Penyamaan standar baterai dan pengisian daya dilakukan demi keamanan.

Penulis: Yoseph Krishna

Standardisasi Charger Motor Listrik Tengah Digarap, Ini Urgensinya
Standardisasi Charger Motor Listrik Tengah Digarap, Ini Urgensinya
Motor listrik Honda EM1 e:. Antara Foto/M Risyal Hidayat

JAKARTA - Staf Khusus Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Bidang Percepatan Pengembangan Industri Agus Tjahajana mengungkapkan Badan Standardisasi Nasional (BSN) saat ini tengah menggarap universalitas charger kendaraan listrik.

Penyamaan standar itu, sambung Agus, dikhususkan bagi sepeda motor listrik yang relatif lebih sederhana dibanding kendaraan listrik roda empat.

"Kayaknya sudah hampir selesai, tapi itu baru baterai untuk motor ya, mobil agak sulit. Bayangkan saja misal Fortuner dan CR-V itu sama tidak? Naro baterainya aja belum tentu sama jadi bagaimana standardisasinya," ujar Agus di Kantor Kementerian ESDM, Jumat (23/2).

Menurut dia, universalitas pengisi daya motor listrik bertujuan menjamin keamanan hingga ketahanan unit EV terhadap air untuk menerjang genangan ketika hujan.

"Biasanya standard baterai itu lebih ke arah safety, lalu ketahanan terhadap air, itu yang utama," tambah dia.

Baca Juga: Tarif Cas Kendaraan Listrik di SPKLU Rp25 Ribu-Rp57 Ribu

Adapun standar yang tengah digarap oleh BSN, sambungnya, diutamakan dari sisi baterai. Kemudian, standard pada aspek perdagangan, misalnya kesamaan colokan.

Sedangkan untuk standard bahan baku, menurutnya sulit untuk disamakan. Pasalnya, Agus menjelaskan teknologi akan terus berkembang dari waktu ke waktu.

"Itu (bahan baku) kan teknologi. Hari ini bikin LFP, besok pakai NMC, istilahnya teknologi itu berkembang terus. Tapi, standar safety tidak bisa ditawar," katanya.

Baca Juga: Sebab Motor Listrik Sepi Peminat: Masyarakat Masih Percaya Merek Besar

BSN sendiri menggarap universalitas charger EV itu bersama-sama dengan pelaku usaha. Artinya, jika ada perusahaan yang keberatan dengan standard yang ditetapkan bisa langsung melayangkan protes dan usulan.

"Jadi kalau standard itu berlaku di BSN setelah jadi standard emisi di Indonesia itu hanya sebagai standard atau rujukan saja. Standard baterai nanti akan ditentukan oleh Menteri Perindustrian," takata Agus.

Lebih lanjut, Agus menegaskan penyamaan standard baterai kendaraan listrik maupun fasilitas pengisian daya tak ada kaitannya dengan harga setiap unit EV.

Menurut dia, standard keamanan harus menjadi prioritas dan harus mengesampingkan soal harga.

"Standard keamanan tidak ada urusan murah atau mahal. Untuk keamanan ya, keselamatan itu misal overheat, lalu kalau ada bocor air banjir, itu yang utama," pungkasnya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar