05 Mei 2023
20:40 WIB
Penulis: Khairul Kahfi
JAKARTA – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebutkan, pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,03% (yoy) pada kuartal I/2023 berhasil melanjutkan tren yang kuat. Selain itu, perekonomian nasional kembali menunjukkan resiliensi di tengah dinamika perekonomian global yang terus melambat.
“Angka (pertumbuhan) ini melampaui sebagian besar prediksi analis pasar, serta berada di atas China yang tumbuh 4,5% pada kuartal yang sama,” jelasnya dalam keterangan tertulis, Jakarta, Jumat (5/5).
Dirinya pun melanjutkan, bahwa kelanjutan pertumbuhan positif ini didukung oleh aktivitas konsumsi masyarakat. Konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar 4,5% (yoy), menguat dibanding pertumbuhan kuartal I/2022 (4,3%) dan tumbuh positif 0,2% (quarter to quarter/qtq).
Situasi ini mencerminkan terjaganya penguatan daya beli masyarakat yang ditopang oleh stabilitas harga di dalam negeri, serta meningkatnya pendapatan masyarakat seiring dengan keberlanjutan penciptaan lapangan kerja.
“Dalam hal ini, APBN berperan penting baik sebagai shock absorber dalam meredam tekanan inflasi global, maupun dalam mendorong penguatan aktivitas ekonomi,” sebutnya.
Selanjutnya, konsumsi pemerintah kembali tumbuh positif sebesar 4,0% (yoy), dan mendorong aktivitas sektor swasta. Percepatan penyerapan belanja APBN, khususnya Bantuan Operasional Sekolah (BOS), mendorong pertumbuhan konsumsi pemerintah di kuartal ini.
Baca Juga: Pertumbuhan Ekonomi Kuartal I/2023 Berhasil Tembus 5,03%
Komponen belanja APBN yang termasuk ke dalam konsumsi pemerintah, seperti belanja barang tumbuh tinggi sebesar 36,4% serta belanja pegawai tumbuh 1,2%.
Selain itu, belanja negara terus dioptimalkan untuk mendukung keberlanjutan pemulihan ekonomi. Seraya menjaga daya beli masyarakat melalui program bantuan sosial.
“Hal ini juga menunjukkan, bahwa konsolidasi fiskal yang dilakukan oleh pemerintah di tahun 2023 tidak menahan laju percepatan pertumbuhan ekonomi nasional,” paparnya.
Adapun, ekspor bersih menjadi kontributor terbesar kedua pertumbuhan ekonomi, setelah konsumsi rumah tangga. Ekspor riil masih tumbuh kuat sebesar 11,7% (yoy) pada kuartal I/2023.
Meski dihadapkan dengan perlambatan perekonomian dunia dan tren moderasi harga komoditas, Menkeu Sri menilai, pertumbuhan volume ekspor hilirisasi SDA seperti besi baja (HS 72) tumbuh kuat sebesar 8,9% pada kuartal ini.
“Kinerja positif ekspor memberikan hasil yang baik bagi neraca perdagangan Indonesia yang mencatatkan surplus US$12,19 miliar sepanjang kuartal I/2023,” katanya.
Selama kuartal I, ekspor jasa juga dalam tren yang meningkat terlihat dari peningkatan kedatangan wisatawan asing ke Indonesia yang mencapai lebih dari 2,2 juta orang atau tumbuh 508,9% (yoy). Sementara itu, seiring dengan kebutuhan ekspansi produksi dalam negeri, impor tumbuh positif sebesar 2,8% (yoy).
Pertumbuhan Ekonomi Sisi Produksi
Dari sisi produksi, sektor-sektor unggulan tetap tumbuh positif, termasuk sektor primer. Sektor pertanian tumbuh relatif moderat sebesar 0,3% (yoy), salah satunya disebabkan oleh pergeseran masa panen ke kuartal II akibat perubahan cuaca.
Sementara itu, subsektor tanaman perkebunan tumbuh sebesar 4,7% sejalan dengan tingginya permintaan komoditas sawit. Sektor pertambangan masih tumbuh kuat sebesar 4,9% di tengah moderasi harga komoditas global.
“Perekonomian nasional terus menunjukkan resiliensi, baik dari sisi konsumsi maupun produksi. Bahkan di saat harga komoditas termoderasi dan mulai menurun, sektor pertambangan Indonesia tetap dapat tumbuh sebesar 4,9%,” lanjut Sri Mulyani.
Sektor manufaktur dan perdagangan menjadi kontributor utama dari sisi produksi. Sektor manufaktur tumbuh sebesar 4,4% (yoy) ditopang oleh masih kuatnya permintaan domestik menjelang bulan Ramadan dan tingginya permintaan atas komoditas hilirisasi, seperti CPO dan olahan mineral.
Pertumbuhan subsektor pengolahan makanan dan minuman serta pengolahan logam dasar tumbuh masing-masing sebesar 5,3% dan 15,5% pada kuartal I/2023.
“Sementara itu, sektor alat angkutan mampu tumbuh signifikan sebesar 17,3%, didorong oleh peningkatan permintaan kendaraan baru menjelang hari raya Idulfitri serta peningkatan produksi kendaraan bermotor listrik,” terangnya.
Sejalan dengan pertumbuhan sektor manufaktur yang cukup kuat, sektor perdagangan juga tumbuh tinggi sebesar 4,9%, terutama didorong oleh pertumbuhan perdagangan otomotif sebesar 6,9%.
Baca Juga: Tumbuh 2,23%, Jumlah Pekerja Indonesia Capai 138,6 Juta Orang
Sektor penunjang pariwisata melanjutkan pemulihan yang kuat dan kembali tumbuh dua digit di kuartal satu. Sektor transportasi dan akomodasi masing-masing tumbuh sebesar 15,9% dan 11,6% (yoy).
Arus pariwisata terutama mancanegara terus masuk dengan kuat ke dalam negeri. Rata-rata level kunjungan turis asing terus naik di kuartal pertama mencapai 750 ribu orang/bulan dan mulai mendekati tingkat kunjungan prapandemi (1,2 juta).
Relaksasi pembatasan sosial di dunia, terutama relaksasi restriksi mobilisasi di Tiongkok, mendorong keberlanjutan pemulihan sektor ini. “Selain itu, penyelenggaraan gelaran baik level nasional maupun internasional juga mendorong daya tarik Indonesia sebagai destinasi wisata,” ucapnya.
Secara spasial, tren pertumbuhan positif juga terjadi di semua kawasan. Pulau Jawa sebagai kontributor utama perekonomian, tumbuh relatif kuat di level 5,0% (yoy).
“Aktivitas sektor manufaktur dan jasa yang terus meningkat menopang pertumbuhan ekonomi pada kawasan ini,” paparnya.
Sementara itu, pengembangan industri hilirisasi SDA menjadi faktor utama bagi pertumbuhan kawasan Sulawesi yang tumbuh 7,0%. Pembangunan ekonomi di Kalimantan, termasuk pembangunan IKN Nusantara, turut mendorong pertumbuhan di kawasan tersebut yang tercatat sebesar 5,8%.
Pasar Tenaga Kerja Terus Membaik
Kinerja perekonomian yang terus terjaga juga tercermin dari perkembangan pasar tenaga kerja yang membaik. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) per Februari 2023 kembali menurun menjadi 5,45% dari sebelumnya 5,83% pada Februari 2023.
“Pertumbuhan ekonomi yang menguat mampu menciptakan tambahan lapangan kerja sebanyak 3,02 juta,” sebut Bendahara Negara.
Secara sektoral, pembukaan lapangan kerja terjadi di seluruh sektor. Tambahan lapangan kerja di beberapa sektor utama antara lain Pertanian sebesar 0,05 juta orang, Manufaktur sebesar 0,16 juta orang, Perdagangan sebesar 0,44 juta orang, dan sektor Pariwisata sebesar 0,63 juta orang.
Sejalan dengan perbaikan lapangan kerja, rata-rata upah secara umum juga mengalami peningkatan menjadi Rp2,94 juta dari Rp2,89 juta pada Februari 2022.
“Penciptaan lapangan kerja yang lebih besar menjadi faktor penting yang mendorong daya beli masyarakat dan menjaga daya tahan perekonomian dalam negeri,” terangnya.
Baca Juga: Februari 2023, Pengangguran di Indonesia Capai 7,99 Juta Jiwa
Ke depan, Sri Mulyani meyakini, kinerja pertumbuhan ekonomi 2023 masih cukup menjanjikan di tengah perlambatan ekonomi global. Setidaknya, resiliensi tingkat pertumbuhan ekonomi hingga kuartal I menjadi indikasi kuat bahwa daya tahan perekonomian nasional dalam menghadapi tekanan global terus membaik.
“Pertumbuhan ekonomi juga semakin berkualitas, sebagaimana tercermin pada konsistensi penurunan tingkat pengangguran dan kemiskinan,” sebutnya.
Indikator dini juga masih menunjukkan keberlanjutan tren tersebut. Indeks PMI Manufaktur nasional April 2023 menguat ke level 52,7 poin atau lebih tinggi daripada Maret (51,9 poin) dan konsisten berada pada zona ekspansi sepanjang 2023.
Pemerintah tetap akan terus memantau risiko perekonomian dunia saat ini. IMF dalam laporan WEO April 2023 telah memperkirakan, bahwa perekonomian global akan melambat dari 3,4% pada 2022 menjadi 2,8% pada 2023.
Mengantisipasi itu, Menkeu menekankan, bahwa APBN 2023 telah didesain secara konservatif dan antisipatif terhadap perlambatan ekonomi global, termasuk dampak rambatan dari moderasi harga komoditas.
“Di sisi lain, kebijakan fiskal juga diarahkan untuk mempercepat pelaksanaan agenda reformasi struktural, khususnya melalui penguatan kualitas SDM, percepatan pembangunan infrastruktur, dan peningkatan kualitas kelembagaan dan regulasi,” pungkasnya.