31 Agustus 2022
16:30 WIB
Editor: Dian Kusumo Hapsari
JAKARTA – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan pasar obligasi emerging country mengalami net outflow selama 2022. Tren outflow dari pasar obligasi Indonesia meningkat pasca FOMC Meeting Mei lalu.
“Hingga 26 Agustus 2022, mengalami outflow Rp126,85 triliun year to date,” katanya dalam Rapat Kerja dengan Komisi XI DPR RI, Jakarta, Rabu (31/8).
Sri Mulyani menambahkan, pasca FOMC Meeting Juli, sentimen positif berhembus ke Indonesia. Pasar obligasi Indonesia sejak awal Agustus 2022 mengalami inflow Rp13,25 triliun. Portofolio investor global disebut masih overweight terhadap obligasi Indonesia.
Meski demikian, ia mengatakan Indonesia beruntung pada 2021 dan 2022 karena pemerintah berhasil menurunkan exposure kepemilikan asing dalam government bonds yang sebelum pandemi mencapai 38,5 persen menjadi 15,34%.
Selain itu, ia menuturkan Perbankan dan Bank Indonesia (BI) masih mendominasi kepemilikan surat berharga negara (SBN), semetara porsi kepemilikan asing menurun bertahap sejak akhir 2019 menjadi sebesar 38,57% atau menjadi 15,34% per Agustus 2022.
Sri Mulyani menuturkan kinerja SBN dalam periode bergejolak saat ini relatif dalam situasi yang baik dibanding negara lain seperti AS yang yield US Treasury-nya melonjak lebih dari 100%.
Dalam hal ini, Indonesia secara year to date (ytd) juga mengalami kenaikan dari bonds 10 tahun di 12,4%, sedangkan Filipina 28,7% dan Meksiko 17,5%.
“Ini adalah suatu yang harus kita jaga karena berhubungan dengan cost of fund dari pembiayaan kita,” ucap Sri Mulyani.
Sementara sebelum terjadi pandemi covid-19 yakni pada 2019, emerging countries sempat menikmati capital inflow sekitar US$70 miliar, sedangkan pada 2022 terjadi capital outflow hingga minus US$50 miliar.
“Ini adalah reverse terhadap keberadaan hard currency terutama dolar yang sangat menentukan banyak negara,” kata Sri Mulyani.
Sementara itu, Jumat lalu BI mencatat Premi CDS Indonesia 5 tahun turun ke 104,13 bps per 25 Agustus 2022 dari 110,79 bps per 19 Agustus 2022.
Berdasarkan data transaksi 22–25 Agustus 2022, non-residen di pasar keuangan domestik jual neto Rp5,28 triliun terdiri dari jual neto Rp6,90 triliun di pasar SBN dan beli neto Rp1,62 triliun di pasar saham.
Berdasarkan data setelmen sampai dengan 25 Agustus 2022, non-residen jual neto Rp124,42 triliun di pasar SBN dan beli neto Rp64,57 triliun di pasar saham.