03 November 2023
14:46 WIB
Penulis: Khairul Kahfi
JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menilai, pelemahan rupiah di tengah penguatan dolar AS saat ini masih relatif lebih baik. Dirinya menekankan, penguatan dolar AS secara signifikan mendorong pelemahan berbagai mata uang negara lain, termasuk nilai tukar rupiah.
Per 27 Oktober 2023, indeks nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama (DXY) berada di level 106,56 poin. Dengan demikian, greenback terpantau mengalami penguatan nilai tukar sebesar 2,93% sepanjang tahun/ytd.
“Dengan langkah-langkah stabilisasi yang ditempuh BI, depresiasi nilai tukar rupiah relatif lebih baik (dari negara-negara lain), yakni 2,34% (ytd),” jelasnya dalam Konpers Hasil Rapat Berkala KSSK IV Tahun 2023.
Sebagai gambaran, keperkasaan dolar AS sempat memberikan tekanan depresiasi terhadap mata uang mitra utama (counterpart). Seperti Yen Jepang yang melemah 12,61% (ytd) dan dolar Australia yang juga melemah 6,72% (ytd).
Di sisi lain, kondisi perkasanya dolar AS juga menerpa mata uang di kawasan ASEAN, seperti Ringgit Malaysia yang terdepresiasi 7,82% (ytd), begitu juga Baht Thailand yang juga melemah 4,39% (ytd).
Baca Juga: Belum 16.000/Dolar AS, Efek Pelemahan Rupiah Masih Moderat
Ke depan, Menkeu menyampaikan, KSSK akan terus memperkuat langkah stabilisasi nilai tukar rupiah, agar sejalan dengan nilai fundamentalnya dan mendukung upaya pengendalian imported inflation.
Selain itu, upaya-upaya lainnya juga akan terus diperkuat untuk meningkatkan mekanisme pasar dalam manajemen likuiditas institusi keuangan domestik dan menarik masuknya aliran portofolio asing dari luar negeri. Pemerintah juga akan mengoptimalisasi instrumen DHE SDA untuk menjaga stabilitas portofolio di dalam negeri.
“(KSSK) akan meningkatkan dan memperluas koordinasi dalam rangka implementasi instrumen penempatan Devisa Hasil Ekspor Sumber Daya Alam (DHE SDA) sejalan dengan PP Nomor 36 Tahun 2023,” tegasnya.
Sri Mulyani berjanji, penguatan harmonisasi kebijakan fiskal, moneter dan sektor keuangan juga akan terus dilakukan KSSK. “Untuk memperkuat efektivitas bauran kebijakan makro (ekonomi), baik dalam rangka menjaga stabilitas sistem keuangan maupun untuk mendorong akselerasi pertumbuhan ekonomi,” paparnya.
Pada kesempatan sama, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengonfirmasi, kinerja DEH SDA sudah membantu meningkatkan cadangan devisa Indonesia saat ini. Hal ini terjadi karena term deposit valas yang diteruskan (pass on) dari ekspor ke BI.
Baca Juga: Ekonom: Dua Faktor Pengaruhi Pelemahan Rupiah Ke Inflasi
Sementara ini, jumlah SHE SDA tersebut telah terkumpul mencapai US$1,9 miliar. Namun, dirinya menyampaikan jumlah tersebut masih belum menunjukkan potensi sesungguhnya.
"Karena memang PP 36/2023 kemarin itu kan efektifnya adalah November. Dan untuk melihat itu (devisa yang terkumpul) sekitar jangka waktu tiga bulan, mari kita lihat kembali (nanti) ," ungkap Gubernur Perry.
Dirinya pun mengajak semua pihak untuk tidak meragukan instrumen ini untuk bisa menjaga ekonomi Indonesia. Apalagi, upaya PP 36/2023 juga akan disinergikan antara pemerintah dan BI, khususnya dalam mengatur fungsi fiskal-moneter nasional.
"InsyaAllah stabilitas ketahanan (ekonomi) kita akan kuat, termasuk juga cadev kita lebih dari cukup," sebutnya.