c

Selamat

Rabu, 19 November 2025

EKONOMI

28 April 2025

17:31 WIB

Soal Hilirisasi Batu Bara, Pemerintah Wajib Buka Opsi Lain Di Luar DME

Aspek keekonomian dan investasi merupakan kunci utama dalam agenda hilirisasi batu bara.

Penulis: Yoseph Krishna

Editor: Fin Harini

<p id="isPasted">Soal Hilirisasi Batu Bara, Pemerintah Wajib Buka Opsi Lain Di Luar DME</p>
<p id="isPasted">Soal Hilirisasi Batu Bara, Pemerintah Wajib Buka Opsi Lain Di Luar DME</p>

Kapal tongkang pengangkut batu bara melintas di Sungai Musi, Palembang, Sumatera Selatan, Selasa (17/12/2024). Antara Foto/Nova Wahyudi 

JAKARTA - Proyek hilirisasi batu bara bakal kembali dijalankan oleh pemerintah. Tak berbeda jauh dengan era pemerintahan sebelumnya, Presiden Prabowo Subianto saat ini dikabarkan tetap ingin menggarap gasifikasi batu bara menjadi Dimethyl Ether (DME).

Padahal, proyek kebanggaan Presiden Ke-7 Joko Widodo itu terbilang 'mandek', terutama semenjak perusahaan asal Amerika Serikat Air Products memutuskan untuk mundur dari kerja sama dengan PT Bukit Asam Tbk (PTBA).

Direktur Eksekutif Pusat Studi Hukum Energi dan Pertambangan (Pushep) Bisman Bhaktiar menilai semestinya pemerintah mulai terbuka dengan proyek hilirisasi batu bara menjadi produk lain di luar DME.

Terlebih, PTBA dikabarkan telah menjalankan pilot project hilirisasi batu bara menjadi grafit sintetis bersama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Proyek ini digadang-gadang bisa menopang agenda pembentukan ekosistem baterai kendaraan listrik di dalam negeri.

"Dulu pernah diarahkan ke DME, sampai sekarang juga tidak ada yang jalan karena pada akhirnya yang menentukan adalah aspek keekonomian dan investasi. Biarkan opsinya berkembang sesuai potensi dan kebutuhannya," ucap Bisman saat dihubungi Validnews, Senin (28/4).

Meski DME punya peluang yang cukup menjanjikan, Bisman menilai investasinya sangat besar apabila diorientasikan sebagai substitusi dari Liquified Petroleum Gas (LPG).

Baca Juga: Peluang Baru Hilirisasi Batu Bara Ke Hidrogen, Bisakah Gantikan DME?

Besarnya investasi yang diperlukan pun membuat pemerintah sulit untuk mencari mitra bagi PTBA dalam rangka menjalankan proyek gasifikasi batu bara menjadi DME.

"Sulit mencari mitra untuk proyek DME karena ini proyek besar, investasi tinggi, dan teknologi masih baru serta relatif jarang. Wajar jika banyak investor berpikir ulang," jelasnya.

Sebelumnya, Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tri Winarno mengungkapkan tingkat pengembalian modal proyek DME cukup menjanjikan.

Hal itu terungkap dari presentasi beberapa perusahaan asal China yang menyebut tingkat Internal Rate of Return (IRR) proyek DME ada di kisaran 12%-16%.

"Sudah ada empat perusahaan yang presentasi, mereka kita minta buat pre-FS dan ada poin yang positif. Kalau IRR-nya bagus sampai 16% berarti kan bisa dilaksanakan dong? Hasilnya beda-beda, tapi ada yang positif, ada yang 12%, ada yang sampai 16% IRR-nya," kata dia, Kamis (24/4).

Dukung Ekosistem EV
PTBA sendiri berulang kali mengungkapkan arah baru hilirisasi batu bara untuk menjadi grafit sintetis, bukan menjadi DME. Untuk proyek ini, anggota Holding BUMN Pertambangan MIND ID itu menggandeng BRIN dan Universitas Gadjah Mada (UGM).

Adapun grafit sintetis nantinya bakal diolah lagi menjadi anoda yang merupakan salah satu komponen utama, di samping katoda, untuk pembuatan baterai kendaraan listrik.

Direktur Utama PT Bukit Asam Tbk Arsal Ismail meyakini pilot project konversi batu bara menjadi artificial graphite dan anode sheet merupakan terobosan yang penting dalam hilirisasi batu bara.

"Jadi, pengembangan batu bara menjadi artificial graphite dan anode sheet itu merupakan wujud komitmen Bukit Asam dalam mendukung kebijakan pemerintah yang mendorong hilirisasi batu bara," tegas Arsal dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (14/4).

Baca Juga: Dirjen Minerba Beberkan Ruwetnya Proses Bisnis Gasifikasi Batu Bara

Sementara itu, Bisman Bhaktiar menyebut PTBA telah melakukan langkah yang tepat untuk mengolah batu bara menjadi artificial graphite yang kemudian bakal menjadi penopang ekosistem bateri EV.

"Pilihan PTBA tepat dan didasari karena sebagai bagian dari MIND ID, arah hilirisasi mereka ke industri EV," jabarnya.

Lebih lanjut, dia menilai pemerintah harus mulai terbuka dengan opsi lain hilirisasi batu bara. Seiring berkembangnya teknologi, batu bara pun ia sebut bisa diolah dan dikembangkan menjadi bermacam produk akhir.

Opsi-opsi lain hilirisasi batu bara di luar DME, sambungnya, harus didukung dengan memberikan dasar hukum. Utamanya, soal kebijakan khusus tentang aspek pertambangan, hingga pemberian insentif.

"Semua serba memungkinkan asal dilakukan feasibility study yang komprehensif. Tapi secara umum untuk aspek keekonomian dan investasi, hilirisasi batu bara menjadi bahan baku dan industri akan lebih prospektif," pungkas Bisman Bhaktiar.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar