c

Selamat

Rabu, 8 Mei 2024

EKONOMI

18 Agustus 2022

11:22 WIB

Smart Supply-Demand Kuatkan Pertumbuhan Industri Logam

Perbaikan kebijakan yang mengacu pada mekanisme smart supply-demand membuat pertumbuhan industri logam dasar meningkat dalam dua tahun terakhir.

Penulis: Khairul Kahfi

Editor: Fin Harini

<i>Smart Supply-Demand</i> Kuatkan Pertumbuhan Industri Logam
<i>Smart Supply-Demand</i> Kuatkan Pertumbuhan Industri Logam
Ilustrasi produksi baja. ANTARAFOTO/Dok

JAKARTA – Kemenperin menyebut, perkembangan industri logam dan baja di Tanah Air terus meningkat, seiring membaiknya perekonomian nasional pasca covid-19. Perbaikan kebijakan yang mengacu pada mekanisme smart supply-demand membuat pertumbuhan industri logam dasar meningkat dalam dua tahun terakhir.

Pada kuartal II/2022, kinerja industri logam dasar tumbuh sebesar 15,79%, naik signifikan dibandingkan kuartal sebelumnya yang mencapai 7,90%. 

Direktur Industri Logam Kemenperin Liliek Widodo menjelaskan, pertumbuhan sektor industri logam dasar berada jauh di atas pertumbuhan sektor industri pengolahan, yang berada di kisaran 4,01%.

“Bahkan (kinerja industri logam dasar) lebih tinggi juga dari pertumbuhan ekonomi sebesar 5,44%,” katanya dalam keterangan pers yang diterima di Jakarta, Kamis (18/8).

Menurutnya, pertumbuhan tersebut sejalan dengan beragam perbaikan kebijakan yang mengacu pada mekanisme smart supply-demand, menggunakan Pertimbangan Teknis yang terukur sesuai ketentuan Permenperin 4/2021, yang merupakan penyempurnaan dari Permenperin 1/2019 dan Permenperin 32/2019 dengan kriteria teknis yang lebih baik.

“Dampak positif dari kebijakan itu adalah pertumbuhan tahunan pada industri logam dasar yang tinggi selama dua tahun terakhir, yaitu 11,46% pada 2020 dan 11,31% pada 2021,” sebutnya.

Bahkan, neraca perdagangan besi dan baja telah mengalami surplus sejak 2020. Pada semester I/2022, neraca perdagangan baja mengalami surplus sebesar 107 ribu ton atau senilai US$6,6 miliar.

“Pengendalian impor dilakukan dengan mekanisme smart supply-demand, agar impor dapat selalu tepat sasaran,” tutur Liliek.

Selanjutnya dari sisi ekonomi makro, peran PDB industri logam dasar pada kuartal II/2022 sebesar 0,84% terhadap total PDB nasional. Jumlah ini mengalami peningkatan 0,01% dari kuartal I/2022 yang sebesar 0,83%. 

Sementara itu, pertumbuhan positif juga dapat terjadi berkat realisasi investasi yang tinggi pada sektor industri logam di kuartal kedua yang sebesar Rp48,2 triliun, “(Atau) meningkat 21,50% dibanding kuartal I/2022 sebesar Rp39,67 triliun,” imbuhnya.

Neraca Komoditas
Liliek menambahkan, pihaknya juga sedang menyelesaikan Neraca Komoditas (NK) Besi dan Baja yang sudah diusulkan ke Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Usulan tersebut disinyalir strategis guna menjaga iklim usaha industri baja nasional yang kondusif.

“Pemerintah selalu berupaya menjaga keseimbangan pasok dan kebutuhan baja nasional pada titik optimal, agar industri baja dan industri-industri penggunanya dapat terus bertumbuh secara maksimal,” ujar Liliek.

Sebagai mother of industry, industri baja merupakan sektor yang memiliki peran strategis dalam upaya membangun kemandirian ekonomi nasional. Karena itu, berkembangnya industri baja menjadi tolak ukur dalam perkembangan industri nasional. 

Sekali lagi, tekannnya, pengendalian impor merupakan salah satu instrumen untuk mendorong pertumbuhan tersebut. Melalui Pertimbangan Teknis (Pertek) yang berlaku sebagai sumber data sementara, sebelum neraca komoditas berlaku efektif. 

“(Karenanya) komoditas besi baja pada tahun ini telah diusulkan masuk dalam NK (Neraca Komoditas), dan akan berlaku efektif tahun 2023,” tandasnya.

Unggulkan Industri Hilirisasi
Sebelumnya, Presiden Jokowi dalam Sidang Tahunan MPR-RI dan Sidang Bersama DPR RI dan DPD RI 2022 (16/8) mengungkapkan, Indonesia terus melaksanakan reformasi struktural untuk menjaga daya saing dan iklim berusaha. Bersamaan dengan itu, ekosistem investasi dan pertumbuhan UMKM terus diperbaiki. 

Sementara itu, hilirisasi dan manufaktur di dalam negeri terus bertumbuh pesat. Pertumbuhan investasi juga meningkat tajam, yang 52% di antaranya, berada di Luar Jawa. “Artinya, ekonomi kita bukan hanya tumbuh pesat, tetapi juga tumbuh merata, menuju pembangunan yang Indonesia-sentris,” sebut Jokowi.

Dengan potensi tersebut, Presiden juga bercita-cita membangun Indonesia yang inklusif, berkeadilan, dan berkelanjutan. Pertama, hilirisasi dan industrialisasi sumber daya alam harus terus dilakukan. Konkretnya, hilirisasi nikel telah meningkatkan ekspor besi-baja nasional sebanyak 18 kali lipat, dari yang hanya sekitar Rp16 triliun di 2014 melonjak menjadi Rp306 triliun di 2021.  

“Di akhir 2022 ini, kita harapkan bisa mencapai Rp440 triliun, itu hanya dari nikel. Selain penerimaan pajak, devisa negara juga naik, sehingga kurs rupiah lebih stabil,” terangnya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar