17 Maret 2023
19:40 WIB
Penulis: Yoseph Krishna
JAKARTA - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) bersama Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) mengupayakan optimalisasi pengelolaan wilayah kerja, khususnya WK yang tumpang tindih antara PT Pertamina EP (PEP) dan PT Pertamina Hulu Sanga Sanga (PHSS).
Dukungan dari SKK Migas itu dituangkan dalam Surat Kepala SKK Migas No. SRT-0097/SKKIAE0000/2023/S1 tertanggal 28 Februari 2023 yang akan menjadi dasar bagi PEP dan PHSS untuk menyinergikan pemanfaatan WK tumpang tindih (borderless depth right) pada WK Sanga Sanga dan WK Pertamina EP.
Deputi Eksplorasi Pengembangan dan Manajemen Wilayah Kerja SKK Migas Benny Lubiantara dalam keterangannya menjelaskan, Surat Kepala SKK Migas itu akan menjadi acuan dalam konsep perjanjian kerja sama antarkedua perusahaan.
Adapun penandatanganan perjanjian kerja sama sinergi WK tumpang tindih PEP dan PHSS baru saja ditandatangani hari ini, (17/3).
Benny menilai, perjanjian kerja sama sinergi itu menjadi terobosan yang baik. SKK Migas, lanjutnya, akan mendukung penuh inisiatif KKKS sebagai bentuk sinergitas yang menguntungkan bagi kedua belah pihak dalam rangka mengoptimalkan wilayah kerja tumpang tindih.
"Kami dukung penuh JOA itu karena akan meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengelolaan WK yang tumpang tindih," tutur Benny di Jakarta, Jumat (17/3).
Selain mengacu pada perjanjian kerja sama sinergi antara PEP dan PHSS, SKK Migas menekankan optimalisasi WK wajib dilaksanakan dengan reasonable dan mengutamakan aspek prudent.
Dalam hal ini, pelaksanaan wajib mengacu pada ketentuan Kontrak Kerja Sama masing-masing PTK yang sudah diterbitkan SKK Migas.
"Termasuk juga harus mengacu pada persetujuan Work Program and Budget (WP&B) 2023, serta ketentuan lain yang masih berlaku," tegas dia.
Dongkrak Produksi
Pada kesempatan yang sama, Deputi Eksploitasi SKK Migas Wahju Wibowo berharap sinergi pengelolaan WK yang tumpang tindih antara PEP dan PHSS tak sekadar meningkatkan efektivitas dan efisiensi, tetapi juga mendongkrak produksi migas di kedua KKKS.
Menurutnya, hal itu dikarenakan besarnya potensi-potensi pada WK yang tumpang tindih dan tidak pernah dimanfaatkan. Melalui kolaborasi, seyogianya tak ada keraguan lagi untuk bisa memanfaatkan potensi di WK tersebut.
Beriringan dengan itu, industri hulu migas pada tahun 2023 punya program kerja yang lebih masif dan agresif dibandingkan tahun sebelumnya.
Wahju menyebutkan masifnya program kerja itu tak lepas dari komitmen investasi yang ditargetkan tahun ini sebesar US$15,5 miliar atau terbesar sejak delapan tahun belakangan.
"Dampak positifnya adalah peningkatan secara signifikan aktivitas utama industri hulu migas, seperti pengeboran sumur pengembangan yang mencapai 991 sumur atau 40% diatas target LTP. Pengeboran sumur eksplorasi pun meningkat drastis dengan investasi US$1,7 miliar, terbesar dalam sembilan tahun terakhir," sebutnya.
Untuk itu, kerja sama antara PEP dan PHSS ia sebut sebagai benchmark bagi pengelolaan WK lainnya yang tumpah tindih.
Dengan begitu, potensi migas yang ada bisa dibuka dan memberi tambahan produksi nasional untuk mencapai target APBN 2023 maupun sebagai pondasi peningkatan produksi migas secara berkelanjutan.
Wahju menambahkan, tahun ini menjadi pondasi penting bagi langkah pencapaian target produksi minyak 1 juta barel per hari (BOPD) dan 12 miliar kaki kubik gas per hari (BSCFD) tahun 2030 mendatang.
"Sinergi antara PEP dan PHSS adalah bentuk terobosan untuk optimalisasi aset sebagai salah satu langkah out of the box yang diharapkan dapat meningkatkan produktivitas dan kinerja industri hulu migas," tandas Wahju.