06 Mei 2023
12:51 WIB
Penulis: Khairul Kahfi
Editor: Fin Harini
JAKARTA - Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementan telah berdiskusi dengan pihak Singapura mengenai hasil investigasi dari kedua belah pihak, dan membahas langkah selanjutnya terkait ekspor Babi dari Pulau Bulan. Hal ini dilakukan menanggapi temuan kasus demam babi Afrika (African Swine Fever/ASF) pada ternak babi dari peternakan di Pulau Bulan yang diekspor ke Singapura.
Pertemuan antara Otoritas Veteriner Nasional Indonesia dengan Otoritas Pangan Singapura (Singapura Food Agency/SFA) telah dilaksanakan pada 28 April 2023 secara daring.
“Pada prinsipnya mereka (Singapura) menyatakan siap membuka kembali impor babi dalam bentuk karkas dari Pulau Bulan, Indonesia,” ungkap Dirjen PKH Nasrullah melalui siaran pers, Jakarta, Sabtu (6/5).
Hal tersebut menjadi kabar baik bagi Indonesia, karena ke depan potensi ekspor dalam bentuk karkas masih sangat terbuka. Walaupun, ia menjelaskan, untuk sementara ini ekspor babi hidup dari Pulau Bulan ditutup karena ASF.
Menurutnya, pihak Singapura sangat terbuka untuk mendiskusikan langkah-langkah teknis agar ke depan ekspor babi hidup dapat kembali berjalan. Mengingat, Pulau Bulan merupakan penyuplai terbesar kebutuhan babi bagi Singapura.
Lebih lanjut, selain dalam bentuk karkas, selanjutnya masih ada kemungkinan ekspor dapat dilakukan dalam bentuk babi hidup, namun dengan kondisi khusus setelah lolos pemeriksaan kesehatan hewan.
Peluang Buka Kembali Ekspor Ternak Babi
Sementara itu, Direktur Kesehatan Hewan Kementan selaku Otoritas Veteriner Nasional Indonesia Nuryani Zainuddin menyampaikan, pihaknya telah mengirimkan tim investigasi ke peternakan babi di Pulau Bulan dan menindaklanjuti adanya temuan kasus ASF di Pulau Bulan tersebut.
“Tim investigasi ke Pulau Bulan, Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau mulai kami turunkan mulai tanggal 24-28 April 2023,” kata Nuryani.
Tim Investigasi yang terdiri dari staf Direktorat Kesehatan Hewan, Balai Veteriner Bukittinggi, Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Kesehatan Hewan Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) serta Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Tanjung Pinang melakukan koordinasi dengan perusahaan yang diikuti dengan investigasi dan pengambilan sampel.
Nuryani mengungkap, hasil Laboratorium Veteriner Kementan di Bukittinggi mengonfirmasi memang ditemukan adanya kasus ASF. Kejadian itu terdapat di salah satu perusahaan peternakan yang berdampak terhadap penutupan impor babi hidup dari Pulau Bulan ke Singapura.
Sejauh ini, timnya juga terus berkoordinasi dengan Otoritas Veteriner Provinsi Kepri, dan telah melakukan pembatasan lalu lintas babi hidup dan produknya dari Pulau Bulan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
“Selain itu, juga dilakukan pengawasan terhadap pelaksanaan depopulasi, disposal dan disinfeksi,” imbuhnya.
Lebih lanjut, tegasnya, Kementan sebenarnya telah mengantisipasi kemungkinan kejadian kasus ASF di Pulau Bulan tersebut dengan penetapan peternakan menjadi Kompartemen Bebas ASF.
"Kita telah melakukan pendampingan dan penilaian terkait implementasi biosekuriti dan manajemen kesehatan hewan di Pulau Bulan, sehingga kemudian status kompartemen bebas ASF kita berikan," terang Nuryani.
Bahkan, Kementan telah menyetujui adanya 22 unit di dalam peternakan di Pulau Bulan sebagai sub-kompartemen bebas ASF. Sehingga apabila ada salah satu unit perusahaan terkena ASF, unit lain yang tidak terkena masih dapat melanjutkan ekspor ke Singapura.
Pemerintah juga telah berkoordinasi dengan unit perusahaan yang terdampak untuk lebih meningkatkan penerapan biosekuriti dan rencana kontingensi saat ada kasus, sebelum mengajukan kembali sebagai kompartemen bebas ASF, serta melakukan Tindakan Mitigasi dan Linimasa Ekspor.
Menurutnya, perusahaan tersebut sangat kooperatif dan telah menindaklanjuti dengan menerapkan rencana kontingensi yaitu melakukan culling pada unit produksi, melakukan proses pembersihan dan desinfeksi pada unit yang telah selesai dilakukan culling sesuai Standar Operasional Prosedur Kompartemen.
Kementan juga meyakini, bahwa sistem sub-kompartemen peluang untuk buka kembali ekspor ternak babi ke Singapura. “Kita upayakan dengan penerapan sistem sub-kompartemen bebas ASF, maka Indonesia bisa lebih mudah terbebas dari virus ini,” pungkasnya.