c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

23 Februari 2022

12:30 WIB

Sinergi Perusahaaan Swasta Dan BUMN Bakal Akselerasi Kendaraan Listrik

Pada peta jalan industri otomotif nasional, Kemenperin menetapkan 20% penggunaan kendaraan berbasis baterai listrik pada 2025.

Penulis: Khairul Kahfi

Editor: Dian Kusumo Hapsari

Sinergi Perusahaaan Swasta Dan BUMN Bakal Akselerasi Kendaraan Listrik
Sinergi Perusahaaan Swasta Dan BUMN Bakal Akselerasi Kendaraan Listrik
Pengendara mengisi daya mobil listrik di Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU). ANTARAFOTO/Nova Wahyudi

JAKARTA – Kementerian Perindustrian mengapresiasi perusahaan BUMN dan swasta yang bersinergi, untuk mengakselerasi pembangunan ekosistem kendaraan listrik terintegrasi di Indonesia. 

Kolaborasi ini diwujudkan oleh Electrum selaku perusahaan patungan Gojek dan TBS Energi Utama, bersama dengan Pertamina, Gogoro, dan Gesits.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, Indonesia sendiri telah bersiap untuk segera memasuki era kendaraan listrik. 

Hal ini sudah ditetapkan dalam Perpres 55/2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (Battery Electric Vehicle) untuk Transportasi Jalan. 

“Kemenperin mendukung penuh pembangunan ekosistem kendaraan listrik dari hulu sampai hilir,” katanya dalam keterangan pers, Jakarta, Rabu (23/2).

Ia berharap, langkah strategis ini dapat menjadikan Indonesia sebagai negara yang mampu merajai atau menjadi produsen kendaraan listrik berdaya saing global.

“Pemerintah sangat serius untuk masuk pada energi baru terbarukan, termasuk menuju pada kendaraan listrik,” ujarnya. 

Selanjutnya, komitmen tersebut akan menjadi isu prioritas yang dibawa pemerintah Indonesia dalam G20 Summit, lewat pembahasan terkait transisi energi berkelanjutan, termasuk percepatan pengembangan ekosistem kendaraan listrik.

Pada peta jalan industri otomotif nasional, Kemenperin menetapkan 20% penggunaan kendaraan berbasis baterai listrik pada 2025. Seiring dengan upaya industri otomotif yang terus melakukan efisiensi untuk jenis teknologi Internal Combustion Engine (ICE), Hybrid, dan Plug-in Hybrid. 

“Ke depan, teknologi fuel cell berbasis hydrogen juga telah terdapat dalam peta jalan industri otomotif nasional, dengan semangat menuju produksi industri kendaraan ramah lingkungan,” tutur Agus.

Lebih lanjut, dalam pengembangan ekosistem industri kendaraan listrik, industri otomotif dalam negeri ditargetkan dapat memproduksi mobil listrik dan bis listrik sebanyak 600 ribu unit pada 2030. 

Dengan target tersebut, hitungannya, akan dapat mengurangi konsumsi BBM sebesar 3 juta barrel dan menurunkan emisi CO2 sebanyak 1,4 juta ton.

“Upaya strategis ini diharapkan pula dapat mendukung pemenuhan komitmen pemerintah Indonesia terkait pengurangan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sebesar 29% pada 2030, dan di 2060 masuk ke emisi nol atau net zero carbon,” imbuhnya.

Agus menambahkan, guna menindaklanjuti amanat Perpres 55/2019, Kemenperin telah mengeluarkan dua Peraturan Menteri Perindustrian. 

Pertama, Permenperin 27/2020 tentang Spesifikasi Teknis, Roadmap EV dan Perhitungan Tingkat Kandungan Lokal Dalam Negeri (TKDN). Berfungsi sebagai petunjuk atau penjelasan bagi stakeholder industri otomotif terkait strategi, kebijakan dan program, dalam rangka mencapai target Indonesia sebagai basis produksi dan ekspor hub kendaraan listrik.

Kedua, Permenperin 28/2020 tentang Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai dalam Keadaan Terurai Lengkap dan Keadaan Terurai Tidak Lengkap. Sebagai bagian tahap pengembangan industrialisasi Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB) di Indonesia.

Tantangan Utama Industri Otomotif 
Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Taufiek Bawazier menyampaikan, selain menghadapi pandemi, masih banyak tantangan yang harus menjadi perhatian utama industri otomotif. 

Mulai dari mitigasi perubahan iklim, penurunan polusi udara dan suara, hingga konservasi energi melalui penggunaan energi baru dan terbarukan. 

Dinamika ini juga telah mendorong transformasi sektor transportasi menuju ke arah green mobility atau mobilitas hijau yang rendah emisi. 

”Kendaraan listrik telah menjadi tren global dan secara masif telah digunakan dalam mobilitas perkotaan,” ujar Taufiek. 

Bahkan, kendaraan listrik tidak hanya secara signifikan mengurangi emisi CO2 dan emisi gas rumah kaca lain. 

Namun juga menawarkan suatu moda transportasi yang nyaman, efisien, mudah digunakan, berkelanjutan, serta meningkatkan gaya hidup atau lifestyle. 

”Bentuk sustainability pada sektor otomotif tidak berhenti di situ. Sebab, pemerintah masih ingin melihat industri mengembangkan teknologi baru, bahan atau materi yang ramah lingkungan, serta inklusivitas yang berkelanjutan dalam produksi kendaraan bermotor,” paparnya.

 


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar