25 Februari 2025
17:36 WIB
Siasati Tergerusnya MICE Akibat Efisiensi, GIPI Bali Genjot Lima Sektor Wisata
Wisata MICE terdampak tapi tidak perlu dikhawatirkan, karena Bali pasarnya internasional. Lima sektor wisata diyamini dapat mengimbangi wisata MICE yang lesu akibat efisiensi anggaran pemerintah
Ilustrasi. Peserta melakukan gerakan Yoga bersama saat perayaan Hari Yoga Internasional 2021 di Pulau Nusa Dhar ma, Nusa Dua, Badung, Bali, Minggu (20/6/2021). ANTARA FOTO/ Fikri Yusuf
DENPASAR - Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Bali menyatakan akan menggenjot lima sektor pariwisata, untuk menyiasati pengurangan wisata pertemuan bisnis pameran dan konferensi atau MICE sebagai imbas efisiensi anggaran pemerintah.
“Wisata MICE terdampak tapi tidak perlu khawatir, karena Bali pasarnya internasional,” kata Ketua GIPI Bali Ida Bagus Agung Partha Adnyana di sela seminar Balinomics, di Denpasar, Selasa.
Ia menjelaskan, lima sektor pariwisata yang dapat mengimbangi wisata bisnis Meeting, Incentive, Convention and Exhibition (MICE) itu, yakni wisata kesehatan dan kebugaran. Bali, ujar dia lagi, merupakan destinasi wisata yang lengkap termasuk mencakup kesehatan standar internasional yang saat ini sudah dibangun infrastruktur di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kesehatan, di Sanur, Denpasar.
Kedua, wisata kuliner dan gastronomi yang menawarkan masakan khas dan memiliki cerita atau sejarah. Ketiga, wisata budaya yang selama ini menjadi nadi dan pembeda pariwisata Pulau Dewata dengan destinasi wisata dalam dan luar negeri.
Keempat, yakni wisata alam dan ekowisata, misalnya potensi desa wisata yang tersebar di seluruh Bali. Kelima, ujar dia, wisata film kreatif yang saat ini dikembangkan para pelaku industri perfilman. Salah satu film Hollywood berlatar Bali yakni Eat, Pray and Love yang hingga kini masih menjadi promosi bagi pariwisata Pulau Dewata.
Kelima sektor wisata itu menjadi bagian diversifikasi produk wisata dengan tetap menonjolkan upaya berkelanjutan. Meski begitu, pengembangan sektor wisata itu perlu didukung optimalisasi pemasaran digital yang masif hingga meningkatkan infrastruktur dan aksesibilitas.
Ketua GIPI Bali atau Bali Tourism Board (BTB) itu mengaku, wisata MICE memiliki nilai ekonomi yang tinggi, bahkan diperkirakan tujuh kali lipat dibandingkan wisata rekreasi atau leisure tersebut.
Namun, ujar dia pula, potensi pengembangan lima sektor wisata itu juga memiliki nilai ekonomi tinggi dengan rata-rata pengeluaran atau belanja wisatawan asing di Bali diperkirakan mencapai US$1.500.
“Belanja wisatawan mancanegara melebihi wisatawan domestik. Wisatawan setiap liburan di Bali mengeluarkan 1.500 dolar AS,” katanya lagi.
Untuk diketahui, Wisata MICE di Bali, salah satunya banyak diselenggarakan oleh kementerian/lembaga negara Indonesia. Namun, setelah adanya efisiensi anggaran pemerintah, penyelenggaraan wisata MICE di Bali ikut terdampak.
Tiket Pesawat
Sebelumnya, Asosiasi Agen Perjalanan Wisata (Asita) Bali mengharapkan agar pemerintah menurunkan harga tiket pesawat domestik untuk menggenjot sektor pariwisata menyikapi efisiensi belanja pemerintah.
“Harga tiket pesawat harus turun. Kalau itu tidak dilakukan maka pariwisata mengalami penurunan signifikan,” kata Ketua Asita Bali Putu Winastra.
Ia mengharapkan, penurunan harga tiket pesawat domestik itu lebih dari 10 persen, seperti kebijakan yang diambil saat menyambut Natal dan tahun baru. Menurut dia, efisiensi yang saat ini dilakukan pemerintah akan berdampak terhadap perekonomian, khususnya di Provinsi Bali yang lebih banyak bergerak di sektor pariwisata.
Ada pun efisiensi anggaran pemerintah yang dimaksud di antaranya biaya perjalanan dinas, seminar, acara seremonial, honorarium, dan belanja lainnya. Provinsi Bali kerap dipilih oleh pemerintah sebagai tuan rumah untuk pelaksanaan seminar, konferensi hingga pertemuan teknis pemerintah.
“Terutama hotel yang memiliki ruang pertemuan besar dan mengandalkan pasar pemerintah jadi ini memang menjadi tantangan kami,” ucapnya.
Untuk itu, pihaknya ke depan akan fokus menggarap pasar swasta potensial untuk mengadakan kegiatan yang berkaitan dengan konferensi atau pertemuan bisnis (MICE).
Harga tiket pesawat turun diharapkan menjadi insentif yang merangsang pertumbuhan perjalanan khususnya wisatawan domestik.
Selain penurunan harga tiket domestik, ia juga mengharapkan kegiatan promosi pariwisata tetap dilaksanakan untuk menggaet wisatawan potensial. “Promosi wisata harus tetap jalan agar wisatawan mau datang ke destinasi wisata kemudian didukung dengan biaya perjalanan yang bisa ditekan misalnya dari sisi harga tiket pesawat,” ucapnya.
Meski mengaku memberi dampak kepada pariwisata, namun ia belum melakukan penghitungan potensi kehilangan pasar pemerintah khususnya segmentasi wisata MICE. Sebelumnya, pemerintah menurunkan harga tiket pesawat udara sebesar 10% saat periode Natal dan tahun baru.
Presiden RI Prabowo Subianto juga telah mengumumkan delapan kebijakan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi pada kuartal I-2025, termasuk stimulus untuk mengungkit daya beli masyarakat.
Salah satunya adalah stimulus Ramadan-Lebaran 2025 yang mencakup diskon harga tiket pesawat, diskon tarif tol, program diskon belanja seperti hari belanja online (Harbolnas) 2025, program EPIC Sales 2025, dan BINA Diskon 2025.