c

Selamat

Kamis, 25 April 2024

EKONOMI

23 Juni 2021

15:03 WIB

Siasati Anjloknya Penjualan Tiket, KAI Sewakan Aset

KAI juga membuka naming rights stasiun, untuk memberikan kesempatan kepada mitra yang ingin mem-branding stasiun yang KAI Kelola, dengan brand atau produknya

Editor: Faisal Rachman

Siasati Anjloknya Penjualan Tiket, KAI Sewakan Aset
Siasati Anjloknya Penjualan Tiket, KAI Sewakan Aset
Penumpang memasuki salah satu gerbong kereta api Sri Tanjung di Stasiun Gubeng, Surabaya, Jawa Timur , Kamis (3/). Antara Foto/Moch Asim

JAKARTA – Adaptasi bisnis di tengah pandemi, menjadi langkah strategis yang dibutuhkan perusahaan. Segala celah dan potensi bisnis pada masa seperti ini harus dioptimalkan, tatkala bisnis utama harus terganggu pagebluk.

Hal inilah yang dilakukan PT Kereta Api Indonesia (Persero). Perusahaan kereta api pelat merah ini terus mengoptimalkan pengusahaan asetnya, melalui bisnis komersialisasi non-angkutan, selain bisnis angkutan penumpang dan barang.
 
“Komersialisasi non-angkutan terus kami optimalkan sebagai bentuk adaptasi KAI di tengah pandemi Covid-19. Kami menyadari aset KAI yang tersebar di Jawa dan Sumatera dapat lebih bernilai guna sehingga penting untuk diberdayakan,” kata VP Public Relations KAI Joni Martinus dalam pernyataannya, Rabu (23/6).
 
Joni mengatakan, upaya tersebut dilakukan KAI untuk meningkatkan kinerja perusahaan melalui banyaknya aset potensial yang dimiliki. Ia menjelaskan bentuk komersialisasi non angkutan KAI berupa kerja sama pemanfaatan aset stasiun, sarana, ROW (right of way), Non ROW, maupun museum.
 
Untuk kerja sama pemanfaatan aset di stasiun, masyarakat dapat memanfaatkan berbagai titik stasiun seperti ruangan, bangunan, gedung, gudang, dan tanah untuk lokasi promosi, minimarket, gudang, cafe, ATM, dan sebagainya. 

Untuk kerja sama pemanfaatan aset berupa sarana, KAI menyediakan kereta makan, kereta wisata, entertainment on board, mesin perawatan jalan rel dan prasarana penunjang, serta Jasa Balai Yasa/Dipo.
 
Sementara itu untuk pemanfaatan ROW atau aset KAI yang berada di sepanjang jalur kereta api aktif, KAI bekerja sama dengan berbagai pihak untuk mengoptimalkan aset tersebut seperti untuk penanaman fiber optik, pipa air, pipa gas, dan pipa minyak. 

Untuk non-ROW atau aset KAI yang berada di luar wilayah stasiun dan ROW, aset-aset KAI dapat dimanfaatkan sebagai kantor, rumah makan, parkir, dan sebagainya.
 
Aset KAI lainnya yang dapat dikerjasamakan pemanfaatannya berupa museum, bangunan bersejarah, wifi (advertising slot), kegiatan shooting/pemotretan, event/activation. Termasuk naming rights stasiun untuk memberikan kesempatan kepada mitra yang ingin mem-branding stasiun yang KAI kelola dengan brand atau produknya.
 
"Hampir seluruh aset KAI dapat dimanfaatkan masyarakat dengan skema kerja sama. Pada prinsipnya pemanfaatan aset dapat dilakukan sepanjang tidak mengganggu operasional kereta api dan tidak mengubah status kepemilikan pada aset yang dimanfaatkan," ujar Joni.
 
Inovasi juga terus dilakukan KAI di sektor Komersialisasi Non Angkutan. Di kawasan stasiun, KAI melakukan digitalisasi baik media informasi maupun iklan.

KAI juga merapikan para tenant di stasiun untuk meningkatkan nilai stasiun termasuk ruang untuk UMKM.

“KAI juga telah mengoptimalkan pendapatan dari aplikasi KAI Access berupa iklan dan layanan last mile dengan Taksi Bluebird. Serta secara berkelanjutan tengah dilakukan pengembangan layanan first mile dengan Taksi Bluebird, top up E-money Mandiri, dan sebagainya,” kata Joni.



Penumpang kereta Argo Sindoro tiba di Stasiun Gambir, Jakarta, Minggu (23/5/2021). Berdasarkan data PT KAI pada hari Minggu (23/5/2021) sebanyak 4.992 penumpang kereta api jarak jauh (KAJJ) tiba di Jakarta, dimana jumlah tersebut terbagi di dua stasiun yaitu Stasiun Pasar Senen sekitar 3.817 penumpang dan Stasiun Gambir 1.175 penumpang. Antara Foto/Galih Pradipta 

 


Pada masa pandemi ini, KAI melakukan upaya-upaya untuk membantu meringankan beban mitra-mitra akibat berkurangnya aktivitas stasiun dibanding sebelum pandemi. Pendeknya, sebagai strategi customer retention terhadap mitra-mitra kerja sama tersebut.

Selain itu, KAI juga menjalin kerja sama dengan penyedia layanan Rapid Test Antibodi, Rapid Test Antigen, dan pemeriksaan GeNose C19 untuk melayani pelanggan di berbagai stasiun.

Tren Positif
Joni menambahkan pendapatan KAI di sektor Komersialisasi Non Angkutan menunjukkan tren positif. Di tahun 2019, pendapatan KAI di sektor tersebut adalah Rp719,1 miliar, naik 19% dibanding pada 2018 yaitu sebesar Rp606,3 miliar. 

Pada tahun 2020 menjadi Rp625,9 miliar dikarenakan adanya pandemi Covid-19.
 
Ke depan, KAI akan berinovasi dengan menggunakan skema kerja sama pengelolaan aset berupa profit/revenue sharing. Model bisnis tersebut menjadi alternatif selain persewaan. 

KAI juga akan mengembangkan Komersialisasi Non Angkutan berbasis teknologi informasi sehingga akan mempermudah mitra dalam bekerja sama dengan KAI.
 
“KAI terbuka untuk kerja sama dengan mitra dalam bisnis non angkutan baik di wilayah stasiun, kereta/sarana, maupun area KAI lainnya. Sehingga diharapkan dengan semakin banyak mitra yang bekerja sama maka akan semakin meningkatkan perekonomian bersama,” pungkas Joni.

Sekadar informasi, akibat lesunya penjualan tiket penumpang karena pembatasan mobilitas selama pandemi, KAI mencatatkan kerugian Rp303,4 miliar selama kuartal I/2021. Padahal pada periode yang sama tahun lalu, KAI masih mencatatkan keuntungan sebesar Rp281,9 miliar. 

Pada 3 bulan pertama tahun ini, PT KAI mengalami penurunan pendapatan yang awalnya Rp 5,3 triliun pada kuartal I-2020, menjadi Rp 3,4 triliun. Untuk diketahui, pendapatan PT KAI berasal dari bisnis utama terbagi atas dua yakni pengangkutan penumpang dan barang.

Untuk pengangkutan penumpang, pendapatan KAI anjlok dari Rp 1,9 triliun menjadi hanya Rp440 miliar. Sementara, pendapatan dari angkutan barang juga turun dari Rp 1,74 triliun menjadi Rp1,54 triliun.

Sepanjang 2020, laporan keuangan KAI mencatat jumlah kerugian komprehensif yang diatribusikan ke entitas induk mencapai Rp2,8 triliun. Angka tersebut jauh berbanding terbalik dengan kondisi pada tahun 2019 lalu yang masih mencetak laba sebesar Rp1,8 triliun. 

Asal tahu saja, sepanjang kuartal I /2020, KAI grup masih melayani 90,7 juta pelanggan kereta api atau rata-rata 30,2 juta pelanggan per bulannya. 

Nah, semasa pandemi atau periode April sampai dengan Desember 2020 (9 bulan), KAI grup hanya melayani total 94 juta pelanggan kereta api, atau rata-rata 10,5 juta pelanggan per bulan. 


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar