c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

EKONOMI

13 November 2025

11:53 WIB

Shutdown AS Berakhir, Investor Kembali Lirik Dolar, Rupiah Melemah

Rupiah melemah dominan diiringi optimisme atas potensi resolusi penutupan pemerintah AS. Sentimen ini juga kembali menjadi penarik pasar untuk kembali ke aset investasi berdenominasi dolar AS.

<p><em>Shutdown</em> AS Berakhir, Investor Kembali Lirik Dolar, Rupiah Melemah</p>
<p><em>Shutdown</em> AS Berakhir, Investor Kembali Lirik Dolar, Rupiah Melemah</p>

Pekerja menunjukkan uang Rupiah dan Dollar Amerika Serikat di sebuah tempat penukaran uang di Jakarta. Antara Foto/Akbar Nugroho Gumay

JAKARTA - Nilai tukar (kurs) rupiah pada pembukaan perdagangan Kamis (13/11) di Jakarta, terpantau melemah tipis sebesar 0,04% atau 7 poin, dari sebelumnya Rp16.717 menjadi Rp16.724 per dolar AS.

Kepala Ekonom Permata Bank Josua Pardede menilai, pelemahan rupiah dominan diiringi optimisme atas potensi resolusi penutupan pemerintah AS. Disinyalir, sentimen ini juga kembali menjadi penarik pasar untuk kembali ke aset investasi Negeri Paman Sam.

“Potensi resolusi penutupan Pemerintah AS mendorong investor untuk beralih kembali ke aset berdenominasi dolar AS,” ucapnya melansir Antara di Jakarta, Kamis (13/11).

Baca Juga: AS Segera Temukan Solusi Shutdown, Rupiah Keok Ke Rp16.716

Adapun pelemahan mata uang garuda tersebut terlihat dari posisi indeks dolar AS (DXY) yang terpantau masih ditutup menguat 0,02% pada penutupan perdagangan Rabu (12/11) ke level 99,51 poin. Pengingat saja, level DXY setahun terakhir berada di kisaran 96,21-110,17 poin.

Sementara itu, Bloomberg mencatat, dolar AS juga masih terus menguat di hadapan rupiah dengan naik 0,06% atau 10 poin di pasar spot hari ini pada pukul 10.46 WIB. Rupiah saat ini ditransaksikan sekitar Rp16.727 per dolar AS, atau masih berada di atas titik terlemah setahun terakhir di level Rp17.224 per dolar AS.

Mengutip Anadolu, Gedung Putih AS optimistis pada Rabu (12/11) malam waktu AS, penutupan pemerintah akan berakhir. Para anggota parlemen telah siap mengirimkan kesepakatan tersebut ke meja Trump.

Menurut Juru Bicara Presiden AS Karoline Leavitt, Trump mungkin akan menandatangani Rancangan Undang-Undang (RUU) terkait pendanaan menjadi Undang-Undang (UU) di hadapan para wartawan.

Dewan Perwakilan Rakyat AS diperkirakan memberikan suara atas kesepakatan pendanaan tersebut pada pukul 19.00 waktu setempat (23.00 GMT). Setelah Senat, dengan bobot suara 60-40, menyetujui kesepakatan tersebut, yang akan mendanai pemerintah pada tingkat yang sama seperti sebelumnya hingga 30 Januari 2026.

Baca Juga: Rupiah Menguat Didorong Sentimen Risk On, Shutdown AS Hampir Berakhir

UU tersebut juga mencakup tiga paket alokasi dana selama setahun, mencakup lembaga dan program penting sekaligus mempekerjakan kembali pegawai federal yang secara teknis 'dipecat' oleh Trump selama penutupan pemerintah.

Josua juga menganggap, para investor juga menanti pernyataan beberapa pejabat The Fed, termasuk John Williams.

“Pernyataan mereka diharapkan dapat memperjelas arah kebijakan The Fed, terutama untuk pertemuan pada FOMC (Federal Open Market Committee) Desember 2025 mendatang,” ungkap dia.

Seperti diketahui, ketidakpastian atas indikator AS masih meningkat pasca Gedung Putih mengumumkan, data Indeks Harga Konsumen (IHK) dan tingkat pengangguran Oktober 2025 berpotensi takkan dirilis karena penutupan pemerintah AS yang sedang berlangsung.

Biro Statistik Tenaga Kerja (BLS) juga belum mengeluarkan klarifikasi apapun terkait pernyataan tersebut, yang makin memicu ketidakpastian pasar.

“Tidak adanya data ekonomi utama dapat mempersulit keputusan kebijakan Fed dalam pertemuan FOMC Desember 2025,” terang Josua.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar