30 Juli 2025
08:37 WIB
Selandia Baru Bidik Peningkatan Kerja Sama Susu Dengan RI
Duta Besar Selandia Baru untuk Indonesia Phillip Taula mengatakan kemitraan saling menguntungkan karena mencakup dukungan pengembangan produksi susu lokal berkualitas tinggi.
Penulis: Fin Harini
Duta Besar Selandia Baru untuk Indonesia Phillip Taula dalam kunjungan kerja ke ANTARA Heritage Center (AHC), Pasar Baru, Jakarta, Selasa (29/7/2025). ANTARA/Sekretariat Perusahaan
JAKARTA - Selandia Baru membidik peningkatan kerja sama di bidang susu dengan Indonesia, untuk melipatgandakan nilai perdagangan menjadi US$6 miliar (sekitar Rp98,4 triliun) pada 2029.
Tak hanya ekspor susu ke Indonesia, Duta Besar Selandia Baru untuk Indonesia Phillip Taula mengatakan kemitraan saling menguntungkan karena mencakup dukungan pengembangan produksi susu lokal berkualitas tinggi.
Hal itu diungkapkan Dubes Taula dalam kunjungan kerja ke ANTARA Heritage Center, Pasar Baru, Jakarta, Selasa (29/7).
Menurutnya, ekspor susu penting bagi pertumbuhan negaranya. Namun, Selandia Baru juga berkeinginan untuk mendukung pengembangan produksi susu lokal.
“Indonesia memproduksi 20% kebutuhan susu dalam negeri dan kebutuhannya terus meningkat. Kami berharap Selandia Baru tetap menjadi pemasok utama susu berkualitas tinggi bagi Indonesia. Tapi, kami juga ingin membantu Indonesia mengembangkan produksi susunya sendiri untuk meningkatkan kapasitas produksi,” kata Dubes Taula, dikutip dari Antara.
Dubes Taula menyampaikan saat ini nilai perdagangan dua arah antara Selandia Baru dengan Indonesia baru mencapai US$3 miliar (Rp49,2 triliun). Kedua negara sudah sepakat untuk mengembangkan perdagangan dua arah agar nilai perdagangan mencapai US$6 miliar pada 2029.
Oleh sebab itu, sambil menunggu Indonesia mampu memenuhi kebutuhan susu di dalam negeri — yang menurut Dubes Taula membutuhkan waktu yang cukup lama — Selandia Baru ingin membangun kemitraan terkait produksi susu yang saling menguntungkan dengan Indonesia.
Selain mengincar pengembangan kemitraan terkait susu, Dubes Taula turut menyoroti potensi pengembangan kerja sama di bidang energi, khususnya energi panas bumi atau geotermal.
Dia menjelaskan Selandia Baru mempunyai keahlian untuk mengidentifikasi lokasi pengeboran yang tepat, namun tidak memiliki kapasitas investasi yang besar.
Sejalan dengan ambisi Indonesia terhadap penggunaan energi terbarukan yang disertai dorongan besar dari Presiden Prabowo terkait transisi energi, dirinya meyakini Selandia Baru dan Indonesia memiliki banyak peluang kerja sama yang menguntungkan terkait energi geotermal.
“Kami telah menjalin kemitraan yang lama dengan Indonesia di bidang ini, dan kami yakin masih banyak peluang untuk memperkuat kerja sama secara saling menguntungkan,” ucapnya.
Merujuk pada keberhasilan Selandia Baru dalam proyek ketahanan pangan dan peningkatan gizi anak-anak di Sumba, NTT dan Sumbawa dan Lombok, NTB, Dubes Taula juga menyampaikan keinginan Selandia Baru untuk berpartisipasi dalam program prioritas Presiden Prabowo yakni Makan Bergizi Gratis (MBG).
“Selama beberapa tahun, program tersebut berhasil menurunkan angka stunting dan malnutrisi secara signifikan. Karena itu, kami sedang melihat bagaimana pengalaman tersebut dapat dijadikan dasar untuk mendukung program MBK di wilayah timur Indonesia,” kata Taula.
Peningkatan Status Kemitraan Di 50 Tahun ASEAN
Dalam kesempatan itu, Wakil Duta Besar Selandia Baru untuk ASEAN Ben Collins menegaskan keinginan Selandia Baru untuk meningkatkan status kemitraan menuju Kemitraan Strategis Komprehensif (Comprehensive Strategic Partnership) seiring perayaan 50 tahun kemitraan dengan ASEAN.
“Selandia Baru telah lama menjadi mitra bagi ASEAN. Dan tahun ini, saat kami merayakan ulang tahun kemitraan ke-50, kami ingin meningkatkan hubungan ini menjadi Kemitraan Strategis Komprehensif,” katanya.
Collins menyampaikan kemitraan antara Selandia Baru dengan ASEAN terdiri dari empat pilar, yakni people (masyarakat), prosperity (kemakmuran), peace (perdamaian), dan planet (lingkungan hidup dan keberlanjutan).
Melalui peningkatan status kemitraan, Selandia Baru ingin melakukan lebih banyak kerja sama dalam lima tahun ke depan untuk mengembangkan keempat pilar tersebut, seiring dengan pengembangan Rencana Aksi baru yang telah disiapkan pemerintahannya.
Selain mengincar peningkatan kemitraan, Collins juga mengungkapkan keinginan untuk meningkatkan hubungan ekonomi dengan negara-negara ASEAN melalui Perjanjian Kawasan Perdagangan Bebas ASEAN-Australia-Selandia Baru (ANZFTA) dan juga melalui Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP).
RCEP merupakan perjanjian perdagangan bebas antara negara-negara anggota ASEAN dan lima mitra dagang, yakni Australia, China, Jepang, Korea Selatan, dan Selandia Baru.
“RCEP adalah hubungan ekonomi berkualitas tinggi lainnya dalam pilar ekonomi kami dengan ASEAN. Kami memiliki sejumlah agenda terkait RCEP dalam beberapa bulan ke depan, termasuk pertemuan tingkat menteri pada bulan September yang akan datang di Malaysia,” ucapnya.
Collins turut mengapresiasi peran penting yang telah dimainkan Indonesia di kawasan. Dirinya menilai Indonesia tidak hanya berperan sebagai tuan rumah Sekretariat ASEAN, namun juga berperan penting di kancah global.
Adapun dalam Pertemuan ASEAN-New Zealand Post Ministerial Conference (PMC) di Kuala Lumpur, Malaysia pada awal Juli lalu, Menteri Luar Negeri Indonesia, Sugiono turut menyampaikan komitmen Indonesia untuk memperkuat kerja sama yang berorientasi masa depan dengan Selandia Baru.
Menlu Sugiono mengapresiasi dukungan konsisten Selandia Baru terhadap ASEAN Outlook on the Indo-Pacific (AOIP) dan komitmennya terhadap Sentralitas ASEAN dalam menjaga perdamaian dan kerja sama kawasan.
Sugiono juga mengharapkan Selandia Baru dapat mendukung ASEAN Digital Economy Framework Agreement (DEFA) yang saat ini negosiasinya sedang berlangsung.
DEFA akan menghubungkan lebih dari 680 juta orang dan membuka potensi ekonomi digital senilai US$2 triliun (sekitar Rp32,8 kuadriliun) pada 2030.