c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

EKONOMI

07 Maret 2025

19:22 WIB

Sawit Sumbang Devisa Rp440 Triliun Pada 2024

Devisa sebesar itu diperoleh dari ekspor minyak sawit sebesar 29,5 juta ton pada 2024. Jumlah tersebut menurun baik dari sisi nilai maupun volume dibanding 2023 lalu

<p>Sawit Sumbang Devisa Rp440 Triliun Pada 2024</p>
<p>Sawit Sumbang Devisa Rp440 Triliun Pada 2024</p>

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Eddy Martono (kanan) memberikan pemaparan terkait kinerja industri sawit nasional serta Tasyakuran HUT ke 44 Gapki di Jakarta, kamis (6/3/2024). Antara/ Gapki

JAKARTA - Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) menyatakan, ekspor minyak sawit mentah (CPO/crude palm oil) dari Tanah Air selama 2024 mampu menyumbangkan devisa US$27,76 miliar atau sekitar Rp440 triliun. Menurut Ketua Umum GAPKI Eddy Martono dalam keterangannya di Jakarta, Jumat devisa sebesar itu diperoleh dari ekspor minyak sawit sebesar 29,5 juta ton pada 2024.

"Ekspor minyak sawit Indonesia pada 2024 mengalami penurunan baik secara nilai maupun volume dibandingkan 2023," ujarnya.

Pada 2023, lanjutnya, saat perayaan HUT ke-44 Gapki, ekspor minyak sawit mencapai 32,2 juta ton dengan nilai US$30,32 miliar atau sekitar Rp463 triliun. "Penurunan nilai ekspor terjadi untuk semua jenis produk kecuali oleokimia, meskipun dari segi harga Free on Board (FOB) rata-rata dalam dolar AS per ton semua produk mengalami kenaikan,” ucapnya. 

Penurunan terbesar terjadi untuk tujuan China sebesar 2,38 juta ton, India sebesar 1,13 juta ton, serta Bangladesh, Malaysia, AS dan Uni Eropa dalam jumlah yang lebih kecil. Khusus untuk ekspor selama Desember 2024, mencapai 2,06 juta ton atau lebih rendah 21,88% dari ekspor bulan November 2024 sebesar 2,63 juta ton.

Secara rinci, penurunan terbesar terjadi pada ekspor ke India sebesar 246 ribu ton, diikuti dengan tujuan China sebesar 39 ribu ton. Sedangkan yang mengalami kenaikan terbesar adalah Pakistan 486 ribu ton dan Timur Tengah 164 ribu ton, sedangkan Rusia dan beberapa negara lain naik dengan jumlah yang lebih kecil.

Sementara itu terkait produksi minyak sawit pada 2025 diperkirakan 53,6 juta ton sedangkan konsumsi dalam negeri 26,1 juta ton termasuk untuk biodiesel B40 sebesar 13,6 juta ton. "Dengan perkiraan tersebut ekspor diperkirakan akan turun menjadi 27,5 juta ton, lebih rendah dari ekspor tahun 2024 sebesar 29,5 juta ton," tuturnya. 

Meskipun demikian menurut Eddy Martono saat ini sektor industri sawit menjadi pilar ekonomi nasional. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya tenaga kerja yang terserap. Saat ini ada sekitar 16,2 juta orang yang terlibat di industri sawit.

Peningkatan Produktivitas
Sebelumnya, Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono menekankan pentingnya peningkatan produktivitas kelapa sawit secara berkelanjutan untuk mendukung program prioritas pemerintah khususnya swasembada pangan, energi dan hilirasi sumber daya alam.

“Pemerintah ingin bagaimana sawit kita menuju keberlanjutan,” kata Sudaryono beberapa waktu lalu. 

Ia menjelaskan, untuk meningkatkan produktivitas sawit dilaksanakan dengan intensifikasi dan memanfaatkan benih unggul hingga tata kelola dan perawatan yang baik pada lahan dan luas yang sama atau tanpa menambah lahan.

Kemudian ekstensifikasi dilakukan tanpa menimbulkan deforestasi, melalui kajian komprehensif terhadap lingkungan dan dilaksanakan melalui praktik berkelanjutan. Selain itu, peremajaan sawit atau replanting yang juga memanfaatkan metode tumpang sari dengan penanaman padi gogo yang cocok di lahan kering dan penanaman jagung.

Ia pun menyambut baik pelaksanaan ICOPE 2025 karena membahas terkait riset kelapa sawit mulai dari benih, pupuk, perubahan iklim, teknologi hingga kecerdasan buatan (AI) yang dibutuhkan dalam mendukung peningkatan produktivitas sawit.

“Tentu saja ini baik bagi Indonesia karena dari 100% minyak sawit beredar di dunia ini, 5 %-nya bersumber dari Indonesia,” imbuhnya.

Untuk diketahui, ICOPE ke-7 dilaksanakan di Sanur, Denpasar, Bali, 12-14 Februari 2025 yang dihadiri sejumlah delegasi yakni pemerintah, akademisi, pelaku usaha hingga lembaga swadaya masyarakat dari Indonesia, India, Belanda, Prancis, Malaysia, Inggris, Finlandia, Kolombia dan Spanyol. Konferensi itu menjadi media untuk merumuskan formula keberlanjutan dan transformasi industri minyak sawit yang ramah iklim dan lingkungan.

Produktivitas kelapa sawit sendiri dapat mendukung hilirisasi sumber daya alam dan swasembada pangan termasuk untuk program prioritas makan bergizi. Selain itu, swasembada energi melalui program B40 yakni campuran 40% minyak sawit untuk menekan ketergantungan terhadap energi fosil.

Tata Kelola Berkelanjutan
Sementara itu, Direktur Konservasi Yayasan World Wide Fund for Nature (WWF) Indonesia Dewi Lestari Yani Rizki menilai perlu keseriusan industri kelapa sawit untuk menerapkan tata kelola menuju keberlanjutan agar bisa menjawab tantangan pasar global.

Upaya itu diharapkan mendukung pemerintah Indonesia menurunkan emisi karbon dan menyelamatkan keanekaragaman hayati. “Kami meyakini industri kelapa sawit dapat bertransformasi menjadi bisnis berkelanjutan ke depan,” ujar Dewi.

Di sisi lain, Chairman and CEO Sinar Mas Agribusiness and Food Franky Oesman Widjaja mengungkapkan inovasi berkelanjutan dan sinergi pemerintah, pelaku usaha, masyarakat dan pihak lainnya menjadi kunci masa depan industri kelapa sawit. 

“Kami telah berkomitmen untuk menerapkan praktik terbaik dalam pertanian berkelanjutan, serta melindungi keanekaragaman hayati dan ekosistem di sekitar,” ucapnya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar