c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

EKONOMI

14 November 2025

11:20 WIB

Sampai Oktober 2025, Produksi Listrik RI Sentuh 290 TWh

Batu bara masih gagah menopang produksi listrik nasional sampai Oktober 2025

Penulis: Yoseph Krishna

<p id="isPasted">Sampai Oktober 2025, Produksi Listrik RI Sentuh 290 TWh</p>
<p id="isPasted">Sampai Oktober 2025, Produksi Listrik RI Sentuh 290 TWh</p>

Warga melintas dengan latar belakang PLTU Suralaya di Kota Cilegon, Banten, Rabu (6/12/2023). Antara Foto/Muhammad Bagus Khoirunas

JAKARTA - Plt. Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tri Winarno mengungkapkan realisasi produksi listrik oleh PT PLN maupun perusahaan swasta atau Independent Power Producer (IPP) sampai Oktober 2025 berada di level 290 Terawatt hours (TWh).

Dari total realisasi produksi listrik Januari-Oktober 2025, pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara masih menjadi tulang punggung ketenagalistrikan Indonesia. Pasalnya, produksi listrik dari PLTU tercatat mencapai 193,22 TWh atau 66,52% dari keseluruhan produksi listrik.

Berdasarkan tren bulanan, Tri mengakui sumber energi batu bara selama 10 bulan ini masih gagah menopang sistem ketenagalistrikan nasional mengingat sejak Januari, batu bara selalu menjadi sumber energi listrik utama Indonesia.

"Apabila kita telusuri tren bulanan dari Januari hingga Oktober, kontribusi batu bara relatif tetap mencerminkan peran besar baseload yang selama ini menjadi penopang pasokan listrik nasional," ucapnya dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi XII DPR, Kamis (13/11).

Tapi di lain sisi, dominasi batu bara yang semakin kokoh turut menjadi 'alarm' bagi pemerintah supaya melancarkan proyek co-firing biomassa untuk menurunkan emisi gas rumah kaca.

"Dominasi selama ini juga menjadi pengingat bagi kita bahwa upaya untuk menurunkan intensitas emisi harus terus diperkuat melalui percepatan co-firing biomassa," sebut Tri.

Selain batu bara, gas juga tercatat menjadi penopang lain sistem ketenagalistrikan nasional dengan realisasi produksi 47,46 TWh atau 16,34% dari total produksi listrik sepanjang Januari-Oktober 2025.

Pembangkit listrik berbahan bakar gas juga selalu konsisten menjadi back-up PLTU batu bara sejak Januari. Pada awal tahun saja, pembangkit berbasis gas mampu memproduksi sekitar 4,66 TWh dan sampai Oktober 2025 lalu, pembangkit berbasis gas konsisten berkontribusi sekitar 16% dari total produksi listrik.

"Ini menegaskan pembangkit gas berperan penting selain menjadi variabel yang fleksibel, juga jadi penyeimbang. Terutama, ketika variabilitas energi terbarukan meningkat," kata Tri.

Sedangkan pembangkit listrik yang berbasis pada energi baru dan terbarukan (EBT), kontribusinya sampai Oktober 2025 baru 37,48 TWh atau 12,9% dari total produksi listrik nasional.

"Meski belum melesat, tren kenaikan yang stabil menandakan fondasi sistem EBT kita yang semakin kuat meski belum mampu menggeser struktur bauran yang signifikan," tambah Tri.

Terakhir untuk pembangkit listrik berbasis bahan bakar minyak (BBM) dan bahan bakar nabati (BBN), punya kontribusi sebesar 4,23% dari total produksi listrik nasional sampai Oktober 2025. Produksi listrik 12,2 TWh dari BBM dan BBN, sambungnya, berperan krusial bagi kawasan yang belum terhubung dengan sistem besar.

"Untuk BBM dan BBN, kontribusi 12,2 TWh atau 4,23%. Angka ini kecil, namun strategis untuk daerah-daerah yang berbatasan keterbatasan jaringan atau lokasi yang belum terhubung dengan sistem besar," imbuhnya.

Sampai akhir tahun 2025 nanti, pemerintah menaksir realisasi produksi listrik bisa menyentuh angka 354 TWh atau menigkat dari capaian tahun 2024 yang kala itu berada di kisaran 339 TWh.

Prognosa produksi listrik sampai akhir tahun, jelas Tri, bakal berasal dari PLTU batu bara 235 TWh (66,54%), pembangkit gas 59 TWh (15,69%), EBT 44,79 TWh (12,67%), serta pembangkit listrik berbasis BBM dan BBN 14,52 TWh (4,1%).

"Dengan demikian produksi listrik pada tahun 2025 diproyeksikan akan terus meningkat dibandingkan dengan tahun 2024, sejalan dan pertumbuhan ekonomi, peningkatan elektrikasi, serta peningkatan kebutuhan," pungkasnya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar