15 April 2025
08:33 WIB
Rusia Dorong Perjanjian Perdagangan Bebas RI-EAEU Terwujud di 2025
Perjanjian perdagangan bebas antara Indonesia dan EAEU diusulkan Presiden Rusia Vladimir Putin di sela-sela ASEAN-Russia Summit di Sochi pada bulan Mei 2016.
Penulis: Siti Nur Arifa
Plenary Session of Russia-Indonesia Business Forum yang mengangkat tema “Russia-Indonesia Strategy of Partnership”, di Jakarta, Senin (14/4). Sumber: Kemenko Perekonomian RI.
JAKARTA - Deputi Pertama Perdana Menteri Federasi Rusia Denis Manturov menyampaikan harapan untuk bekerja sama dengan Indonesia dalam bidang strategis seperti pertanian dan energi.
Lebih lanjut, Manturov bahkan berharap perjanjian perdagangan bebas antara kedua negara dapat terealisasi di tahun 2025.
"Untuk mendukung keberlanjutan kerja sama, perjanjian perdagangan bebas antara Indonesia dan Uni Ekonomi Eurasia (EAEU) diharapkan dapat segera terwujud dan ditandatangani pada tahun ini,” ujar DPM Manturov dalam Plenary Session of Russia-Indonesia Business Forum bertajuk “Russia-Indonesia Strategy of Partnership”, Jakarta, Senin (14/4).
EAEU berdiri pada 1 Januari 2015 dan beranggotakan lima negara yakni Rusia, Kazakhstan, Belarus, Armenia, dan Kyrgyzstan. Perjanjian perdagangan bebas antara Indonesia dan EAEU diusulkan Presiden Rusia Vladimir Putin di sela-sela ASEAN-Russia Summit di Sochi pada bulan Mei 2016.
Sejak perundingan diluncurkan pada 5 Desember 2022, Indonesia dan EAEU telah berkomitmen untuk menyelesaikan perundingan Indonesia–Eurasian Economic Union Free Trade Agreement (Indonesia–EAEU FTA, atau IEAEU–FTA) ini dalam waktu dua tahun.
Perundingan IEAEU–FTA telah mencapai putaran ke-5 yang berlangsung pada 22–24 Juli 2024 di Malang, Jawa Timur. Pada putaran ini, tim perunding kedua negara berhasil menyepakati tujuh isu runding yang dibahas. Perundingan putaran ke-5 menjadi putaran penuh terakhir, karena telah berhasil menyelesaikan 11 isu runding dari yang seluruhnya berjumlah 15 isu.
Sebagai informasi, pada 2023, total perdagangan Indonesia dan EAEU mencapai US$3,8 miliar. Nilai total perdagangan tersebut terdiri atas ekspor Indonesia ke EAEU sebesar US$1,1 miliar dan impor Indonesia dari EAEU sebesar US$2,7 miliar. Produk ekspor utama Indonesia ke EAEU pada 2023 adalah minyak sawit, kopra, perangkat televisi, serta mesin dan peralatan listrik.
Sementara itu, produk impor Indonesia dari EAEU didominasi batu bara, pupuk, produk setengah jadi besi baja bukan paduan, dan gandum.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI Airlangga Hartarto dalam kesempatan sama memaparkan, Russia-Indonesia Business forum merupakan wujud kerja sama bilateral antara RI-Rusia yang mempertemukan lebih dari 30 perusahaan Rusia, termasuk produsen solusi digital, produk makanan, peralatan khusus, dan berbagai sektor industri lainnya.
Forum tersebut diselenggarakan oleh Yayasan Roscongress, di bawah payung Roscongress International dan Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia.
"Kerja sama antara KADIN Indonesia dan Roscongress Foundation menjadi kunci untuk menghadirkan solusi nyata sesuai kebutuhan pelaku bisnis kedua negara,” ujarnya.
Pemanfaatan KEK
Lebih lanjut, Menko Airlangga menyebut kerja sama RI-Rusia bisa mengandalkan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), yang berperan sebagai instrumen kunci dalam menarik investasi serta mendorong penguatan ekonomi nasional.
"Pemerintah saat ini mengelola 25 KEK yang tersebar dari Aceh hingga Papua, mencakup 13 KEK Industri, 8 KEK Pariwisata, 3 KEK Digital, dan 1 KEK Aero Technic,” ungkap Menko Airlangga.
Melalui pemberian berbagai fasilitas dan insentif khusus, KEK diharapkan dapat menjadi magnet investasi serta menciptakan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru di berbagai wilayah Indonesia.
"Salah satu strategi utama Pemerintah dalam mendorong pertumbuhan ekonomi adalah melalui hilirisasi industri, khususnya di sektor-sektor unggulan seperti nikel, tembaga, bauksit, kelapa sawit, dan petrokimia," tambah Airlangga.
Dijelaskan, kebijakan hilirisasi yang dimaksud diharapkan mampu memberikan nilai tambah dalam negeri yang lebih besar, meningkatkan daya saing global, serta mengurangi ketergantungan pada ekspor bahan mentah.
Airlangga kembali mengungkap, selain penguatan sektor riil, pemerintah juga menempatkan transformasi digital sebagai pendorong utama pertumbuhan ekonomi masa depan.
Ekonomi digital Indonesia diproyeksikan akan meningkat hingga hampir US$1 triliun pada 2030.
"Dengan adanya aturan progresif dalam kerangka Digital Economy Framework Agreement (DEFA), nilai kontribusi ekonomi digital ASEAN diperkirakan dapat meningkat dua kali lipat mencapai hingga US$2 triliun," imbuhnya
Airlangga juga menekankan, terdapat peluang kerja sama dengan Rusia yaitu kerja sama investasi di sektor teknologi siber, pariwisata, kesehatan, pendidikan terutama untuk mengirim lebih banyak mahasiswa belajar di Rusia.
Dirinya berharap, forum pertemuan RI-Rusia kali ini menghasilkan pemahaman dan kesepakatan business-to-business yang lebih mendalam, menambah kesempatan akses pasar, dan prospek investasi baru antara Indonesia dan Rusia.
"Pertemuan ini diharapkan juga akan menghasilkan kesepakatan awal yang memanfaatkan kekuatan kedua negara, membuka jalan bagi investasi nyata di bidang energi terbarukan, teknologi, dan manufaktur,” pungkas Menko Airlangga.