21 April 2025
10:54 WIB
Rupiah Perkasa Di Tengah Kegelisahan Pasar Soal Trump
Rupiah menguat seiring persepsi negatif pasar terhadap pernyataan Presiden AS Donald Trump yang meminta pemangkasan suku bunga acuan The Fed dengan segera.
Editor: Khairul Kahfi
Petugas menunjukkan uang pecahan dolar AS dan rupiah di gerai penukaran mata uang asing, Jakarta, Selasa (8/4/2025). Antara Foto/Fathul Habib Sholeh/Spt.
JAKARTA - Presiden Direktur PT Doo Financial Futures Ariston Tjendra memperkirakan, nilai tukar (kurs) rupiah perkasa seiring persepsi negatif pasar terhadap pernyataan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang meminta pemangkasan suku bunga acuan The Fed.
“Tekanan terhadap dolar AS terbaru datanya dari persepsi negatif pasar terhadap pernyataan Trump yang meminta Bank Sentral AS untuk memangkas suku bunga acuannya,” ujarnya melansir Antara, Jakarta, Senin (21/4).
Pada pembukaan perdagangan Senin pagi di Jakarta, nilai tukar rupiah terpantau menguat sebesar 46 poin atau 0,27%, dari sebelumnya Rp16.877 per dolar AS menjadi Rp16.831 per dolar AS.
Ariston menilai, pernyataan Trump itu dianggap mengintervensi tugas The Fed sehingga bisa berdampak buruk terhadap perekonomian AS.
Dalam sebuah unggahan di media sosial miliknya, Truth Social, Trump pada 17 April 2025 menyatakan 'Powell’s termination cannot come fast enough!'.
Ariston menyampaikan, makna dari unggahan tersebut adalah Trump sangat menanti-nanti momen ketika Powell diberhentikan dari jabatannya sebagai pucuk pimpinan bank sentral AS.
Bahkan, pada hari yang sama, berbagai media internasional juga melaporkan Trump telah berkata kepada para wartawan bahwa 'Saya (Trump) tidak senang dengan dia (Powell). Saya membuat dia mengetahuinya'.
"Salah satu pemicu yang membuat Trump tak suka dengan Powell adalah mengenai paparan penilaian suram oleh Gubernur The Fed terhadap prospek ekonomi terhadap perombakan tarif besar-besaran Trump sejak 3 April 2025," ucap Ariston.
Selain itu, Trump juga beberapa kali telah mendorong Fed untuk segera menurunkan suku bunga yang tidak digubris sama sekali. Gubernur The Fed Powell mengatakan, pihaknya masih membutuhkan 'kejelasan yang lebih besar' mengenai dampak kebijakan tarif Trump sebelum melakukan tindakan apapun.
Di sisi lain, penguatan rupiah juga dipengaruhi pelemahan dolar AS yang tertekan dampak negatif dari kenaikan tarif terhadap perekonomian AS karena kenaikan harga-harga barang konsumsi.
“Potensi penguatan (rupiah) ke arah Rp16.700, dengan resisten di kisaran Rp16.830 (per dolar AS),” ucapnya.
Ariston melaporkan bahwa nilai tukar regional pagi ini rata-rata menguat terhadap dolar AS, sehingga rupiah pun bisa turut menguat. Indeks dolar AS (DXY) pagi ini bergerak lebih rendah dari pekan lalu di kisaran 98 poin, dari sebelumnya di atas 99 poin.
Sebelumya, Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva menekankan, dunia tengah menghadapi ketidakpastian yang signifikan saat ini. Pada gilirannya, situasi ini bisa mengganggu pasar keuangan global.
"Kami akan memperingatkan bahwa ketidakpastian tinggi yang berlarut-larut meningkatkan risiko tekanan pasar keuangan," ucap Kristalina pada Spring Meetings 2025, Kamis (17/4) .
Pada awal April 2025, IMF mengidentifikasi pergerakan beberapa pasar obligasi dan mata uang utama yang tidak biasa di dunia. Meski ketidakpastian meningkat, dolar AS terdepresiasi, dan imbal hasil Treasury AS membentuk kurva 'tersenyum'.
"(Namun, kurva) itu bukan jenis senyuman yang ingin dilihat orang. Pergerakan seperti itu harus dianggap sebagai peringatan. Semua orang menderita jika kondisi keuangan memburuk," tegasnya.