16 Juli 2025
11:10 WIB
Rupiah Melemah Imbas Inflasi AS Melonjak Akibat Tarif Trump
Pelemahan nilai rupiah saat ini dipengaruhi data inflasi konsumen AS yang lebih tinggi dari ekspektasi pasar. Tercatat, data Indeks Harga Konsumen/CPI AS sebesar 2,7% (yoy).
Editor: Khairul Kahfi
Ilustrasi - Petugas menghitung uang pecahan dolar AS dan rupiah di gerai penukaran mata uang asing di Jakarta. Antara Foto/Reno Esnir/nym
JAKARTA - Pengamat pasar uang Ariston Tjendra menyatakan, pelemahan nilai tukar (kurs) rupiah saat ini dipengaruhi data inflasi konsumen Amerika Serikat (AS) yang lebih tinggi dari ekspektasi pasar.
Info saja, nilai tukar rupiah pada pembukaan perdagangan Rabu pagi (16/7) di Jakarta melemah sebesar 3 poin atau 0,02%, dari sebelumnya Rp16.267 menjadi Rp16.270 per dolar AS.
"Data inflasi konsumen AS yang dirilis lebih tinggi dari ekspektasi pasar semalam, menjaga dolar AS tetap menguat," katanya melansir Antara, Jakarta, Rabu (16/7).
Baca Juga: Rupiah Melemah Terimbas Tarif Dagang Trump dan Proyeksi Inflasi AS
Tercatat, data Indeks Harga Konsumen (Consumer Price Index/CPI) AS sebesar 2,7%, atau naik dari sebelumnya 2,6% secara year-on-year (yoy). Kenaikan inflasi ini dinilai dapat memicu Bank Sentral AS untuk menunda pemangkasan suku bunga acuan.
Angka CPI ini lebih tinggi dari ekspektasi umum dan laju rata-rata 2,4% dalam lima bulan pertama. Inflasi inti juga naik meningkat 2,9% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Ariston menilai, kenaikan inflasi berkaitan dengan peningkatan tarif terhadap mitra dagang negara tersebut sejak Presiden AS Donald Trump menjabat untuk periode kedua.
"Kenaikan tarif ini (yang menyebabkan inflasi naik), kan sudah ada barang-barang impor yang mengalami kenaikan tarif," ujar Ariston.
Di sisi lain, negosiasi Indonesia dan AS yang berakhir dengan dianggap baik bisa memberikan sentimen positif untuk rupiah. Namun, dia mengingatkan bahwa capaian ini tetap saja mencerminkan tarif impor barang Indonesia di AS akan tetap lebih tinggi dari sebelumnya.
Donald Trump mengatakan tarif impor senilai 19% akan diberlakukan terhadap produk-produk Indonesia yang masuk ke AS, berdasarkan negosiasi langsung yang dilakukannya langsung dengan Presiden RI Prabowo Subianto.
Nilai baru tersebut menunjukkan telah tercapai kesepakatan untuk menurunkan tarif impor AS untuk produk Indonesia dari angka 32% yang diumumkan pertama kali oleh Trump pada April lalu.
Trump mengatakan bahwa Indonesia berjanji akan membebaskan semua halangan tarif dan nontarif bagi produk AS yang masuk ke RI. Apabila ada produk dari negara ketiga dengan tarif lebih tinggi yang akan diekspor ke AS melalui Indonesia, tarif 19% tersebut akan ditambahkan pada produk tersebut.
"(Dengan kondisi tersebut) rupiah bisa saja menguat terhadap dolar AS pagi ini, tapi masih dalam kisaran Rp16.200-Rp16.300," ucap dia.
Baca Juga: Ancaman Tarif Trump ke Eropa-Meksiko Bikin Rupiah Melemah
Melansir Bloomberg, pada penutupan perdagangan Selasa (15/7), Indeks Dolar AS (DXY) yang mengukur kinerja terhadap mata uang lainnya, termasuk EUR, JPY, GBP, CAD, CHF, dan SEK terpantau memerah ke level 98,56 poin atau turun tipis 0,05 persen poin dibandingkan penutupan sebelumnya yang berkisar 98,61 poin.
Adapun pergerakan DXY harian kemarin (15/7) berkisar antara 98,53-98,63 poin, atau cenderung bergerak naik dibanding beberapa waktu belakangan terhadap rentang level DXY 52 pekan terakhir di kisaran 96,37-110,17 poin.
Di sisi lain, dolar AS yang dipantau pada pukul 10.24 WIB hari ini (16/7) terpantau menguat 0,12% atau naik sekitar Rp26 terhadap mata uang rupiah. Sementara ini, rupiah ditransaksikan Rp16.286 per dolar AS, dengan proyeksi pergerakan harian sekitar Rp16.264-16.301 per dolar AS.
Klaim Inflasi AS Terukur
Sementara itu, Sekretaris Pers Gedung Putih AS Karoline Leavitt menyampaikan, setiap bulan sejak Presiden Donald Trump menjabat, inflasi inti yang dinilai sebagai ukuran inflasi terbaik telah melampaui atau bahkan menyamai ekspektasi inflasi.
Di sisi lain, dia juga menyampaikan, saat ini AS di bawah kepemimpinan Donald Trump terus berhasil mengatasi inflasi, setelah bertahun-tahun kenaikan harga yang disebabkan oleh Biden.
"Data membuktikan bahwa Presiden Trump berhasil menstabilkan inflasi dan para panicans (orang-orang panik) terus keliru tentang (kebijakan) tarif yang menaikkan harga," klaim Karoline, Selasa (15/7)
Pemerintah AS juga menyampaikan, data inflasi Juni menunjukkan jalur yang tepat. Tingkat inflasi tahunan berada di bawah laju tahun sebelumnya, menunjukkan bahwa harga berada di jalur yang tepat.
Kemudian, inflasi inti melampaui ekspektasi untuk bulan berikutnya. Sejak Presiden Trump menjabat, inflasi inti hanya berada di angka 2,1%, level yang belum pernah terlihat sejak Pemerintahan Trump pertama, ketika harga rendah dan stabil, selalu berada di bawah atau sesuai ekspektasi para ekonom setiap bulannya.
Selanjutnya, Harga kebutuhan sehari-hari warga Amerika terus turun. Harga kendaraan baru dan bekas serta tiket pesawat turun bulan lalu, sementara inflasi hunian tahunan turun ke level terendah dalam hampir empat tahun.
Penurunan tersebut diikuti dengan harga bensin, bahan bakar minyak, komoditas energi, hotel, tiket pesawat, transportasi umum, dan sayuran segar semuanya turun dibandingkan tahun lalu.
Lalu, pertumbuhan upah saat ini tetap kuat di bawah Presiden Trump. Upah riil untuk pekerja produksi dan nonpengawas naik 1,3% dibandingkan tahun lalu.