c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

EKONOMI

17 Juni 2025

11:14 WIB

Rupiah Diprediksi Masih Berkonsolidasi Seiring Konflik Di Timur Tengah

Nilai tukar rupiah diproyeksi masih berkonsolidasi di kisaran Rp16.200-16.300 per dolar AS. Pasar masih menunggu perkembangan konflik antara Iran dengan Israel.

Editor: Khairul Kahfi

<p>Rupiah Diprediksi Masih Berkonsolidasi Seiring Konflik Di Timur Tengah</p>
<p>Rupiah Diprediksi Masih Berkonsolidasi Seiring Konflik Di Timur Tengah</p>

Seorang teller menunjukkan uang kertas Rp100.000 dan Rp50.000 di Jakarta. Antara Foto/M Risyal Hidayat

JAKARTA - Presiden Direktur PT Doo Financial Futures Ariston Tjendra mengatakan, nilai tukar (kurs) rupiah masih berkonsolidasi di kisaran Rp16.200-16.300 per dolar AS, karena pasar masih menunggu perkembangan konflik antara Iran dengan Israel.

“Nilai tukar rupiah belum bergerak ke mana-mana, masih berkonsolidasi di kisaran Rp16.200-16.300. Pasar masih menunggu perkembangan di Timur Tengah, konflik Israel Iran. Tidak ada eskalasi yang membuat pelaku pasar tenang dan kembali masuk ke aset berisiko,” ucapnya melansir Antara, Jakarta, Selasa (17/6).

Pada Jumat (13/6), Pasukan Pertahanan Israel (IDF) meluncurkan operasi militer besar-besaran bernama 'Operation Rising Lion' dengan menyerang target militer dan fasilitas program nuklir Iran. Angkatan Udara Israel melakukan serangan dalam beberapa gelombang di sejumlah wilayah Iran, termasuk ibu kota Tehran.

Dalam serangan tersebut, sejumlah pejabat militer tinggi Iran dilaporkan tewas, termasuk Kepala Staf Umum Militer Iran Jenderal Mohammad Bagheri dan beberapa komandan Garda Revolusi, serta sejumlah ilmuwan nuklir.

Sebagai balasan, Iran meluncurkan 'Operation True Promise 3', yang menyerang berbagai fasilitas militer dan sasaran strategis milik Israel.

Menurut Ariston, para pelaku pasar masih mewaspadai perkembangan konflik ini sehingga kemungkinan nilai tukar dolar AS masih bergerak di kisaran yang sama.

“Dolar AS juga masih terbuka untuk menguat lagi terhadap nilai tukar lainnya karena potensi eskalasi konflik dan juga negosiasi tarif yang berpotensi deadlock lagi,” ujar dia.

Berdasarkan faktor-faktor di atas, nilai tukar rupiah masih ke arah Rp16.300 per dolar AS dengan potensi support di kisaran Rp16.200 per dolar AS.

Apabila konflik Iran-Israel semakin meluas dan berlangsung panjang, pelaku pasar dipastikan akan mencari aset aman dan kurs rupiah bisa balik melemah ke Rp16.600 per dolar AS.

“Timur Tengah ini produsen minyak mentah, harga minyak (global) bisa naik lagi, harga komoditas lain juga bisa melonjak. Pergerakan logistik bisa terhambat, inflasi naik, ekonomi global goyang,” kata Ariston.

Nilai tukar rupiah pada pembukaan perdagangan Selasa pagi (17/6) di Jakarta melemah sebesar 34 poin atau 0,21%, dari sebelumnya Rp16.265 menjadi Rp16.299 per dolar AS.

Melansir Bloomberg, Indeks Dolar AS (DXY) yang mengukur kinerja terhadap mata uang lainnya, termasuk EUR, JPY, GBP, CAD, CHF, dan SEK sementara ini terpantau menguat tipis ke level 98,17 poin, atau naik 0,18 persen poin dibandingkan penutupan sebelumnya yang berkisar 97,99 poin. 

Adapun pergerakan DXY harian saat ini diperkirakan berkisar antara 98,12-98,27 poin, atau cenderung mendekati rentang level support DXY dalam 52 pekan terakhir di kisaran 97,60-110,17 poin.

Bloomberg juga menyampaikan (16/6), Presiden AS Donald Trump akan meninggalkan pertemuan puncak para pemimpin G7 di Kanada sehari lebih awal, setelah memperingatkan penduduk Teheran untuk mengungsi dari kota tersebut karena Israel terus membombardir Iran dalam upaya untuk melumpuhkan program nuklirnya.

Kepergian tergesa-gesa tersebut memicu spekulasi bahwa AS mungkin sedang menyiapkan dukungan yang lebih agresif untuk operasi Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, sementara pejabat tinggi AS mengatakan Presiden Trump tetap berharap kesepakatan damai dapat dicapai.

Sekretaris Pers Gedung Putih Karoline Leavitt mengatakan Trump berangkat ke Washington agar dapat mengurus banyak hal penting, yang dalam unggahan lanjutan di X mengatakan keberangkatannya disebabkan 'kondisi yang sedang terjadi di Timur Tengah'. 


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar