c

Selamat

Senin, 17 November 2025

EKONOMI

21 Januari 2025

20:13 WIB

Rosan Ajak Peserta WEF 2025 Berkongsi Capai Target NZE

Keikutsertaan Indonesia dalam ajang World Economic Forum (WEF) 2025 merupakan upaya memperkuat citra Indonesia terkait investasi berkelanjutan

 

<p>Rosan Ajak Peserta WEF 2025 Berkongsi Capai Target NZE</p>
<p>Rosan Ajak Peserta WEF 2025 Berkongsi Capai Target NZE</p>

Dua orang pria berjalan melewati logo Forum Ekonomi Dunia (WEF) di Davos, Swiss. dok.ANTARA/ Xinhua/ Lian Yi.

JAKARTA - Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Rosan Roeslani, mengajak para pemangku kepentingan (stakeholders) yang menghadiri World Economic Forum (WEF) 2025 berkongsi dengan Indonesia untuk mewujudkan Net Zero Emission (NZE) 2060.

“Tentunya, kami ingin berkolaborasi dan bersinergi dengan pemangku kepentingan yang berbeda-beda, terutama untuk mendukung komitmen Indonesia dalam mewujudkan emisi nol bersih (net zero emission) pada 2060 atau lebih awal,” ucap Rosan Roeslani ketika membuka paviliun Indonesia di ajang World Economic Forum (WEF) 2025, Davos, Swiss, Selasa (21/1) seperti dilansir Antara.

Berdasarkan pantauan dari kanal resmi Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM, Jakarta, Rosan juga memperkenalkan kopi dan kuliner khas Indonesia kepada para pemangku kepentingan yang menghadiri acara pembukaan paviliun Indonesia di WEF 2025. Dalam kesempatan tersebut, Rosan juga menyampaikan keinginan Presiden Prabowo Subianto untuk membawa Indonesia lebih aktif lagi dalam gelaran internasional, baik yang dihadiri oleh banyak negara maupun dua negara.

“Sehingga menunjukkan, Indonesia semakin hadir di mata dunia,” ucap Rosan.

Rosan sebelumnya menyatakan, keikutsertaan dalam ajang World Economic Forum (WEF) 2025 merupakan upaya memperkuat citra Indonesia terkait investasi berkelanjutan. Ia menyampaikan, pihaknya memfasilitasi paviliun dan menjadi pembicara dalam ajang pertemuan ekonomi tersebut yang diselenggarakan pada 20–24 Januari di Davos, Swiss.

Rosan mengatakan, dalam ajang tersebut juga dirinya akan melakukan pertemuan dengan beberapa investor global dan pejabat setingkat menteri dari negara lain. Menurut dia, Davos memberi kesempatan yang besar untuk mempromosikan peluang-peluang investasi di Indonesia secara sekaligus kepada investor-investor global yang hadir.

“Untuk itu, kami tentunya akan memaksimalkan waktu untuk bertemu sebanyak mungkin investor potensial yang memiliki visi yang sama dengan Indonesia, memajukan investasi berkelanjutan," kata Rosan.

Klaster Industri
Ia menuturkan, pada sesi pertama diskusi panel WEF yang berjudul Industrial Clusters as Energy Pioneers, dirinya membahas peran klaster industri. Khususnya dalam mempercepat pengembangan infrastruktur energi bersih dan menjadi laboratorium inovasi bagi proyek-proyek transisi energi. Diskusi ini diharapkan dapat memperkuat citra Indonesia dalam mendorong investasi di bidang energi terbarukan dan teknologi hijau.

Sedangkan di sesi lainnya, Rosan akan membahas mengenai Country Strategy Dialogue on Indonesia yang mengulas beberapa prioritas strategi pengembangan ekonomi dan investasi Indonesia di tahun 2025. Di antaranya terkait dengan fokus hilirisasi investasi, digitalisasi ekonomi dan ketahanan pangan.

Ia menyampaikan dalam ajang tersebut juga dirinya akan melakukan pertemuan dengan beberapa investor global dan pejabat setingkat menteri dari negara lain.

"Davos memberikan suatu kesempatan yang besar untuk mempromosikan peluang-peluang investasi di Indonesia secara sekaligus kepada investor-investor global yang hadir. Untuk itu, kami tentunya akan memaksimalkan waktu untuk bertemu sebanyak mungkin investor potensial yang memiliki visi yang sama dengan Indonesia, memajukan investasi berkelanjutan," kata Rosan.

Menurut sebuah laporan yang dirilis oleh Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum/WEF) Selasa (7/1) menyatakan, kerja sama global untuk mencapai tujuan iklim semakin kuat pada 2023, arus modal dan perdagangan teknologi rendah karbon seperti energi surya, energi angin, dan kendaraan listrik meningkat. Seiring emisi karbon global terus meningkat, penguatan kerja sama global diperlukan untuk mencapai tujuan iklim pada 2030.

Turbulensi politik dan geopolitik berpotensi merusak upaya kerja sama global, seperti tertulis dalam laporan itu. Meskipun sejumlah bidang menunjukkan penurunan, bidang-bidang seperti perdagangan, inovasi, dan iklim, kerja sama global masih berada dalam tren positif.

Berkat digitalisasi ekonomi global, kerja sama teknologi dan inovasi global terus meningkat pada 2023. Namun, teknologi berkembang seperti kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) mengubah lanskap global, meningkatkan kemungkinan frontier baru dalam persaingan geostrategis, ungkap laporan tersebut.

Kontribusi Indonesia
Sebelumya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyatakan, Indonesia bisa memberikan kontribusi besar dalam mewujudkan nol emisi karbon (net zero emissions/NZE) secara global.

Hal tersebut karena Indonesia memiliki potensi besar untuk memaksimalkan pemanfaatan energi hijau, dengan sumber daya energi terbarukan yang melimpah. Ia menyebut, Indonesia memiliki potensi pengembangan bauran EBT mencapai 3.687 gigawatt, potensi ini terdiri atas pengembangan tenaga air (hidro) sebesar 95 gigawatt, tenaga surya 3.294 gigawatt, bioenergi 57 gigawatt, panas bumi (geotermal) 23 gigawatt, energi bayu atau angin 155 gigawatt, serta potensi elektrifikasi dari laut mencapai 63 gigawatt.

Selain itu, pemerintah telah menetapkan target pengurangan gas rumah kaca (GRK) sesuai Enhanced-Nationally Determined Contribution (E-NDC) yakni sebanyak 912 juta ton CO2 pada 2030.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar