c

Selamat

Senin, 17 November 2025

EKONOMI

09 April 2025

14:41 WIB

Riset: Indonesia Jadi Negara Ketiga Dengan Kesenjangan AI Terbesar Di Asia Tenggara

Sekitar 52% penjual di Indonesia mengaku telah mengadopsi AI, namun hanya 42% yang menerapkannya secara nyata. Indonesia di posisi ketiga sebagai negara dengan kesenjangan AI terbesar Asia Tenggara. 

Penulis: Nuzulia Nur Rahma

Editor: Khairul Kahfi

<p>Riset: Indonesia Jadi Negara Ketiga Dengan Kesenjangan AI Terbesar Di Asia Tenggara</p>
<p>Riset: Indonesia Jadi Negara Ketiga Dengan Kesenjangan AI Terbesar Di Asia Tenggara</p>

Ilustrasi - Kecerdasan Buatan (AI) dengan kegiatan belanja online. Dok Lazada

JAKARTA - Riset platform e-commerce Lazada mengungkapkan, sebanyak 7 dari 10 penjual di Asia Tenggara sudah mengenal AI, namun penerapan nyata teknologi ini belum sejalan dengan ekspektasi. 

Di Indonesia, meskipun 52% penjual mengaku telah mengadopsi AI, hanya 42% yang benar-benar menerapkannya secara nyata. Kondisi ini menjadikan Indonesia sebagai negara ketiga dengan kesenjangan terbesar dalam penerapan AI di Asia Tenggara, setelah Malaysia dan Filipina.

CEO Lazada Group James Dong menyatakan, meskipun banyak penjual memahami potensi AI, banyak yang masih berjuang untuk beralih ke tahap implementasi. 

"Sebagai pemimpin di industri eCommerce Asia Tenggara, kami berupaya menjembatani kesenjangan ini dengan menyediakan solusi AI yang mudah diakses bagi penjual di seluruh Asia Tenggara,” katanya dalam pernyataan resmi, Jakarta, Rabu (9/4).

Baca Juga: Riset Lazada: Pengguna Manfaatkan AI Untuk Temukan Produk Saat Belanja

Sebagai informasi, laporan riset 'Menjembatani Kesenjangan AI: Persepsi dan Tren Adopsi Penjual Online di Asia Tenggara' yang dikembangkan Lazada bersama Kantar melibatkan 1.214 penjual e-commerce di Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam.

Lebih lanjut, penjual online Asia Tenggara menghadapi dilema terkait efektivitas AI dan biaya implementasinya. Meski 89% responden mengakui bahwa AI dapat meningkatkan produktivitas, sekitar 61% di antaranya masih meragukan manfaatnya secara keseluruhan.

Faktor biaya dan proses implementasi yang memakan waktu menjadi hambatan utama, dengan sebanyak 64% penjual mengidentifikasi masalah ini sebagai tantangan besar dalam mengadopsi AI.

Selain itu, penjual juga menyadari pentingnya AI, namun kesulitan dalam menerapkannya secara efektif. 

Riset menunjukkan, hampir semua penjual atau sekitar 93% responden sepakat pentingnya meningkatkan keterampilan tenaga kerja dalam menggunakan AI agar lebih produktif.

Meski begitu, sekitar 75% penjual masih melaporkan bahwa karyawan mereka lebih nyaman menggunakan perangkat yang sudah dikenal daripada beralih ke solusi berbasis AI.

Kesiapan Adopsi AI
Dalam hal kesiapan adopsi AI, Indonesia dan Vietnam menempati posisi terdepan di kawasan ini, dengan tingkat adopsi AI sebesar 42%. Riset ini menunjukkan, adanya kesenjangan implementasi AI, di mana penjual memahami pentingnya AI, namun kesulitan untuk menerapkannya secara efektif. 

Laporan ini membagi kesiapan AI penjual berdasarkan lima aspek inti operasional bisnis. Yakni, operasi dan logistik, manajemen produk, pemasaran dan iklan, customer service, serta manajemen tenaga kerja. 

Baca Juga: Telkom: Dengan AI, Pelaku UMKM Bisa Lakukan Leapfrog

Berdasarkan nilai rata-rata dalam setiap aspek tersebut, penjual dikategorikan menjadi tiga kategori. Pertama, AI Adepts, yaitu penjual yang telah menerapkan AI di lebih dari 80% operasional mereka.

Kedua, AI Aspirants, yaitu penjual yang telah mengintegrasikan AI secara sebagian, tetapi masih memiliki kesenjangan adopsi di beberapa fungsi utama.

Ketiga, AI Agnostics, yaitu kelompok penjual yang masih mengandalkan proses manual di sebagian besar fungsi bisnis mereka.

Temuan riset ini menunjukkan Thailand memimpin untuk kategori AI Adepts (30%), diikuti Singapura (29%), Indonesia (29%), dan Vietnam (22%) meskipun terdapat kesenjangan pengetahuan. 

Sementara itu, Malaysia (15%) dan Filipina (19%) menghadapi tantangan keterbatasan infrastruktur dan dukungan internal.

Mayoritas penjual di Asia Tenggara (76%) dan Indonesia (71%) berada di kategori AI Aspirants dan AI Agnostics. Data ini mengindikasikan perlunya solusi AI yang efektif, terutama dalam hal fitur AI (42%) dan dukungan penjual (41%). 

Di Indonesia, dukungan terhadap fungsi bisnis dengan tingkat adopsi AI yang rendah, seperti operasional dan logistik, perlu ditingkatkan untuk mempertahankan posisi Indonesia dalam adopsi AI di Asia Tenggara.

“Dengan temuan ini, Lazada berkomitmen untuk terus mendukung adopsi AI melalui solusi yang dapat mempermudah penjual dalam mengintegrasikan teknologi ini ke dalam operasional mereka, mendukung pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan di kawasan Asia Tenggara,” tandasnya.

Laporan yang sama secara spesifik mendata, penjual di Indonesia menggunakan sejumlah alat bantu AI dalam bisnis mereka. Seperti AI chatbot 55%, AI seller assistant 31%, AI translations (31%), AI marketing solutions (29%), dan AI data analytics (25%).


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar