05 Mei 2025
19:45 WIB
Revivebox; Merawat Memori Lewat Pajangan Unik
Tak selamanya kenangan hanya bisa disimpan di hati. Lewat Revivebox, kenangan bisa juga dinikmati dengan indera penglihatan dan terlihat lebih estetik.
Penulis: Fitriana Monica Sari
Editor: Rikando Somba
Produk Revivebox yang berasal dari berbagai benda memorable. Sumber: Revivebox
JAKARTA - Sebagian besar orang memiliki sebuah barang yang tak mampu mereka jual. Ya, biasanya barang tersebut penuh arti dan kenangan berharga, mulai dari kado dari orang terkasih atau merupakan barang yang diperoleh dengan perjuangan. Namun, ujungnya, barang tersebut hanya berakhir di lemari, dus, atau bahkan gudang yang berdebu.
Berangkat dari kegelisahan tersebut, pada tahun 2023, Sigit Wahyono (30 tahun) membuat sebuah konten di Instagram yang menyulap bangkai iPhone 5 menjadi pajangan dinding (walldecor) yang estetik.
Warga Lamongan, Jawa Timur, ini tidak sendiri dalam membuat konten tersebut. Ia ditemani seorang kawan yang pernah bekerja di konter ponsel sehingga akrab dengan beberapa merek dan tipe ponsel.
Dalam konten ini, mereka memereteli satu persatu komponen iPhone 5, mulai dari luar hingga bagian dalam. Kemudian, berbagai komponen itu disusun sedemikian rupa dan ditempel pada sebidang papan. Terakhir, ditutup dengan bingkai kayu.
Siapa sangka, banyak warganet yang mampir untuk melihat kontennya tersebut. Alhasil, kontennya pun berhasil FYP. Hingga saat ini, kontennya sudah dilihat sebanyak 3,1 juta kali.
"Pertamanya konten di instagram saya (@sigitsapw) membuat pajangan sendiri, terus FYP. Terus buat konten, FYP lagi, akhirnya baru dibikinin brand. Jadi, awalnya karena tidak sengaja," cerita Sigit saat berbincang via telepon dengan Validnews pada Sabtu (3/5).
Meski tak sengaja, Sigit mengaku memang memiliki fondasi atau pengetahuan dasar dalam bidang kreatif. Ya, Sigit sudah lebih dulu memiliki usaha kado lukisan kayu yang diberi nama Grafir Kayu.
Usai kontennya FYP, Sigit mendapat respons positif dari para warganet melalui kolom komentar hingga direct message (DM). Tak sekadar pujian, ia bahkan juga dibanjiri pesanan dari orang-orang yang ingin dibuatkan pajangan unik serupa.
Bukan sebulan, dua bulan ia dibanjiri pesanan. Melihat potensi itu, berselang enam bulan dari kontennya FYP, akhirnya Sigit memutuskan untuk menyeriusi usaha ini dan mendirikan brand baru yang diberi nama Revivebox.
Menurut Sigit, usahanya ini bukanlah pelopor di dunia. Pasalnya, usaha serupa sudah ada lebih dulu di Amerika dengan nama Grid. Namun, jika Grid hanya berfokus pada iPhone saja, Revivebox semakin ke sini kian mendapat pesanan yang kian unik dari pelanggan.
Revivebox pernah menyulap berbagai merek ponsel, kamera, smartwatch, laptop, nintendo DS, stik PlayStation (PS), Tamiya, bahkan kartu Yu Gi Oh, menjadi pajangan unik.
"Revivebox terima bermacam-macam (pesanan) soalnya kan konsumennya banyak di Indonesia, terus setiap ada sing baru-baru trimo-trimo wae, jadi ini kan katalognya banyak," ungkapnya.
Hobi Berbisnis
Sigit bercerita, sejak lulus sekolah, dirinya sudah gemar mencari uang sendiri. Segala macam pekerjaan pernah dilakoninya, mulai dari jadi kuli hingga nelayan. Dari sana, uangnya lantas terkumpul Rp10 juta. Tak ingin uang itu habis sia-sia, Sigit lantas memutar otak mencari cara agar uang itu menghasilkan.
Hingga akhirnya, pada tahun 2015, atau saat usianya menginjak 20 tahun, ia mulai serius terjun ke dunia bisnis dan membuka sebuah warung kopi.
"Iya (suka berbisnis), coba-coba saja untuk bertahan hidup," tutur lelaki kelahiran tahun 1995 ini.
Kemudian, pada tahun 2017, Sigit yang merupakan lulusan SMK Negeri (SMKN) 1 Kalitengah Jurusan Multimedia ini mulai banting setir. Ia beralih ke bisnis Grafir Kayu, kado lukisan kayu yang dapat diberikan untuk perpisahan (farewell) atau sekadar untuk dekorasi rumah kekinian.
"Saya enggak ngerti bisa tertarik ke kerajinan, nemunya di situ," ucap dia merendah.
Pada tahun 2023, atau ketika pandemi covid-19 usai menerpa Tanah Air, kontennya menjadi viral dan ia mulai merintis usaha Revivebox. Menurut Sigit, modal awal merintis Revivebox tidak besar, yakni berkisar ratusan ribu rupiah. Setiap ada pesanan yang masuk, modal tersebut baru dibelikan bingkai dan kaca akrilik. Untuk balik modal pun terbilang cepat.
Ia menuturkan, terdapat beberapa prosedur pemesanan di Revivebox. Dimulai dari pelanggan konsultasi device dan biaya pengerjaan terlebih dahulu kepada admin. Setelah itu, mengisi format order untuk data barang yang sampai di workshop.
Selanjutnya, pelanggan mengirim unit (device) ke workshop dan mulailah proses pengerjaan berupa layouting dan desain, dengan estimasi pengerjaan masing-masing 2-6 minggu atau 1-4 minggu. Khusus untuk paket custom berupa barang unik yang belum pernah dikerjakan dan butuh pengerjaan ekstra, dibutuhkan waktu lebih lama yakni 1-2 bulan.
Selama proses pengerjaan, pelanggan akan mendapatkan perkembangan (update) proses pengerjaan. Barulah setelah produk jadi, Sigit akan mengirimkan rincian biaya sesuai price list ditambah ongkos kirim.
"Prosesnya sih, order kan ya, device dikirim, nanti kita bongkar, kita layout, kita desain, terus dikerjain, terus dikirim balik," jelas dia.
Diakuinya, proses pengerjaan bisa lebih cepat. Akan tetapi, berbagai faktor membuat Sigit memaklumi kecepatan produksi yang ada sekarang ini. Mulai dari jumlah karyawan yang terbatas, ditambah ia masih menggarap usaha Grafir Kayu. Belum lagi, sebagian waktunya juga dialokasikan untuk membuat konten agar produknya semakin luas dikenal.
Terus Berkembang
Sigit menjelaskan, satu pajangan Revivebox bisa dikerjakan oleh dua karyawan sekaligus, yakni terdiri dari satu teknisi dan satu desainer. Karyawan Revivebox tak harus mempunyai latar belakang pendidikan ilmu teknologi (IT). Menurutnya, yang paling penting calon karyawan harus memiliki kemauan untuk belajar.
"Yang penting bisa. Awal-awal bongkar juga gitu, setiap bongkar device baru kan belajar dari YouTube, gimana caranya, trial error-nya banyak, cuma lama-lama kan pengalaman," terang dia.
Lantaran menerima berbagai barang, Revivebox membanderol produknya dengan harga yang bervariasi, mulai dari Rp350 ribu-Rp400 ribu hingga Rp750 ribu-Rp800 ribu. Besaran harga ini tergantung bingkai yang digunakan, mulai dari persegi, A3, A2, hingga A1.
Kini, Revivebox tidak hanya dapat dipesan melalui Instagram atau WhatsApp (WA) saja, tapi juga sudah tersedia di TikTok dan marketplace besar, seperti Tokopedia dan Shopee.
Hasilnya, produk home industry asal Lamongan ini telah dikirim ke berbagai wilayah di Indonesia. Selain Indonesia, produk Revivebox juga telah merambah ke negara tetangga, seperti Malaysia dan Thailand. Rata-rata konsumen yang memesan di Revivebox datang dari personal, bukan korporasi.
Dalam sebulan, Revivebox rata-rata dapat menerima sebanyak 40-50 pesanan. Tapi di saat kontennya FYP dan pesanan yang masuk membludak, Revivebox dapat menerima hingga lebih dari 50 pesanan per bulan. Dari pesanan tersebut, rata-rata Sigit dapat meraup omzet hingga mencapai dua digit per bulannya, atau tepatnya berkisar di angka Rp20 juta-Rp30 juta.
Untuk mengerjakan pesanan-pesanan tersebut, Sigit tak sendiri. Ia dibantu oleh beberapa karyawan yang mengisi beberapa posisi, yakni teknisi, helper, designer, hingga marketing.
"Karyawan Revivebox tidak ada 10 orang, paling ada lah 3, 4, 5, kalau satu kantor 10 orang (digabung usaha Grafir Kayu)," jelasnya.
Disuguhi Tantangan Baru
Sigit mengaku perjalanan yang dia lalui tak selamanya mulus. Di awal merintis Revivebox, banyak hal yang harus dia dan tim pelajari, mulai dari cara membedah suatu barang, mengelemnya, hingga mendesainnya sehingga terlihat estetik dan disukai pelanggan.
Ia dan tim juga harus menentukan papan seperti apa yang cocok digunakan dan kaca apa yang aman digunakan untuk pengiriman jarak jauh. Semuanya melewati trial and error.
"Dulu kita kirim kaca awal-awal. Pernah kan kejadian pecah, terus kita ganti akrilik semua sekarang. Sejauh ini sudah aman, kayak packaging-nya sudah nemu SOP-nya, aman," kata Sigit.
Tak sampai di situ, adanya permintaan akan paket custom yang masuk, membuat Revivebox terus berkembang. Pasalnya, Tim Revivebox dituntut harus terus belajar dan mengembangkan keahlian membedah hingga mendesain pesanan barang baru.
Di saat namanya sudah melambung tinggi, Revivebox mau tidak mau juga harus berhadapan dengan para pesaing. Meski begitu, Sigit mengaku tidak mau ambil pusing. Asalkan, pesaing tersebut tidak benar-benar menyalin persis hasil produk Revivebox.
"Sebenarnya sudah banyak yang mulai ikut-ikutan. Cuma yang ramai yang murah-murah, jadinya dia tuh ambil desain di internet, di print jelek gitu, terus dijual murah. Ada juga yang bagus, cuma enggak sekeren Revivebox," beber Sigit.
Sejauh ini, Sigit bercerita, pernah mendapat pesanan terunik berupa persalinan anjing. Tim Revivebox mendapat tantangan untuk membingkai handuk yang digunakan untuk persalinan anjing.
"Itu yang paling unik dan paling nyeleneh. Memang, semua barang kita terima, hanya barang-barang berisiko seperti emas, tidak kita terima," tegas dia.
Mimpi Merambah Luar Negeri
Selama dua tahun merintis usaha ini, Sigit bersyukur selalu mendapatkan pelanggan yang baik. Begitu pula dengan tim, dia bersyukur mendapatkan karyawan-karyawan yang sesuai dengan yang diharapkan.
Ke depannya, Sigit tak menutup kemungkinan untuk membuka kesempatan bagi mahasiswa yang tertarik ingin magang (PKL) di tempatnya. Yang pasti, warga Lamongan ini berharap agar tim Revivebox terus berkembang hingga menjadi tim yang bisa dilepas, termasuk karyawan khusus untuk menangani konten.
"Sebenarnya pengin sih lebih ramai, cuma kan kita kan mengikuti konten, konten kan naik turun. penginnya sih saya sendiri nanti… keuangan Revivebox stabil, konten kreator ada sendiri, saya tidak ikut, jadi diserahkan semua ke karyawannya," katanya berharap.
Di sisi lain, Sigit juga menyimpan mimpi besar untuk menjual hasil desain Revivebox dalam bentuk PDF di platform e-commerce luar negeri.