c

Selamat

Jumat, 7 November 2025

EKONOMI

09 Oktober 2023

18:51 WIB

Respons Perubahan Iklim, Pemerintah Dorong Penggunaan EBT Secara Masif

Tak hanya EBT, pemerintah juga meletakkan fokus pada hilirisasi sumber daya mineral dalam rangka mencapai NZE tahun 2060 atau lebih cepat.

Penulis: Yoseph Krishna

Respons Perubahan Iklim, Pemerintah Dorong Penggunaan EBT Secara Masif
Respons Perubahan Iklim, Pemerintah Dorong Penggunaan EBT Secara Masif
Foto udara kincir angin Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Tolo di Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan, Sabtu (27/5/2023). Antara Foto/Arnas Padda

JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengakui dalam kurun 1981-2018, telah terjadi peningkatan suhu udara sebesar 0,03 derajat celcius per tahun dan kenaikan permukaan air laut 0,8-1,2 cm per tahun.

Dalam sambutannya di Renewable Energy and Climate Summit Indonesia-Netherland (RECSIN), Arifin menyebut perubahan iklim itu berdampak pada cuaca ekstrem. Tak hanya di Indonesia, dampak tersebut juga dirasakan pada setiap wilayah di berbagai belahan dunia.

"Wilayah pesisir mengalami penurunan permukaan tanah akibat naiknya permukaan air laut. Situasi ini mengharuskan kita untuk segera mengubah sistem energi menjadi lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan," tegasnya di Jakarta, Senin (9/10).

Pemerintah pun tak tinggal diam. Menghadapi tantangan tersebut, Menteri Arifin mengatakan Indonesia telah membuat peta jalan transisi energi menuju Net Zero Emission (NZE) tahun 2060 atau lebih cepat.

Tujuan Indonesia mencapai NZE, sambungnya, dilakukan melalui pengembangan energi baru dan terbarukan (EBT) mulai dari energi matahari, air, angin, hingga panas bumi atau geothermal.

Baca Juga: Indonesia Gandeng AIIB Tingkatkan Kerja Sama Percepat Transisi Energi

Selain itu, program dekarbonisasi juga menjadi prioritas pemerintah sebagai strategi percepatan menuju NZE. Implementasinya antara lain melalui pengembangan proyek EBT dengan tarif yang lebih menarik, hingga mengenalkan perdagangan karbon di sektor pembangkit listrik.

Kemudian, dekarbonisasi juga dilakukan lewat rencana pensiun dini PLTU batubara, serta konversi pembangkit listrik tenaga diesel menjadi tenaga gas dan EBT.

"Selain itu, adalah dengan menerapkan cofiring biomassa pada PLTU, menyiapkan pendanaan untuk pengeboran panas bumi, menerapkan biodiesel B35, konversi motor listrik," kata Arifin.

Namun demikian, pemerintah ia sebut tak hanya fokus pada pengembangan EBT untuk mencapai NZE tahun 2060 atau lebih cepat. Beriringan dengan masifikasi penggunaan EBT, pemerintah juga fokus mengembangkan sumber daya mineral.

Baca Juga: Menteri ESDM Tegaskan Langkah Akselerasi Transisi Energi

Dia mencontohkan sumber daya nikel, kini pemerintah terus mendorong pembangunan fasilitas pemurnian smelter mengingat sumber daya itu akan dimanfaatkan untuk bahan baku baterai kendaraan listrik.

"Ada juga elemen tanah jarang yang bisa digunakan sebagai komponen untuk turbin angin, panel surya, dan kendaraan listrik," imbuh dia.

Dengan kata lain, hilirisasi yang dilakukan pemerintah menjadi wujud komitmen pengembangan kemampuan untuk mengolah dan memurnikan sumber daya mineral yang ada di Indonesia.

"Sumber daya dan cadangan mineral di Indonesia sangat besar, sehingga harus bisa dimanfaatkan secara optimal potensi tersebut," tandas Menteri Arifin Tasrif.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar