07 Oktober 2023
15:54 WIB
Penulis: Yoseph Krishna
JAKARTA - Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menetapkan harga rata-rata minyak mentah Indonesia atau Indonesian Crude Price (ICP) sebesar US$90,17 per barel pada September 2023.
Kepala Biro Komunikasi, Layanan Formasi Publik, dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agung Pribadi menuturkan angka itu mengalami peningkatan sebesar US$7,58 jika dibandingkan ICP pada Agustus 2023 yang sebesar US$82,59 per barel.
Adapun beleid yang menetapkan soal rerata harga minyak mentah Indonesia itu ialah Keputusan Menteri ESDM Nomor 341.K/MG.03/DJM/2023 tentang Harga Minyak Mentah Bulan September 2023.
Agung menyampaikan bahwa kenaikan harga ICP juga sejalan dengan harga minyak mentah di pasar internasional yang terkerek naik pada September 2023, salah satunya dikarenakan pemotongan produksi minyak secara sukarela hingga akhir 2023 mendatang.
"Pemotongan produksi minyak itu dilakukan oleh Arab Saudi sebesar 1 juta barel perhari (bph) dan oleh Rusia sebanyak 300 ribu bph," ungkapnya lewat keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Sabtu (7/10).
Sementara utuk peningkatan harga rata-rata minyak mentah utama pada September 2023 terhadap Agustus 2023 terdiri dari:
a. Dated Brent dari US$86,22/barel menjadi US$94/barel
b. WTI (Nymex) dari US$81,32/barel menjadi US$89,43/barel
c. Brent (ICE) dari US$85,1/barel menjadi US$92,59/barel
d. Basket OPEC dari US$87,33/barel menjadi US$94,51/barel
Tak hanya pemotongan produksi secara sukarela, Agung menyebut peningkatan harga minyak mentah juga dipengaruhi permintaan minyak mentah global, kondisi perekonomian Tiongkok, serta stok minyak dunia dan Amerika Serikat.
Khusus Asia Pasifik, peningkatan harga minyak mentah turut dipengaruhi peningkatan crude run rate kilang di Korea Selatan sepanjang September 2023 ke level 2,7 juta bph atau naik 0,4 juta bph dibanding akhir Agustus 2023.
Untuk tingkat permintaan minyak mentah global, International Energy Agency (IEA) memperkirakan ada peningkatan proyeksi permintaan sepanjang tahun ini hingga 2,2 juta bph menjadi 101,8 juta bph dengan peningkatan permintaan minyak dunia pada semester II 2023 sebesar 1,5 juta bph dibandingkan semester sebelumnya.
"Sedangkan S&P Global Commodity Insights memperkirakan peningkatan permintaan minyak mengalami peningkatan pada kuartal IV/2023 sebesar 2.8 juta bph," kata Agung.
Soal stok minyak, Energy Information Administration (EIA) memproyeksi terjadi penurunan pada kuartal III tahun ini sebesar 0,6 juta bph dan 0,2 juta bph pada kuartal IV/2023 mendatang.
Bahkan, EIA juga mengungkapkan terkait stok minyak mentah komersial di Negeri Paman Sam mengalami penurunan hingga 6,6 juta barel pada akhir September 2023 menjadi 421,7 juta barel dibandingkan posisi bulan sebelumnya.
"Fakta lainnya, terdapat penurunan ekspor minyak Rusia bulan Agustus 2023 sebesar 150 ribu bph (month-to-month) atau 570 ribu bph (year-on-year) menjadi 7,2 juta bph, serta terdapat potensi defisit minyak dunia hingga 3 juta bph pada kuartal IV 2023," tandas Agung Pribadi.