05 Agustus 2025
08:00 WIB
Ramai Fenomena Rojali-Rohana, OJK: Jadi Hal Wajar
OJK menilai fenomena rojali dan rohana dipicu oleh ketidakpastian ekonomi. Kondisi tersebut membuat konsumen cenderung menimbang-nimbang hingga menahan diri saat berbelanja.
Penulis: Fitriana Monica Sari
Editor: Fin Harini
Pengunjung memilih pakaian di TangCity Mall, Kota Tangerang, Banten, Minggu (23/3/2025). Antara Foto/ Putra M. Akbar
JAKARTA - Belakangan, muncul tren Rohana (Rombongan Hanya Nanya) dan Rojali (Rombongan Jarang Beli) di pusat-pusat perbelanjaan. Hal ini pun kemudian dikaitkan dengan daya beli masyarakat Indonesia yang tengah lesu.
Menanggapi hal tersebut, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar menilai fenomena rojali dan rohana ini dipicu oleh ketidakpastian ekonomi.
Alhasil, kondisi tersebut membuat konsumen cenderung lebih banyak menimbang-nimbang hingga menahan diri saat berbelanja.
"Terkait dengan fenomena ini, saya rasa fenomena berbelanja atau di pusat perbelanjaan, saya rasa mungkin juga tidak berbeda jauh dengan apa yang terjadi di level produksi dan juga pertumbuhan ekonomi. Jadi pada saat terjadi kondisi yang lebih tidak pasti, secara cair di waktu beberapa bulan terakhir ini, tentu banyak pihak yang lebih mengambil posisi menimbang-nimbang sebelum mengambil keputusan," kata Mahendra saat menjawab pertanyaan yang diajukan Validnews di Jakarta, Senin (4/8).
Baca Juga: Fenomena Rojali dan Rohana Jadi Tantangan Pelaku UMKM Gaet Pembeli
Untuk itu, menurut Mahendra, wajar bila konsumen mengambil sikap menimbang-nimbang sebelum memutuskan untuk berbelanja.
Pasalnya, konsumen sendiri berada dalam kondisi menanti kepastian di tengah situasi gonjang-ganjing seperti saat ini.
"Saya rasa kalau itu terjadi di dalam konteks konsumen, saya rasa wajar saja. Tapi dengan kepastian yang sudah lebih jelas dengan hasil yang telah dicapai, maka tentu ekspektasi kita juga sama dengan pihak produsen dan investor, maka konsumen pun akan memperoleh kepastian lebih baik terhadap keputusan yang dapat mereka ambil untuk menentukan belanja lebih lanjut ke depan," ujarnya.
Genjot Ekonomi
Mahendra mengatakan, saat ini pemerintah terus menjalankan program-program dalam rangka menggenjot perekonomian nasional, termasuk dengan mempercepat realisasi belanja negara.
OJK optimistis dengan langkah yang dilakukan pemerintah tersebut akan membawa dampak positif bagi pergerakan ekonomi Indonesia.
"Berbagai program yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi, beberapa hal yang sudah dilaksanakan dan akan terus dilaksanakan, termasuk juga mempercepat dan akselerasi belanja pemerintah tentu akan membawa dampak positif kepada pergerakan perekonomian dengan belanja yang lebih besar tadi," tutur Bos OJK.
Sekadar informasi, 'Rojali' sendiri adalah singkatan dari 'rombongan jarang beli'. Istilah ini merujuk pada sekelompok orang yang datang ke pusat perbelanjaan, tetapi hanya berjalan-jalan, melihat-lihat, berfoto, atau menikmati fasilitas yang ada tanpa melakukan transaksi pembelian.
Sementara 'Rohana' atau singkatan dari ‘rombongan hanya nanya-nanya’, merujuk pada sekelompok orang yang hanya bertanya tentang produk di pusat perbelanjaan. Sama halnya seperti 'Rojali', 'Rohana' juga tidak melakukan transaksi pembelian dan hanya nongkrong saja di pusat perbelanjaan dalam jangka waktu yang cukup lama.
Baca Juga: Rojali Dan Rohana Marak Jalan Di Mall, Ekonom Ungkap Faktor Penyebabnya
Fenomena ini marak ditemui karena di tengah tekanan ekonomi dan kebutuhan akan hiburan yang murah, pusat perbelanjaan jadi pilihan ideal untuk menghabiskan waktu tanpa harus mengeluarkan uang.
Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), posisi simpanan masyarakat perseorangan di bank umum dan BPR meningkat sejak Januari ke Maret, namun dari Maret hingga Mei, nilainya terus menurun. Pada Januari, nilainya sebear Rp3.750 triliun, naik menjadi Rp3.775,2 triliun di Februari dan Rp3.847,66 triliun pada Maret. Lalu turun menjadi Rp3.804,7 triliun pada April dan Rp3.781,59 triliun pada Mei.
Sementara itu, Indeks Menabung Konsumen (IMK) pada bulan Juni 2025 berada di level 83,8, menguat 4,8 poin dari posisi bulan sebelumnya. Hal ini sejalan dengan penguatan komponen Indeks Waktu Menabung (IWM) sebesar 2,4 poin pada periode yang sama ke level 95,3 dan Indeks Intensitas Menabung (IIM) sebesar 7,2 poin ke level 72,4.
Di saat yang sama, hasil SKP LPS terkini juga menunjukkan sedikit pelemahan pada Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK) pada bulan Juni 2025. IKK Juni 2025 tercatat sebesar 99,4, turun 0,3 poin MoM.