c

Selamat

Kamis, 6 November 2025

EKONOMI

02 Juni 2023

20:12 WIB

Putus Ketergantungan Impor, Pemerintah Rumuskan Harga Kedelai Lokal

Kebijakan harga kedelai lokal untuk memutus ketergantungan pada kedelai impor.

Penulis: Sakti Wibawa

Editor: Fin Harini

Putus Ketergantungan Impor, Pemerintah Rumuskan Harga Kedelai Lokal
Putus Ketergantungan Impor, Pemerintah Rumuskan Harga Kedelai Lokal
Penanaman kedelai bersama di Tanggamus, Lampung. Kemendag/Dok

TANGGAMUS – Pemerintah akan merumuskan agar kedelai petani dapat dibeli dengan harga yang menguntungkan yakni Rp15.000 per kilogram. Pemerintah juga akan bekerja sama dengan instansi terkait untuk menyediakan bibit kedelai unggul agar hasilnya banyak.

Hal tersebut diungkapkan Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan, Jumat (2/6) dikutip dari Antara. Hal ini untuk memutus ketergantungan pada kedelai impor.

"Pemerintah nanti akan merumuskan bagaimana agar hasil panen kedelai petani dibeli dengan harga Rp15.000 per kilogram," kata Mendag, saat menghadiri "Gerakan Tanam Bersama Kedelai"di Tanggamus, Lampung.

Menurutnya, harga jual kedelai sebesar Rp15.000 per kilogram sudah memberi keuntungan bagi para petani, namun hasil produksinya pun harus terjaga dengan baik.

"Jadi kedelai, bibitnya juga harus bagus, ketika panen dibeli Rp15.000 kalau Rp10.000 tentu petani rugi, lebih baik tanam yang lain," kata dia.

Ia pun menginginkan para petani konsisten dalam menanam kedelai dengan kualitas bibit yang baik, sehingga harga jualnya pun terjaga.

Hitungan Zulkifli, dengan hasil per hektare 3 ton, dan hanya jual Rp10.000 per kilogram, petani akan menuai kerugian. Dengan bibit yang lebih baik yang mampu mendongkrak produktivitas hingga 5 ton, dan harga beli Rp15.000 per kilogram, maka petani akan mendapatkan hasil Rp60-Rp70 juta.

"Petani jangan mikir lagi, tanam bibitnya bagus, dibeli dengan harga bagus, baru bisa berhasil," sebutnya.

Hadi di kesempatan yang sama, Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL) menegaskan bahwa ketergantungan terhadap impor kedelai tidak boleh terjadi terus-menerus.

"Hari ini kami melakukan tanam kedelai di Kabupaten Tanggamus sebagai upaya bersama mengakhiri ketergantungan impor kedelai," kata Mentan.

Indonesia memenuhi sekitar 90% kebutuhannya dari impor. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, impor kedelai Indonesia mencapai 2,32 juta ton dengan nilai US$1,63 miliar pada 2022. Volume impor tersebut turun 6,63% dibandingkan pada tahun sebelumnya yang sebanyak 2,49 juta ton dengan nilai US$1,48 miliar.

Menurutnya, penamaan komoditas kedelai di Tanggamus ini juga sebagai salah satu tekad dari Gubernur Lampung Arinal Djunaidi serta Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan dalam menggairahkan kembali produksi kedelai dalam negeri.

"Selama ini kebutuhan kedelai kita dipenuhi dari luar negeri, karena harus diakui bahwa harga kedelai impor lebih murah," ujarnya.

Menurutnya pula, kebanyakan petani lebih senang lahannya dimanfaatkan untuk menanam jagung dibandingkan kedelai, karena jumlah produksinya berbeda jauh.

"Kalau tanam jagung itu per hektare petani bisa panen sekitar 5 ton sampai 7 ton, nah kalau kedelai per hektare hanya menghasilkan 2 ton sampai 2,5 ton, karena itu mereka pilih tanam jagung," kata dia.

Namun begitu, menurut Mentan, ketergantungan atas impor kedelai harus disudahi, terlebih komoditas ini termasuk dalam kebutuhan utama masyarakat Indonesia.

"Maka dari itu kami bersama Menteri Perdagangan dan Gubernur menginginkan Lampung harus menjadi bagian dari yang menggerakkan kekuatan negara kita terkait kepentingan kedelai dalam negeri," kata dia pula.

Sentra Produksi Kedelai
Sementara itu, Gubernur Lampung, Arinal Djunaidi menyampaikan bahwa provinsi Lampung selama ini menyumbang 5 ribu ton kedelai dari total produksi kedelai nasional.

"Lampung sebagai lokomotif pertanian, ini saya menginisiasi kedelai ini bisa menjadi unit percontohan yang nantinya bisa bersama-sama IPB, Unila, Kementan dan Kemendag. Harapannya, kalau  10 provinsi bisa memproduksi dengan nilai yang sama, maka selesai (impor) kedelai ini," kata Arinal.

Kabupaten Tanggamus mengalokasikan 190 hektare lahan untuk kedelai. Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Tanggamus Catur Agus Dewanto menyebutkan lahan tersebut tersebar di enam kecamatan yang ada di Kabupaten Tanggamus.

"Sebaran penanaman kedelai itu, yakni Kecamatan Bulok, Air Naningan, Ulubelu, Wonosobo, Kota Agung Barat, dan Kelumbayan Barat," kata dia.

Khusus di Kecamatan Bulok, petani setempat menanam kedelai jenis kepak kuning. Sebanyak 50 hektare adalah tanaman kedelai dengan berbantuan dari provinsi, lantas 68 hektare merupakan petani mandiri.

Dia mengatakan pula, dari jumlah luas lahan tersebut, kemungkinan akan terus berkembang.

Catur mengatakan akan terus melakukan pengembangan budi daya kedelai, dan akan memanggil seluruh petugas untuk pendataan ulang potensi yang ada di Kabupaten Tanggamus.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar