11 Maret 2023
15:37 WIB
Editor: Fin Harini
JAKARTA – Pengembangan kawasan di sepanjang koridor jalan tol atau toll corridor development (TCD) menjadi peluang bisnis yang amat sangat menjanjikan. Bukan tanpa alasan, saat ini tidak kurang dari 2.620 kilometer (km) dengan 70 ruas jalan tol terbentang sepanjang Tanah Air.
Apalagi, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menargetkan sepanjang 488,1 km jalan tol bertambah pada tahun ini. Setahun kemudian atau pada 2024 nanti juga ditargetkan jalan tol akan memanjang 419,99 km. Artinya, akan ada 3.531,5 km jalan tol yang beroperasi di Indonesia sejak 1978 hingga 2024.
Panjangnya jalan tol coba dimanfaatkan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) PT Jasa Marga (Persero). Melalui pengembangan bisnis prospektif TCD, Jasa Marga akan mengoptimalkan kawasan di sepanjang koridor jalan tol.
Bukan tanpa alasan, hingga saat ini, Jasa Marga adalah pengembang dan operator jalan tol pertama dan terbesar di Nusantara. Data teranyar menunjukkan, Jasa Marga merupakan pemilik hak konsesi jalan tol terbesar di Indonesia, yakni mencapai 1.603 km.
TCD diartikan sebagai pengembangan kawasan properti terpadu yang mengoptimalkan kawasan residensial, bisnis, dan industri dalam area yang mudah dijangkau.
Adapun pengembangan dilakukan dengan prinsip utama menciptakan keterhubungan yang mudah, integrasi dengan angkutan umum yang baik, penggabungan tata guna lahan residensial, komersial, jasa, perkantoran, ruang terbuka, dan ruang publik sehingga memudahkan masyarakat untuk melakukan perjalanan.
Melalui anak usaha Jasa Marga, PT Jasa Marga Related Business (JMRB) didapuk sebagai asset optimizer yang bertugas untuk mengoptimalisasi berbagai aset di sekitar jalan tol milik Jasa Marga.
“PT JMRB sebagai anak usaha Jasa Marga memiliki peran sebagai asset optimizer yang bertugas untuk mengoptimalisasikan berbagai aset di sekitar jalan tol milik Jasa Marga, salah satunya melalui konsep toll corridor development atau pengembangan kawasan di sepanjang koridor jalan tol,” kata Direktur Utama JMRB Dian Takdir Badrysah kepada Validnews di Jakarta, Jumat (24/2).
Ia menjelaskan, konsep TCD sesuai dengan misi Jasa Marga yaitu memaksimalkan pengembangan kawasan untuk meningkatkan kemajuan masyarakat. Tentunya juga untuk keuntungan Perusahaan dengan memaksimalkan potensi bisnis di sepanjang aset jalan tol.
Sampai sekarang, PT JMRB sudah mencanangkan sejumlah proyek TCD, di antaranya adalah TCD Taman Mini atau Travoy Hub, dan sedang melakukan kajian untuk pengembangan TCD di sekitar Tol Lingkar Luar Jakarta di kawasan T.B Simatupang.
“Ada juga beberapa TCD yang berada di ruas tol Japek Selatan, ruas tol Jakarta-Tangerang, serta ruas jalan tol lainnya,” ungkap Dian.
Center of Reform on Economics (Core) Indonesia mengapresiasi pengembangan bisnis jalan tol melalui lini bisnis prospektif yang dilakukan Jasa Marga. Hal ini dinilai akan meningkatkan diversifikasi anak usaha perusahaan pelat merah tersebut.
“Tentu positif, karena Jasa Marga membuka peluang untuk meningkatkan kinerja diversifikasi anak usaha mereka. Selain itu ini juga membuka peluang untuk meningkatkan skema KPBU dalam pembiayaan beragam program infrastruktur, sehingga nantinya skema ini bisa lebih menarik terutama di mata swasta yang non-pemerintah,” kata Peneliti Senior Core Indonesia Yusuf Rendy Manilet kepada Validnews di Jakarta, Sabtu (25/2).
TCD Japek Selatan
JMRB pada Februari 2021 lalu sudah menjalin kerja sama dengan PT Sentraloka Adyabuana untuk mengembangkan kawasan Jakarta Cikampek (Japek) Selatan. Kerja sama tersebut tertuang dalam nota kesepahaman yang ditandatangani di Gedung Jagorawi, Jakarta Timur, Senin (8/2) tahun lalu.
Sebagai salah satu jalan tol yang dioptimalisasi, ruas tol Japek Selatan akan diproyeksikan menjadi kawasan pusat logistik (logistic center) dengan luas mencapai 211 hektare.
Dian menerangkan, pada dasarnya kawasan industri akan berjalan ketika ada anchor tenant yang berminat. Saat ini, JMRB pun masih melakukan kajian dan menjalin potensi kerja sama dengan mitra potensial.
Menurutnya, kawasan industri itu tentu saja akan didukung oleh sektor-sektor lainnya seperti perumahan, area komersial, dan area industri. Dian bilang, jika tiga sektor tersebut telah terpenuhi, maka perputaran ekonomi di kawasan tersebut akan tercipta.
“Perputaran ekonomi akan muncul ketika ada aktivitas di kawasan tersebut yang dapat berasal dari fenomena suburbanisasi (perpindahan dari kota dengan kepadatan yang tinggi ke kawasan hinterland), dan penduduk yang berada di kawasan tersebut,” ucapnya.
Asal tahu saja, Jalan Tol Japek II Selatan ini akan menghubungkan Tol Jakarta Outer Ring Road (JORR) 1, JORR 2 dan Tol Purwakarta-Bandung-Cileunyi (Purbaleunyi). Japek II Selatan membentang sepanjang 64 km dengan biaya investasi sebesar Rp14,69 triliun dan masa konsesi selama 35 tahun.
Pembangunan jalan tol ini terbagi dalam tiga seksi yakni seksi 1 Jatiasih-Setu sepanjang 9,3 km, seksi 2 Setu-Taman Mekar sepanjang 24,85 km, dan seksi 3 Taman Mekar-Sadang sepanjang 27,85 km.
Secara konstruksi, jalan tol ini akan memiliki tujuh buah gerbang tol (GT) yaitu, GT Jati Asih, GT Bantar Gebang, GT Setu, GT Sukaragam, GT Taman Mekar, GT Kutanegara, dan GT Sadang.
Tol Japek II Selatan merupakan Proyek Strategis Nasional (PSN) yang dibangun melalui pembiayaan APBN/APBD, BUMN, dan Swasta dengan kerja sama Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) PT Jasa Marga dan PT Wiranusantara Bumi. Hal ini sesuai dengan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 109 Tahun 2020 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional (PSN) yang diterbitkan pada 17 November 2020.
Lebih lanjut, dihubungi secara terpisah, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menyambut baik pembangunan kawasan pusat logistik di ruas tol Japek Selatan ini. Menurutnya, pembangunan pusat logistik akan menunjang pusat logistik yang terintegrasi.
“Pembangunan pusat logistik akan menunjang pusat logistik terintegrasi dengan Tol Japek selatan,” ujar Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Transportasi Denon Prawiraatmadja kepada Validnews di Jakarta, Selasa (28/2).
Seperti diketahui, permasalahan logistik memang menjadi salah satu pekerjaan rumah bagi Indonesia. Menurut data Logistic Performance Index (LPI) yang dirilis Bank Dunia pada 2018, Indonesia menduduki peringkat ke-46 dari 160 negara.
Mendapatkan skor 3,15, Indonesia masih berada di bawah negara tetangga seperti Malaysia di peringkat ke-41 dengan skor 3,22. Vietnam di peringkat ke-39 dengan skor 3,27. Serta Thailand di peringkat ke-32 dengan skor 3,41.
Bank Dunia juga mencatat rasio biaya logistik terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia pada 2020 menyentuh 24%. Sementara itu, pada tahun yang sama tercatat Vietnam 20%, Thailand 15%, Filipina 13%, dan Singapura hanya 8%.
“Tol Japek Selatan tentunya akan sangat membantu aksesibilitas logistic distribution, sepanjang hal tersebut memiliki pertimbangan efisiensi dari cost logistic,” imbuh Denon.
Peneliti Senior Core Indonesia Yusuf Rendy Manilet mengatakan ruas tol Japek Selatan akan memberikan pengurangan beban pada ruas tol eksisting.
“Sehingga nanti untuk pengiriman barang yang dari dan menuju Jakarta dan Bandung itu punya dua pilihan melalui Jakarta Cikampek atau melalui ruas Japek II Selatan ini,” ujarnya.
Foto udara konstruksi Jalan Tol Japek II Selatan Paket 3 Sukabungah-Sadang, Jawa Barat, Sabtu (6/8/2 022). Jalan Tol Japek II Selatan paket 3 Sukabungah-Sadang berjalan sesuai target. Dok/Humas Jasa Marga
Jadi Pusat Pertumbuhan Ekonomi
Yusuf menuturkan, terbangunnya kawasan industri seperti pusat logistik akan berpotensi mendorong munculnya kawasan residensial. Pasalnya, pekerja di kawasan industri juga membutuhkan hunian.
“Dalam konteks ini saya kira dengan asumsi bahwa nanti akan terbangun kawasan industri di sepanjang ruas tol baru ini maka bersamaan dengan itu munculnya perumahan kawasan residensial yang baru juga akan ikut muncul,” katanya.
Oleh karena itu, ia berharap pemerintah berkolaborasi untuk mendorong masuknya investasi untuk menanamkan modalnya membangun kawasan industri, yang nantinya bisa memanfaatkan ruas tol Japek Selatan.
Kepada Validnews, Pengamat kebijakan publik Universitas Trisakti Trubus Rahadiansyah mengatakan pusat logistik di kawasan Japek Selatan akan menguntungkan masyarakat. Sebab, ongkos logistik yang efisien akan mengurangi kesenjangan harga antardaerah.
Trubus juga mendorong peran aktif pemerintah daerah untuk mendukung kawasan pusat logistik di daerahnya. Tidak hanya itu, ia juga berharap pusat logistik tidak hanya di Pulau Jawa saja, namun juga bisa dikembangkan di luar Pulau Jawa.
Ia juga menilai adanya pusat logistik akan mempercepat akselerasi pertumbuhan ekonomi di kawasan tersebut. “Iya jadi perputaran ekonomi besar. Ada inovasi kebijakan yang itu di mana pemerintah ingin mempercepat akselerasi pertumbuhan ekonomi di sentra-sentra itu,” ujarnya, Selasa (28/2).
Direktur Utama JMRB Dian Takdir Badrysah mengamini kedua pendapat pakar tersebut. Ia berharap, pengembangan di Japek Selatan akan mendorong pertumbuhan ekonomi.
“Kami berharap nantinya pengembangan di Japek Selatan dapat berdampak pada perputaran dan penguatan ekonomi, baik dalam skala makro maupun skala mikro (ekonomi lokal). Maka, sesuai dengan misi PT JMRB dalam mendorong pertumbuhan ekonomi di sepanjang koridor jalan tol, PT JMRB akan terus berinovasi dalam meningkatkan potensi bisnis yang ada,” jelasnya.
Menilik manfaatnya, Deputi Pengambangan Iklim Penanaman Modal Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Yuliot mengatakan akan mendukung penuh pembangunan kawasan pusat logistik di ruas Jalan Tol Japek Selatan tersebut.
“Jadi kalau kami dari Kementerian Investasi melihat untuk rencana ini sangat positif. Kita sangat mendukung dan juga mudah-mudahan ke depan kalau memang ini kan kita juga perlu difasilitasi tentu kita akan fasilitasi secara maksimal rencana ini,” ujarnya kepada Validnews di Jakarta, Jumat (10/3).
Yuliot menjelaskan, efektivitas dan efisiensi dari biaya logistik akan meningkat jika kawasan ini terealisasi. Sebab, saat ini ongkos logistik di Indonesia masih terbilang besar.
Selain itu, tumbuhnya kawasan pusat logistik juga dinilai akan menambah kegiatan ekonomi yang membuat pertumbuhan ekonomi di kawasan tersebut menjadi bertambah.
“Menghemat cost dan waktu. Ini berarti kan ada keluar masuk barang, kemudian itu ada kegiatan transportasi, kemudian terjadi proses pusat kegiatan ekonomi baru lagi, ini akan menumbuhkan ekonomi lagi,” ucapnya.
Capaian Positif
Untuk diketahui, Jasa Marga meraih laba bersih sebesar Rp2,75 triliun pada 2022 atau meningkat 70% secara tahunan (year on year/yoy).
Peningkatan kinerja positif perseroan juga tercermin dari pencapaian pendapatan usaha sebesar Rp13,8 triliun atau tumbuh 17,0% yang merupakan kontribusi dari kinerja pendapatan tol sebesar Rp12,4 triliun atau naik 15,4% dan kinerja pendapatan usaha lain sebesar Rp1,4 triliun atau naik 35,2%.
Tidak hanya itu, EBITDA Perseroan juga mencapai Rp8,7 triliun atau tumbuh sebesar 13,1%. Begitu pun dengan realisasi EBITDA Margin yang mencapai 63,0% seiring dengan peningkatan kinerja Perseroan karena telah beroperasinya sejumlah ruas tol baru dan peningkatan mobilisasi masyarakat.
Di usia ke-45, Jasa Marga juga terus melakukan pengembangan peluang bisnis jalan tol melalui lini bisnis prospektif, salah satunya dengan membangun Travoy Hub, yang merupakan tempat istirahat dan pelayanan (TIP) Pengembangan pertama di Indonesia yang terletak di Taman Mini dan dilakukan oleh anak usaha Jasa Marga, PT Jasamarga Related Business.
Pembangunan Travoy Hub yang terletak di koridor Jalan Tol Jagorawi dapat mengintegrasikan sejumlah transportasi massal di Jakarta antara LRT, bus Transjakarta, JakLingko dan pengguna jalan tol.
Selain itu, Travoy Hub juga mengintegrasikan Stasiun LRT Taman Mini dengan pusat bisnis seperti retail, rumah sakit dan tempat rekreasi sehingga menciptakan potensi serapan tenaga kerja serta menjadi wadah bagi pelaku UMKM dan usaha kreatif.