c

Selamat

Rabu, 5 November 2025

EKONOMI

20 Mei 2023

15:50 WIB

Pupuk Kaltim Mulai Jajaki Pengembangan Teknologi Green Ammonia

Pupuk Kaltim bersama dengan Copenhagen Atomics, Topsoe, Alfa Laval, dan Aalborg CSP menggagas kajian produksi green ammonia dengan menggunakan energi berbasis thorium

Pupuk Kaltim Mulai Jajaki Pengembangan Teknologi <i>Green Ammonia</i>
Pupuk Kaltim Mulai Jajaki Pengembangan Teknologi <i>Green Ammonia</i>
Pupuk Kaltim bersama Copenhagen Atomics, Topsoe, Alfa Laval, dan Aalborg CSP sudah menandatangani nota kesepahaman (MoU), mengenai kajian green ammonia, Jumat (19/5). dok Pupuk Kaltim

JAKARTA - PT Pupuk Kalimantan Timur (Pupuk Kaltim) sebagai anak perusahaan BUMN Pupuk Indonesia, mulai menjajaki pengembangan teknologi green ammonia. Langkah ini dijalani dalam rangka mengeksplorasi penggunaan energi baru terbarukan.
 
"Tentunya ini adalah kesempatan dan peluang yang sangat positif bagi kemajuan Pupuk Kaltim dan juga bagi industri petrokimia Tanah Air. Pupuk Kaltim juga selalu membuka diri untuk kolaborasi dengan banyak pihak yang bisa melahirkan teknologi dan inovasi terbaik," ujar Direktur Utama Pupuk Kaltim Rahmad Pribadi dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu (20/5).
 
Nah, penjajakan green ammonia ini menjadi salah satu bentuk pengembangan energi terbarukan. Pupuk Kaltim melihat, di masa depan, nantinya grey ammonia atau produk-produk berbahan baku hidrokarbon akan digantikan oleh produk-produk green ammonia.
 
Pupuk Kaltim bersama dengan Copenhagen Atomics, Topsoe, Alfa Laval, dan Aalborg CSP menggagas kajian produksi green ammonia dengan menggunakan energi berbasis thorium. Seperti green ammonia, thorium juga tergolong sebagai sumber energi hijau yang lebih ekonomis.

Di Indonesia, potensi kandungan thorium diperkirakan mencapai 210.000-270.000 ton yang tersimpan di Bangka, Kalimantan Barat dan Sulawesi Barat.
 
Untuk diketahui, sinergi positif yang digagas Pupuk Kaltim dalam penjajakan produksi green ammonia ini, diawali dari komunikasi antara Direktur Utama Pupuk Kaltim Rahmad Pribadi dengan Co-Founder Copenhagen Atomics Thomas Jam Pederson pada Juli 2022.

Copenhagen Atomics kemudian menawarkan Pupuk Kaltim untuk bergabung dalam kajian bersama mengenai green ammonia yang sedang dilakukan antara Copenhagen Atomics, Topsoe dan Alfa Laval.
 
Sebagai tahapan awal, Pupuk Kaltim bersama Copenhagen Atomics, Topsoe, Alfa Laval, dan Aalborg CSP sudah menandatangani nota kesepahaman (MoU), mengenai kajian green ammonia menggunakan energi berbasis thorium secara digital pada Januari 2023.
 
Sebagai bukti keseriusan dan komitmen, seluruh pihak yang terlibat di kerjasama ini pun sepakat untuk kembali menandatangani nota kesepahaman kedua pada 19 Mei 2023 di Copenhagen, Denmark. Fokus dari kajian ini adalah rancangan pembangunan fasilitas yang memproduksi green ammonia sebesar 1 juta ton per tahun dengan estimasi investasi senilai US$4 miliar.
 
Atas arahan dari PT Pupuk Indonesia selaku induk perusahaan Pupuk Kaltim, kerja sama ini pun akan melibatkan Pertamina New & Renewable Energy yang mendapatkan peran untuk menemukan proses produksi hidrogen yang ramah lingkungan.
 
Sekadar informasi, green ammonia adalah amonia yang dihasilkan dari bahan baku non-hidrokarbon dan juga menggunakan sumber energi dari non-hidrokarbon (energi hijau). Salah satu proses produksi green ammonia adalah mereaksikan hidrogen yang dihasilkan oleh elektrolisa air dengan nitrogen yang diambil dari udara.
 
Pengembangan green ammonia tentu menjanjikan potensi luar biasa. Pupuk Kaltim bisa menjadi salah satu penggagas pengembangan energi terbarukan ini.

”Tentu sejalan dengan tujuan kami untuk selalu mengedepankan teknologi dan inovasi untuk bisa menghasilkan produk terbaik dan efisien tanpa mengesampingkan pentingnya memelihara keberlangsungan lingkungan hidup,” ucapnya.
 
 Tak cuma untuk Pupuk Kaltim, kerja sama ini tentunya merupakan kerja sama yang sangat berdampak baik bagi Indonesia dan dunia. ”Sekaligus juga menjadi bukti nyata komitmen Pupuk Kaltim untuk semakin dikenal sebagai pelaku industri petrokimia secara global," kata Rahmad.



Hub Pasar Ammonia
Sebelumnya, PT Pupuk Indonesia (Persero) ingin menjadikan Indonesia sebagai hub dari pasar Ammonia dunia, sehingga Pupuk Indonesia serius untuk mengembangkan Ammonia hijau di Indonesia. Direktur Pemasaran Pupuk Indonesia Gusrizal mengatakan, untuk menjadikan Indonesia sebagai hub dari pasar ammonia dunia, ada beberapa hal yang harus dilakukan.

Pertama dan yang paling penting adalah membangun Sumber Daya Manusia (SDM). "Untuk mencapai target yang optimal, tentu perusahaan perlu memiliki SDM yang andal. Untuk itu, penguatan SDM perlu selaras dengan pengembangan sisi infrastruktur, pasar, dan komersilnya," kata Gusrizal dalam acara Pupuk Indonesia Clean Ammonia Forum (PICAF) beberapa waktu lalu.
 
Gusrizal juga berharap, adanya dukungan dari pemerintah dengan memberi insentif, mengingat pengembangan ammonia bersih atau clean amonia juga merupakan bukti nyata untuk mendukung program transisi energi dari pemerintah untuk menuju Net Zero Emission di 2060.
 
"Kami harus mendapatkan dukungan dari pemerintah, kami sudah berbicara tentang insentif subsidi karena ini adalah produk baru jadi kami membutuhkan dukungan dari pemerintah. Tapi ini adalah kunci dari kesuksesan ini," ujar Gusrizal.
 
Sementara itu, General Manager of Methanol & Ammonia, Mitsui & Co Ltd Konichi Asano mengatakan, Indonesia memiliki daya tarik sendiri bagi para investor untuk mengembangkan Clean Ammonia. Apalagi Indonesia sudah memiliki rencana yang jelas dalam pengembangan Ammonia di tanah air.
 
Mengutip peta jalan Pupuk Indonesia, produksi ammonia hijau direncanakan mencapai 0,99 juta ton, amonia biru mencapai 2,15 juta ton pada 2030. Sedangkan produksi amonia abu-abu (bahan baku pupuk) sebesar 7 juta ton.
 
Kemudian target produksi amonia biru pada 2040 bertambah lagi menjadi 3,46 juta ton, amonia hijau masih 0,99 juta ton, dan amonia abu-abu 7 juta ton. Sedangkan pada 2050, produksi amonia bersih diperkirakan bisa mencapai sekitar 7 juta ton, meliputi amonia biru menembus 3,56 juta ton serta amonia hijau naik menjadi 3,4 juta ton.
 
"Di Indonesia bukan saja hanya Ammonia biru tapi juga ammonia hijau meningkatkan kesempatan kita untuk berinvestasi dan saya rasa permintaan teruntuk Ammonia hijau dan biru akan meningkat apalagi di Asia dan tentunya secara global," ucapnya.
 
Sementara itu, Chief Technology Officer & Fuels Maersk Mc-Kinney Moller Center for Zero Carbon Shipping Denmark Torben Norgaard mengatakan, peluang untuk meraup pasar Ammonia dunia sangat besar. Asalkan, ada perbaikan dari sisi nilai rantai pasoknya.
 
"Rantai nilai pasokan itu kemudian bisa akan mencapai skala yang diinginkan dan kemudian bisa mandiri dan berkompetensi dengan alternatif-alternatif," ujar Norgaard.

 

 


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar