30 Maret 2023
09:54 WIB
Penulis: Yoseph Krishna
Editor: Fin Harini
JAKARTA - PT Pupuk Kalimantan Timur (Persero) bertekad untuk menggenjot produksi guna mencapai target 2,76 juta ton amoniak, 3,39 juta ton urea, dan 250 ribu ton NPK pada tahun 2023 ini.
Khusus untuk urea, target produksi ditetapkan guna memenuhi sekitar 3,4 juta ton atau 63% dari kebutuhan pupuk urea nasional.
Direktur Utama Pupuk Kaltim Rahmad Pribadi menuturkan saat ini perusahaan berada dalam momentum terbaik untuk terus tumbuh, termasuk untuk mewujudkan target produksi tahun ini. Upaya untuk menggenjot produksi, ucapnya, dilakukan dalam rangka merespons peluang pasar global dan mendukung ketahanan pangan nasional.
"Peluang di pasar global dan kepercayaan pemerintah kepada kami untuk menjalankan proyek strategis nasional akan menjadi batu pijakan untuk berionvasi, beradaptasi, dan meningkatkan kinerja," ungkap Rahmad dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (29/3).
Sebagai informasi, Pupuk Kaltim sepanjang 2022 berhasil memproduksi sekitar 5,99 juta ton pupuk, terdiri dari 3 juta ton urea, 2,7 juta ton amoniak, dan 251 ribu ton NPK. Untuk kinerja penjualan, terdiri dari 2,9 juta ton urea, 940 ribu ton amoniak, dan 225 ribu ton NPK atau secara total sekitar 4,15 juta ton.
Dari catatan itu, pabrik pupuk yang berpusat di Bontang, Kalimantan Timur tersebut mampu membukukan laba sekitar Rp14,59 triliun per kuartal IV 2022 atau naik 137% jika dibandingkan tahun sebelumnya. Kualitas SDM yang prima dan teknologi produksi yang mumpuni, sebut Rahmad, menjadi faktor kesuksesan PKT itu.
Tahun ini, rencana perusahaan berbasis pada prinsip growth strategy yang terdiri atas aspek operational and supply chain excellence, diversification excellence, serta geographical expansion excellence. Inti dari ketiga aspek itu ialah menurunkan biaya produksi yang beriringan dengan mendongkrak kualitas dan kuantitas, serta mendistribusikan dengan cermat.
Baca Juga: Pupuk Indonesia Gelar PICAF 2023 Promosikan Amonia Bersih
Manfaatkan Dampak Perang Rusia-Ukraina
Rahmad menjelaskan, konflik yang terjadi antara Russia dan Ukraina menciptakan peluang tambahan bagi Pupuk Kaltim untuk berekspansi ke pasar global. Pasalnya, konflik itu telah mendisrupsi pasar pupuk internasional dam diperkirakan masih akan berlanjut tahun ini.
Di tengah gangguan pasokan tersebut, permintaan pupuk justru meningkat. Merujuk data International Fertilizer Association (IFA), pangsa pasar pupuk global diperkirakan meningkat tahun 2023, seperti pupuk berbasis nitrogen yang akan tumbuh 2,2%, pupuk berbasis fosfat 4,4%, dan pupuk berbasis potash yang diperkirakan tumbuh 4,2%.
Tren permintaan pupuk berbasis nitrogen sendiri berasal dari Amerika Latin, Asia Selatan, serta Afrika, pupuk berbasis fosfat dari wilayah Amerika Latin dan Asia Selatan, dan juga pupuk berbasis potash yang permintaannya dari Asia Selatan, Amerika Latin dan Asia Timur.
"Dengan bekal sistem yang unggul, kami menyasar pemenuhan 6% pangsa pasar urea, 20% pasar amoniak, dan 2% untuk NPK di kawasan Asia Tenggara pada tahun 2030 mendatang," kata dia.
Pupuk Kaltim pun berencana mengisi permintaan dari negara-negara yang terdampak perang Rusia dan Ukraina, seperti India dan sejumlah negara di Eropa, sembari mempertahankan pasar ekspor lainnya yang sudah berjalan, seperti ke Asia Tenggara dan Asia Timur.
"Selain kedua benua itu, kami juga akan perluas pasar ke Australia, Meksiko, Amerika Serikat, dan Amerika Selatan," tegas Rahmad.
Baca Juga: Pupuk Indonesia Beberkan Langkah Strategis Dongkrak Produksi NPK
PSN Di Fakfak
Lebih lanjut, Rahmad menerangkan upaya menggenjot produksi juga akan dituangkan dalam implementasi penugasan Proyek Strategis Nasional (PSN) di Fakfak, Papua Barat. Dalam hal ini, PKT mendapat amanat dari pemerintah untuk membangun pabrik urea baru di sana dengan kapasitas 1,5 juta ton urea dan 825 ribu ton amoniak.
Dia optimis pembangunan pabrik baru itu akan memenuhi tren peningkatan kebutuhan pupuk, mendukung ketahanan pangan, serta mendongkrak pemberdayaan ekonomi masyarakat di wilayah Indonesia Timur.
Karena itu, PKT hingga kini terus berkoordinasi secara aktif dengan berbagai pihak, mulai dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan pemangku kepentingan lainnya guna kelancaran pembangunan pabrik di Fakfak.
"Jika nantinya telah beroperasi, PKT yang tadinya berada di posisi ke-6 di Asia Pasifik, akan menduduki posisi ke-4. Insyaallah semua berjalan lancar dan PSN Papua Barat ini akan beroperasi pada 2027," sebutnya.
Tak sampai situ, rencana strategis tersebut juga ditambah dengan upaya mengembangkan bisnis sektor hilirisasi petrokimia dan energi terbarukan. Hilirisasi itu mencakup pengembangan produksi amonium nitrat yang diperkirakan memenuhi 0,8% permintaan global, serta soda ash untuk substitusi impor sekitar 30%.
"Untuk menghadapi kemungkinan pertumbuhan pasar kedepannya, PKT juga turut mempertimbangkan aspek pengembangan skala produksi dengan penerapan prinsip geographical excellence dalam pembangunan kompleks pabrik baru di Pulau Cendrawasih tersebut," tandas Rahmad Pribadi.