c

Selamat

Senin, 17 November 2025

EKONOMI

20 Januari 2025

21:00 WIB

Pumpkin'D handmade, Bunga Kain Raksasa Pembawa Laba

Berawal dari hobi membuat kerajinan, Indri berhasil memproduksi kerajinan hiasan bunga kain raksasa berbahan organza. Selain Indonesia, peminatnya datang dari Malaysia, Arab Saudi, hingga AS.

Penulis: Erlinda Puspita

Editor: Rikando Somba

<p>Pumpkin&#39;D handmade, Bunga Kain Raksasa Pembawa Laba</p>
<p>Pumpkin&#39;D handmade, Bunga Kain Raksasa Pembawa Laba</p>

Indri memamerkan produk kriya giant flower dari kain organza. Dok. Instagram/pumpkind.handmade

RIAU - Tak gentar digempur bermacam produk impor kerajinan murah, hingga hari ini, Indri tetap konsisten menekuni bisnis yang digelutinya sejak 14 tahun silam. Dia berkeinginan untuk selalu membuat kerajinan tangan atau handmade kain perca. Entah sampai kapan, namun dia tetap yakin akan peroleh laba dari usaha itu. 

Bermula membuat aneka bros dari kain flanel perca dan bahan lainnya, ibu rumah tangga satu ini berhasil menciptakan karya bunga raksasa yang tembus mancanegara. 

Awalnya, menjadi perajin kriya perca tak pernah ada di benaknya. Namun, apa mau dikata, setelah menganggur selama dua tahunan pasca lulus dari SMK jurusan komputer pada 2009 silam membuatnya mulai memberanikan diri untuk usaha saja.

Semula Indri mulai mencoba merakit aneka kerajinan dari tumpukan kain perca sisa produksi jahitan milik sang ibu selaku penjahit. Dari titik ini juga, dia memulai debut usaha kecil-kecilan menciptakan bros dari aneka kain pada 2011.

Usaha kecilnya ini berlangsung hingga 2020. Di saat pandemi, dia malah sempat menikmati peluang baru untuk memproduksi aneka masker kain saat pandemi. Sayangnya, perempuan berusia 33 tahun ini mengaku, usahanya tersebut cenderung stagnan selama sembilan tahun berjalan. 

"Di 2011-2020 itu sangat susah memasarkan produk handmade. Saya bertahan ya karena hobi saja. Jadi, paling saya upgrade aneka bentuk brosnya dari bahan juga desain. Tapi, kalau dari usahanya, enggak berkembang," ceritanya kepada Validnews di Jakarta, Jumat (10/1).

Indri meyakini, mandeknya perkembangan bisnisnya akibat minat masyarakat yang lebih menyukai produk kerajinan murah. Apalagi, banyak dijumpai bros-bros pabrikan yang lebih marak dijumpai di berbagai platform belanja online

Namun, Indri masih meyakini, produk kerajinan tangan bros secara manual punya pesonanya sendiri. Terlebih, berkutat memproduksi bros selama satu dekade, rasanya sudah menjadikan produk tersebut sebagai jati diri Indri. Meski hasil penjualan atau bisnisnya tak seberapa, dia meyakini pasar tetap ada.

Menilik persaingan yang kian keras, Indri mulai melek untuk bisa keluar dari zona nyaman dengan membuat produk inovatif lainnya. Pilihannya jatuh dengan mengutak-atik kain organza menjadi sekuntum bunga raksasa. Modalnya 'gratis' dari video tutorial teman daringnya.

Ia pun teliti menghitung satu per satu modal yang dikeluarkan dari harga setiap bahan baku. Tak butuh waktu lama, setelah mempelajari dan mengumpulkan bahan baku produksi bunga raksasa yang mudah ditemukan di Indonesia, tangan uletnya berhasil menciptakan bunga raksasa atau dia sebut giant flower dari kain organza. 

"Awalnya saya masih idealis. 'Saya mau standby aja bikin bros handmade' gitu pikir saya dulu. Kemudian saya penasaran, jadi saya sekali bikin giant flower organza itu dibuat konten video. Eh tapi kok banyak respons positif, dan banyak yang minta untuk bikin giant flower aja," katanya semringah. 

Tanggalkan Sikap Idealis, Demi Peluang Bisnis
Indri tak menyangka, produknya yang diposting di Instagram dapat atensi tinggi dari pasar. Hal ini juga yang pada akhirnya membuat idealisme bisnis Indri runtuh, dari yang semula teguh hanya memproduksi bros handmade. Tepat pada 2021, Indri akhirnya mantap dan mulai fokus menerima pesanan produksi giant flower kain yang sekaligus diorbitkan dengan jenama Pumpkin'D handmade. 

Kata pumpkin selaku buah labu dipilihnya karena sangat menyukai buah satu ini, sisanya menggambarkan produk kerajinan tangan asli. Di samping itu, buah ini juga membangkitkan kenangannya dengan nenek yang acapkali membuat kolak labu.

Jika mau filosofis sedikit, Indri menyampaikan, seluruh bagian labu mulai dari biji, daging buah, kulit, sampai daunnya yang bisa dikonsumsi punya manfaat besar. Dari situ, dia berharap, usaha kecil yang dirintisnya bisa bermanfaat baik bagi dirinya, keluarga, maupun orang sekitar.

Belakangan, keyakinannya soal produk giant flower organza lebih tumbuh. Dia melihat banyak produk serupa. Dari hal ini, dia mengamati, yang dihasilkannya lebih unggul ketimbang produk serupa di pasaran. Pasalnya, dia menjamin, Pumpkin'D Handmade membuat giant flower dengan kualitas kelopak bunga bertekstur yang mirip dengan bunga asli. 

Idenya membuat kriya dengan tekstur semirip bunga tersebut merupakan hasil uji coba berkali-kali dan melewati kegagalan berulang. Indri juga bersyukur mendapat warisan jiwa terampil dari sang ibu. 

"Saya memang belajar bikin giant flower-nya lihat dari youtube teman-teman online yang jual bunga raksasa. Tapi saya lihat-lihat, enggak ada yang buat ada teksturnya, akhirnya saya coba-coba sendiri trial and error terus. Saya juga cari alat produksinya di internet," serunya. 

Untuk membuat tekstur kelopak bunga sedetail mungkin, dia menggunakan alat bernama bolder corsace. Namun, tantangan muncul lagi, karena panduan penggunaan alat ini masih nihil, baik di Indonesia maupun di luar negeri. Tak ada video panduan pemakaiannya.   

"Saya hanya beli alatnya, tapi enggak tahu cara pakainya. Saya coba-coba sendiri dan itu trial-error sendiri berkali-kali sampai nemu bentuk yang bagus. Jadi saya menyimpulkan, belum ada di Indonesia yang pakai teknik ini selain saya dan teman saya," lanjutnya. 

Dia masih ingat, pemesan pertama bunga raksasa datang dari di Yogyakarta. Tak tanggung-tanggung, Indri menerima pesanan perdana itu dengan nominal sekitar Rp1,5 juta untuk membuat bunga raksasa sebanyak empat buah. Girang bukan kepalang, dia sendiri langsung memproduksinya dalam sepekan.

Sejak pesanan pertama tersebut pada 2021, pesanan datang silih berganti. Semula seluruh produksi digarap sendiri walau terkadang dibantu suami, namun ia sempat kerepotan saat harus mengurus anak-anaknya di waktu bersamaan.  Sejak saat itu, akhirnya Indri memutuskan merekrut dua pegawai untuk membantu produksi.  Sementara ini, produksi Pumpkin'D Handmade terkonsentrasi di Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau.  

Siapa sangka, bermodal awal produksi hanya sekitar Rp500 ribu untuk satu buah giant flower, Indri saat ini mengaku bisa mengantongi keuntungan 50% dari biaya produksi dengan omzet di kisaran belasan juta per bulan, bahkan memiliki karyawan. 

Tak Pelit Berbagi Ilmu, Buka Pintu Ekspor 
Indri menyadari keahlian membuat giant flower, tentu tak terlepas dari bantuan teman-teman daring serta video-video di internet. Ia pun memutuskan membuat konten Youtube cara memproduksi bunga raksasa, sampai resep rahasia membuat tekstur kelopak bunga. 

Di medsos, dia juga aktif mengunggah berbagai video cara membuat bunga, aktivitas saat memproduksi, aneka model bunga, hingga alat-alat dan teknik yang dipakai. Indri juga tak sungkan menjawab pertanyaan audiens yang menanyakan nama alat yang digunakan, ukuran, hingga tautan bahan baku. 

Tak sadar, keaktifan di medsos juga menjadi media promosi bagi Pumpkin'D Handmade di luar negeri. Videonya berhasil menjangkau pengguna medsos berbagai belahan dunia, dan berhasil menggaet pelanggan giant flowers gubahannya dari Malaysia, Arab Saudi, hingga Amerika Serikat. 

Dia sampai gembira bukan kepalang karena memperoleh kesempatan ekspor. Kebanggaannya meninggi manakala pelanggan asing amat mengapresiasi produknya, lebih dari pelanggan di dalam negeri. 

Belum lagi, konsumen asing selama ini tak pernah mengeluh harga produknya yang diakui cukup premium.  

"Orderan dari orang luar negeri itu enggak ribet, jarang bahkan, enggak ada yang nawar atau segala macam. Mereka jelas, maunya begini-begitu. Mereka mengeluh sih mahal di ongkos kirim, tapi ya tetap saja dibeli," ucap Indri. 

Untuk pasar tanah air, produk Pumpkin'D Handmade sudah pernah merambah ke berbagai wilayah, dari Aceh sampai Papua. Pastinya, pesanan tertinggi masih berasal dari Pulau Jawa, tepatnya di DKI Jakarta dan ibu kota besar lainnya.

Macam-macam Tantangan Bisnis
Menuju tahun keempat, Indri mengidentifikasi, permintaan produknya akan cenderung meningkat menjelang momen Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN). Karenanya, saat permintaan turun seperti pada Oktober-November 2024 lalu, dia terpaksa merumahkan salah satu karyawan karena sepi orderan.

Kondisi sepi-ramai bisnis memang diakuinya jadi tantangan tersendiri. Beruntungnya, begitu menjelang Nataru 2025 belum lama ini, pemesanan giant flower terus bertambah. 

Dia memproyeksi, kenaikan permintaan ini akan terus ramai menjelang masuk ke momen Ramadan, seiring meningkatnya bazar dan pameran juga. Hari ini, dia kebanjiran orderan, sampai salah satu artis ternama Indonesia turut memesan.

"Saya ada karyawan dua orang, tapi kemarin-kemarin satunya dirumahkan karena produksi sangat merosot. Alhamdulillah sejak mau Natal sampai sekarang ada pesanan terus, jadi saya rekrut karyawan lagi. Alhamdulillah juga sekarang lagi bikin untuk pesanan kak Ivan Gunawan," sambungnya gembira.

Adapun ragam pemesan giant flower Pumpkin'D Handmade, mayoritas berasal dari jasa pengatur acara atau event organizer, jasa pengatur acara pernikahan atau wedding organizer, fotografer, dan pemesanan perorangan untuk dekorasi rumah. Sedang soal ekspor, dia belum terpikirkan menggarapnya serius.  Selaku newbie, dia sempat mengalami pengalaman tak mengenakkan saat ekspor. Contohnya seperti permintaan biaya tambahan oleh oknum petugas bandara.

Pertama kali mengirimkan pesanan giant flower ke Arab Saudi, ia sempat dimintai biaya tambahan mencapai Rp10 juta. Dalihnya, produk melebihi muatan yang seharusnya. Tak mau percaya begitu saja, Indri pun memaksa pihak bandara di Riau untuk berkoordinasi dengan bandara di Jakarta. 

"Saya sangat shock waktu itu karena pesanan dari Arab ini sudah pre order 1 bulan, dan mereka tidak mau menambah biaya kirim. Tapi dari bandara di Indonesia meminta bayaran tambahan Rp10 juta karena volume barang teralu besar. Padahal sejak awal pengiriman saya sudah sesuai aturan, dan mereka juga sudah tau isi barangnya karena sudah dikirimkan fotonya juga. Saya keukeuh enggak mau bayar karena enggak ada uang lagi," keluhnya. 

Tantangan lainnya, Indri sebut, selama ini hanya mengandalkan promosi dagangannya melalui medsos. Di sisi lain, dia juga turut memasang sebagian kecil produknya di etalase platform belanja online.

Hal tersebut terpaksa dilakukan lantaran biaya admin yang dikeluarkan untuk produk besutannya terlalu besar, sehingga harga per unit giant flower bisa menjadi lebih mahal. 

Minimnya Dukungan Pemerintah Tak Patahkan Mimpi 
Selama ini, Indri mengaku pemerintah daerah di tempatnya tinggal cenderung pasif mendukung UMKM lokal. Hal ini ia rasakan dari pengalaman pertamanya mengikuti pameran bazar di Kabupaten Kuantan Singingi pada Agustus 2024.  Saat itu, ia harus merogoh kocek hingga Rp600 ribu per meter untuk stan, tanpa adanya tenda. Terpaksa, dia harus mengeluarkan biaya tambahan untuk membeli tenda sesuai dengan persyaratan yang pemda minta. 

Bahkan dari ceritanya, Indri mengaku tak pernah ada bimbingan bisnis yang diberikan pemerintah setempat. 

"Sejauh ini tidak ada bimbingan apapun untuk UMKM. Mohon maaf, sepertinya memang pemerintah di sini kurang partisipatif. Kalau dulu masih ada bantuan UMKM, tapi kalau sekarang semuanya sendiri," bebernya. 

Meski begitu, Indri lewat Pumpkin'D Handmade bakal terus semangat mengarungi peluang lautan bisnis ke depan. Toh, bisnis ini juga sudah dirintis sejak lama. "Target ke depannya, saya mau menjual produk saya ke seluruh negara. Pokoknya punya semangat untuuk tembus ke luar negeri. Kemudian visi-misi saya, tentu ke depannya bisa membuka lapangan pekerjaan untuk orang-orang yang membutuhkan," begitu harapnya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar