c

Selamat

Rabu, 5 November 2025

EKONOMI

03 Januari 2024

17:28 WIB

Proyeksi Ekonomi Digital Indonesia 2024, Apa Tetap Berkembang?

Terdapat perkembangan yang menjadi faktor pendukung pertumbuhan ekonomi digital pada 2024.

Penulis: Nuzulia Nur Rahma

Editor: Fin Harini

Proyeksi Ekonomi Digital Indonesia 2024, Apa Tetap Berkembang?
Proyeksi Ekonomi Digital Indonesia 2024, Apa Tetap Berkembang?
Ilustrasi IoT. Dok Shutterstock.

JAKARTA - Meskipun industri teknologi dihantam badai krisis yang bertubi-tubi selama dua tahun terakhir, East Ventures, perusahaan venture capital (VC), memperkirakan ekonomi digital Asia Tenggara berada dalam posisi yang baik untuk berkembang.

"Beberapa tahun terakhir, situasi terasa menantang seolah menatap langit mendung tanpa sinar matahari. Namun, ada beberapa indikasi yang membuat kita optimis," kata Managing Partner East Ventures, Roderick Purwana dalam pernyataan tertulis, Rabu (3/1).

Valuasi perusahaan startup yang melemah, kelesuan ekonomi dunia, tekanan inflasi tanpa henti, dan potensi resesi global membayangi sektor ini.

Namun, dia menilai, berbagai ketidakpastian ekonomi global tersebut telah membuat sektor ini bersikap lebih bijaksana.

Memasuki 2024, dia meyakini akan ada banyak ketidakpastian. Ketegangan geopolitik di beberapa negara dan ketidakstabilan ekonomi global menyebabkan volatilitas yang besar. 

"Namun, kami melihat tanda-tanda positif. Kami tetap waspada, memantau dengan cermat, dan fokus pada tujuan kami terlepas dari fluktuasi eksternal," kata Roderick lagi.

Salah satu tanda positif adalah potensi Bank Sentral Amerika Serikat (AS) menurunkan suku bunga acuan pada tahun 2024, yang memberi harapan ekonomi AS tumbuh lebih tinggi. 

"Hal ini bisa menjadi 'angin segar' bagi industri teknologi. Ibarat melihat secercah langit biru di antara awan tebal sesuatu yang menjanjikan," ungkapnya.

Baca Juga: e-Conomy SEA: 2025, Ekonomi Digital Indonesia Capai GMV US$110 Miliar

Meski begitu, Roderick menegaskan akan tetap waspada melihat rintangan di depan. Ketegangan geopolitik di beberapa wilayah masih berpotensi menimbulkan gejolak pasar yang besar. 

Selain itu, momen pemilihan umum di Amerika dan Indonesia yang semakin dekat mengakibatkan jalan ke depan masih butuh kewaspadaan dan fokus.

"Sebagai pemain handal, East Ventures tetap fokus dan mawas diri di tengah situasi saat ini," kata dia.

Untuk itu, pihaknya sebagai perusahaan modal ventura telah menerapkan strategi, yakni mengidentifikasi dan berinvestasi pada founder dan peluang terbaik, terlepas dari kondisi baik atau buruk. 

"Selain itu, meski kami melihat banyak prospek investasi di berbagai sektor, termasuk iklim (seperti transisi energi dan proyek terkait iklim), kesehatan, dan rantai pasokan, kami terus berinvestasi secara agnostik," sebut dia.

Dengan penetrasi internet Indonesia yang hampir mencapai 80%, ia yakin akan melihat berakhirnya era transisi digital konsumen dan munculnya era baru, yakni bonus demografi (dividen demografi) yang akan datang.

Bonus Demografi
Dalam kesempatan yang sama, Founding Partner East Ventures, Willson Cuaca menjelaskan, dalam 10 tahun ke depan Indonesia akan memasuki era dividen demografi dini dan akan mencapai puncaknya sekitar 20 tahun dari sekarang. 

Pada saat itu, hampir 206 juta orang akan berada dalam usia produktif dan secara teoritis mampu menghidupi tanggungan mereka. Mayoritas angkatan kerja dalam 10 hingga 20 tahun ke depan adalah generasi digital yang dipimpin oleh Generasi Z dan didukung oleh generasi Milenial yang matang. 

Sebagian besar penduduk produktif memasuki usia dewasa. Kondisi ini menurutnya memberikan peluang sekali seumur hidup untuk mengubah Indonesia menjadi negara berpendapatan tinggi dan mendorong munculnya peluang bisnis baru.

Baca Juga: Ekonom Buka-Bukaan Soal Tantangan Ekonomi Digital di 2024

"Apakah generasi mendatang ini dapat mencapai visi Indonesia Emas 2045 atau menjadi beban demografi, itu tergantung pada kesiapan kita untuk bersiap dan bertindak sekarang," pungkas Willson.

Sebagai informasi, berdiri pada tahun 2009, East Ventures telah menyediakan investasi tahap awal hingga tahap lanjutan untuk lebih dari 300 perusahaan teknologi di Asia Tenggara.

East Ventures juga pernah menjadi pendukung awal perusahaan teknologi terkemuka, seperti Tokopedia, Traveloka, Ruangguru, ShopBack, Waresix, Xendit, IDN Media, KoinWorks, Sociolla, Tech in Asia (diakuisisi oleh SPH), Kudo (diakuisisi oleh Grab), Loket (diakuisisi oleh Gojek), dan MokaPOS (diakuisisi oleh Gojek).


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar