c

Selamat

Sabtu, 27 April 2024

EKONOMI

11 Mei 2021

19:04 WIB

Proyek DME Hemat Cadev Rp97 Triliun per Tahun

Proyek gasifikasi batu bara juga menyumbang penyerapan tenaga kerja

Penulis: Zsasya Senorita

Editor: Fin Harini

Proyek DME Hemat Cadev Rp97 Triliun per Tahun
Proyek DME Hemat Cadev Rp97 Triliun per Tahun
Menteri BUMN Erick Thohir menyaksikan penandatanganan amandemen kerja sama proyek gasifikasi batu bara di Los Angeles, Amerika Serikat. BUMN/Dok.

JAKARTA - Dua proyek kerja sama dibesut BUMN dengan mitra untuk mengurangi ketergantungan pada produk impor. Juga, memperkuat proses transformasi energi Indonesia ke green economy serta energi baru dan terbarukan.

Proyek pertama adalah kerja sama proyek gasifikasi batu bara atau Dimethyl Ether (DME Coal)  melalui amandemen perjanjian yang ditandatangani Pertamina dengan PT Bukit Asam atau PTBA dan Air Products & Chemical Inc. (Air Products), Selasa (11/5). 

Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan, kerja sama gasifikasi ini bisa menghemat cadangan devisa atau cadev hingga Rp9,7 triliun per tahun.

Kedua, kerja sama di bidang Carbon Capture and Storage (CCS) dan Carbon Capture, Utilization, and Storage (CCUS) antara Pertamina dengan ExxonMobil. Proyek ini bertujuan menekan emisi karbon dan sebagai bagian dari upaya Enhance Oil and Gas Recovery di sumur-sumur Pertamina untuk meningkatkan produksi migas Indonesia.

“Kerja sama gasifikasi bisa menghemat cadangan devisa hingga Rp9,7 triliun per tahun dan menyerap 10 ribu tenaga kerja. Sementara, dengan ExxonMobil ada potensi kerja sama untuk pengembangan riset dan teknologi migas untuk sektor hulu, hilir, energi terbarukan maupun potensi lainnya,” ujar Erick yang mengikuti acara ini dari Amerika Serikat, Selasa (11/5).

Melalui keterangan resminya, Erick menjelaskan perjanjian Pertamina dan PTBA sekaligus menjadi kesepakatan Processing Service Agreement atas proses gasifikasi batu bara, yang menjadi salah satu program pemerintah untuk meningkatkan ketahanan energi nasional. 

Ia menambahkan, gasifikasi batu bara menjadi salah satu wujud meningkatkan perekonomian nasional secara umum. Selain diyakini akan menghilangkan ketergantungan terhadap impor, proyek strategis nasional ini dianggap mampu memaksimalkan potensi sumber daya energi yang dimiliki Indonesia.

"Gasifikasi batu bara memiliki nilai tambah langsung pada perekonomian nasional secara makro. Akan menghemat neraca perdagangan, mengurangi ketergantungan terhadap impor LPG, dan menghemat cadangan devisa," tegasnya lagi.

Erick pun optimististis, kerja sama ini akan memberikan manfaat besar di tengah usaha membangkitkan perekonomian nasional. Menurutnya, Pertamina telah berperan sebagai perusahaan yang tak hanya bergerak untuk memastikan ketahanan energi namun juga menjadi motor untuk menggerakkan industri energi agar tetap mampu beroperasi optimal.

"Tentu kami berharap kerja sama ini menjadi salah satu bagian dari momentum kebangkitan perekenomian nasional. Dengan memastikan tersedianya kebutuhan energi yang mandiri. Kita berharap sektor makro dan mikro dapat terus tumbuh dan menjadi pilar perekonomian nasional," sambungnya.

KEK Wisata Kesehatan
Sebagai informasi, saat ini Erick tengah melakukan kunjungan kerja di Amerika Serikat hingga 11 Mei 2021 waktu setempat untuk menjajaki kerja sama di bidang energi, kesehatan, dan investasi.

Di bidang kesehatan, ia fokus menjajaki kerja sama antara Holding Rumah Sakit BUMN Indonesia Healthcare Corporation (IHC) dengan sejumlah institusi kesehatan terkemuka di Amerika Serikat. Tujuannya, untuk membangun serta memperkuat sistem kesehatan di Indonesia. 

Beberapa institusi kesehatan yang diincar Erick adalah pusat perawatan kanker City of Hope National Medical Center, pusat penanganan kesehatan dan kebugaran komunitas lansia University of South Carolina (USC) School of Gerontology, juga pusat praktik klinik, riset, dan pendidikan Mayo Clinic.

“Kami ingin membangun dan memperkuat sistem kesehatan di Indonesia, juga berinvestasi di Sanur-Bali, yang akan dikembangkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus Wisata Kesehatan,” tambahnya.

Sementara di bidang investasi, Erick melakukan pertemuan dengan beberapa private equities yang berbasis di California-Amerika Serikat untuk menarik investasi ke Indonesia melalui Indonesia Investment Authority (INA) Sovereign Wealth Fund.

“Kami memfokuskan pada investasi strategis di program infrastruktur, hal ini disambut baik oleh para calon investor yang kami temui. Pandemi ini membangunkan Indonesia dari tidurnya, modal utama kita yaitu pasar yang besar dan sumber daya alam yang melimpah, namun tidak cukup. Kita perlu membangun iklim investasi yang kondusif untuk mendorong dan membangkitkan perekonomian,” tandas Erick yang juga Dewan Pengawas INA. 

 


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar