c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

15 Juli 2024

20:25 WIB

PRIMA; Dari Mengisi Waktu Luang, Jadi Tambahan Penghasilan

Kaum ibu rumah tangga berusia 25-50 tahun di Kabupaten Bojonegoro memproduksi kerajinan rajut. Di perkumpulan perajin rajut yang disebut PRIMA ini, omzet sekitar Rp10 juta per bulan bisa didapat

<p id="isPasted">PRIMA; Dari Mengisi Waktu Luang, Jadi Tambahan Penghasilan</p>
<p id="isPasted">PRIMA; Dari Mengisi Waktu Luang, Jadi Tambahan Penghasilan</p>

Kelompok Perempuan Indonesia Merajut (PRIMA) Tuban, di Jakarta. Dok/PRIMA

BOJONEGORO - Berawal dari niat untuk mengisi waktu luang, sejumlah kaum ibu di sekitar kawasan perusahaan ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) Jawa Timur, rutin mengikuti pelatihan merajut. Rupanya, ilmu yang diperoleh mereka, sukses membawa mereka menghasilkan pundi-pundi pendapatan tambahan bagi keluarga.

Siti Nurul Hidayati (32 tahun) menjadi contoh. Ia bersama kaum ibu-ibu di wilayah Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur saling bahu membahu memberdayakan diri dalam kerajinan merajut. Perempuan yang akrab disapa Nurul tersebut, mendapatkan tanggung jawab selaku ketua perajut di wilayahnya.

“Dulu akhir tahun 2018 ada pelatihan dari EMCL, berlatih rajut. Kami ikutan saja, isi waktu luang. Ternyata kami dapat orderan berbasis pasar. Jadi peluang nih, ya sudah kita kerjakan pesanan-pesanan itu,” tutur Nurul saat bercerita kepada Validnews, Senin (8/7).

Memiliki anggota yang terdiri dari kaum ibu rumah tangga, dipilihlah nama PRIMA sebagai kependekan dari Perempuan Indonesia Merajut. Nama PRIMA juga diharapkan bisa menjadi doa dan harapan bagi perempuan-perempuan Indonesia yang merajut tersebut bisa terus berkarya.

Dalam proses berdirinya, PRIMA ini tidak sendiri. Kelompok perajin rajut ini hingga di usia menuju enam tahun, masih terus dibina oleh EMCL juga Yayasan Sri Sasanti Indonesia (YSSI) yang turut mendampingi sejumlah UMKM di Kabupaten Bojonegoro. Sebanyak 124 anggota PRIMA telah menghasilkan ribuan produk aneka rajutan sejak awal berdiri. Mereka merupakan ibu rumah tangga berusia di rentang 25 tahun hingga 50 tahun.

Produk rajutan yang mereka hasilkan pun bervariatif. Ada tas, dompet, suvenir, cover botol, taplak meja, syal, hingga pakaian bayi. Tas dan dompet, jadi produk unggulan PRIMA. Produk ini menjadi produk yang paling banyak dipesan pelanggan. Bahkan untuk jenis produk tersebut, sering dipesan secara massal.

Padahal, harganya tak murah-murah amat. Untuk produk tas, harga yang ditawarkan berkisar Rp180.000 hingga Rp500.000 per buah. Sedangkan untuk dompet, dibanderol sekitar Rp85.000 sampai Rp200.000 per buahnya.

Berbeda dari rajutan produksi label lainnya, hasil produksi milik PRIMA diklaim memiliki kualitas unggulan. Misalnya, produk yang dihasilkan memiliki kualitas bahan yang halus, memiliki ukuran yang konsisten dan sama meski dibuat secara manual dengan tangan. Kualitas-kualitas terbaik tersebut, dapat diperoleh karena menurut Nurul telah melalui proses pemeriksaan kualitas (QC) yang ketat.

Kolaborasi Untuk Tembus Ekspor
Tak hanya klaim semata, PRIMA bahkan berhasil menjalin kerja sama untuk produksi dengan tujuan ekspor, yaitu dengan CV Bumi Cipta Mandiri (BCM). Produk rajutan tersebut diketahui memiliki nama merek The Sak dengan merambah pasar Amerika.

“PRIMA itu ada kerja sama dengan perusahaan di Yogyakarta. Pihak mereka survei tas kita, lalu pesan dan kita setor ke sana untuk kemudian tas nya diekspor ke luar negeri,” ungkap Nurul.

Dalam menghasilkan produksi tas ke pasar ekspor, Nurul bercerita, satu perajin, butuh satu hari untuk menghasilkan tas berkualitas tinggi. Ini pun dilakukan bagi perajin yang sudah sangat mahir. 

Sementara perajin yang belum terlalu mahir, bisa menghabiskan waktu satu hingga dua hari untuk memproduksinya.

Dari hasil rajutan tersebut, PRIMA mampu meraih omzet per bulannya mencapai Rp10 juta. Meski belum terlalu besar, Nurul bersyukur karena kegiatan yang bermula dari pemberdayaan wanita ini mampu memberikan manfaat sedikit demi sedikit untuk keluarga perajin.

Hingga saat ini pelanggan yang memesan rajutan PRIMA sudah berasal dari berbagai wilayah, seperti Yogyakarta, Jakarta, hingga Palembang. Pemesannya pun bukan hanya kalangan pribadi, namun juga sudah merambah ke pemesanan massal seperti perusahaan atau pemerintahan.

Tak hanya ditawarkan secara offline di Kabupaten Bojonegoro, produk PRIMA juga dijajakkan secara online melalui media sosial mereka di Instagram yaitu @primabojonegoro dan platform belanja online Shopee Primabojonegoro.

Harapan ke depannya, Nurul menginginkan perluasan pasar ekspor secara mandiri oleh PRIMA tanpa bekerja sama dengan pihak lainnya. Sejalan dengan mencapai tujuan tersebut, PRIMA juga memerlukan tenaga perajin tambahan.

Namun, ia dan tim mengaku tak ingin terburu-buru untuk bisa menembus pasar ekspor. Pasalnya, masih banyak hal yang harus ia persiapkan, utamanya perbaikan sistem kerja di PRIMA sendiri.

“Kalau kita sudah naik ke level ekspor, kita harus siap dulu. Kalau belum, nanti malah kacau. Terutama di manajemen dan sistemnya dulu ya,” kata Nurul.

Pandemi Bawa Berkah
Nurul juga menceritakan, masa-masa saat timnya melalui pandemi covid-19. Pada saat itu, ia mengaku justru permintaan pasar terhadap pesanan rajut makin bertambah. Kenaikannya bisa mencapai 45% dari hari biasa.

Wah, waktu pandemi malah kita survive itu. Sekali orderan datang, bisa mencapai 2.500 pieces karena makin banyak orang yang beli online kan. Alhamdulillah, kegabutan, kita isi dengan ngerajut,” cerita Nurul.

Berdasarkan perkiraan kasar Nurul, tingkat produksi kini sudah naik berkali-kali lipat. Jika pada awal berdiri tahun 2018, dalam sebulan ia dan tim baru bisa merajut hingga 100 buah, jumlahnya kemudian terus naik menjadi 500 buah per bulan, 700 buah, 2.500 buah, hingga 4.500 buah per bulan.

Selama berdiri hampir enam tahun, Nurul mengaku, PRIMA tak pernah merasa diri sebagai tempat berkumpul perajut andal. Sebab, ia dan tim selalu merasa belajar dan memperoleh ilmu baru.

Tak jarang, mereka berani menerima pesanan berbagai rajutan yang dimodifikasi dengan kerajinan lain seperti sulam dan hiasan manik-manik. Bagi Nurul dan kawan-kawan, hal tersebut menjadi kesempatan berharga untuk mempelajari hal baru.

Lahir dari inisiatif perusahaan swasta yang memberdayakan masyarakat sekitar, Nurul mengaku jika tak pernah kesulitan untuk memperoleh akses informasi dan peluang untuk turut terlibat dalam acara pameran UMKM baik skala provinsi maupun nasional. 

Beberapa pameran yang PRIMA telah ikuti antara lain pameran di Pra Event Forum Kapasitas Nasional di Surabaya tahun 2022, Inacraft, dan pameran-pameran lainnya.

Adapun tantangan yang ia rasakan hingga saat ini adalah, PRIMA belum menemukan bahan baku yang sesuai untuk memproduksi rajutan berkualitas tinggi setara dengan hasil produksi yang ditujukan untuk kerja sama ekspor.

Menurut Nurul, selama ini PRIMA memproduksi rajutan untuk ekspor dengan suplai bahan baku berasal dari pihak yang mengajak kerja sama.

“Kalau rajut untuk lokal, bahan bakunya bisa kami peroleh dari lokal dan untuk kelas menengah ke bawah. Tapi kalau untuk menengah ke atas, kami belum menemukan benang yang sama kayak kami buat untuk ekspor,” tandas Nurul.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar