c

Selamat

Senin, 17 November 2025

EKONOMI

09 Juni 2022

19:03 WIB

Presiden Resmikan Tiga Pelabuhan Penyeberangan Di Wakatobi

Kemenhub gulirkan subsidi Rp17,9 miliar untuk pelayanan kapal pelabuhan penyeberangan di Wakatobi yang dioperatori oleh PT ASDP Indonesia Ferry

Penulis: Yoseph Krishna, Wiwie Heriyani

Editor: Fin Harini

Presiden Resmikan Tiga Pelabuhan Penyeberangan Di Wakatobi
Presiden Resmikan Tiga Pelabuhan Penyeberangan Di Wakatobi
Kunjungan Presiden Joko Widodo di Wakatobi, Sulawesi Tenggara. KKP/Dok

WAKATOBI - Presiden Joko Widodo telah meresmikan sebanyak tiga pelabuhan penyeberangan beserta satu unit kapal penyeberangan dalam rangka meningkatkan konektivitas antarpulau di Wakatobi, Sulawesi Tenggara.

Ketiga pelabuhan penyeberangan tersebut ialah Pelabuhan Kaledupa, Pelabuhan Tomia, dan Pelabuhan Binongko. Sedangkan untuk kapal penyeberangan yang operasionalnya telah diresmikan ialah KMP Sultan Murhum II.

Presiden Jokowi mengatakan peresmian kapal roro tersebut ditujukan dalam rangka melayani angkutan penyeberangan perintis untuk rute Kamaru-Kaledupa, Kaledupa-Tomia, serta Tomia-Binongko dengan pelayanan sebanyak empat trip dalam seminggu.

"Kita harapkan dengan beroperasinya pelabuhan dan kapal ini, aktivitas dan mobilitas masyarakat semakin mudah, khususnya untuk angkutan barang yang berkaitan dengan sembako dan konektivitas antarpulau yang diharapkan semakin membaik," ungkap Jokowi di Wakatobi, Kamis (9/6).

Dengan resminya operasional kapal roro tersebut, saat ini Pulau Wakatobi telah dilayani oleh dua kapal, yakni KMP Sultan Murhum II dan KMP Bahtera Mas II. Kedua kapal tersebut pun turut melayani lintas penyeberangan di Kabupaten Wakatobi untuk rute Kamaru-Wanci-Kaledupa-Tomia-Binongko PP.

Bersamaan dengan itu, Kementerian Perhubungan juga menyalurkan subsidi sebesar Rp17,9 miliar untuk pelayanan kapal penyeberangan di Wakatobi di bawah pengelolaan PT ASDP Indonesia Ferry. Subsidi itu pun diharapkan bisa memberi kemudahan terkait tarif yang murah bagi masyarakat.

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi berharap resminya ketiga pelabuhan dan satu unit kapal penyeberangan itu akan mendukung Wakatobi sebagai salah satu Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) dan menumbuhkan titik-titik perekonomian baru.

Pemerintah, lanjut Menhub, terus memastikan ketiga pelabuhan dan satu unit kapal penyeberangan itu bisa memberikan manfaat bagi masyarakat. Ia mengatakan bahwa kehadiran pelabuhan dan kapal penyeberangan selama ini menjadi hal yang dinanti-nanti oleh masyarakat Wakatobi dan sekitarnya.

"Selain itu, juga dapat dimanfaatkan para turis domestik dan mancanegara untuk menikmati keindahan alam yang ada di Wakatobi," imbuh Menhub.

Budi Karya juga menegaskan pembangunan pelabuhan penyeberangan dan kapal di Wakatobi itu juga menjadi salah satu bentuk nyata bahwa pemerintah hadir kepada seluruh masyarakat Indonesia secara merata, tak hanya di Pulau Jawa, dalam hal ini adalah pembangunan infrastruktur transportasi.

"Kita bangun infrastruktur transportasi di pulau-pulau kecil dan terluar agar konektivitas bisa berjalan dengan baik. Pembangunan saat ini punya paradigma Indonesiasentris atau tidak hanya terpusat di Pulau Jawa," tegas Menteri Perhubungan.

Untuk diketahui, ketiga pelabuhan penyeberangan itu sebetulnya sudah rampung dibangun sejak 2021 lalu. Ketiganya punya rata-rata panjang dermaga hingga 82 meter, kedalaman kolam 5 meter, kapasitas sandar 1000 GRT, bertipe dermaga dolphin, dan tipe bongkar muat plengsengan.

Sedangkan untuk KM Sultan Murhum II, sudah mulai beroperasi sejak 2 Mei 2022 lalu. Kapal itu dibangun oleh PT Industri Kapal Indonesia sejak September 2020 dan rampung Desember 2021. Dengan biaya Rp39,3 miliar, KM Sultan Murhum II punya bobot 500 GT, panjang 46,8 meter, kapasitas 262 penumpang, 16 truk sedang, dan 26 kendaraan kecil, serta kecepatan 13 knot.

Adapun tarif angkutan penyeberangan di Wakatobi mencakup lintas penyeberangan Wanci–Kaledupa untuk orang dewasa Rp70 ribu dan kendaraan gol I Rp24 ribu, lintas Kaledupa-Tomia untuk orang dewasa Rp62 ribu dan kendaraan gol I Rp20 ribu, serta lintas Tomia-Binongko untuk orang dewasa Rp32 ribu dan kendaraan gol I Rp10 ribu.

Ilustrasi. Nelayan memikul bahan pembuatan perangkap ikan ke atas perahu di Pantai Mamboro, Palu, Sulawesi Tengah, Rabu (16/6/2021). ANTARAFOTO/Basri Marzuki 

 

Bantuan KKP 
Sementara itu, Kementerian Kelautan dan Perikanan menyerahkan bantuan senilai Rp36 miliar untuk meningkatkan produktivitas sektor kelautan dan perikanan di wilayah Wakatobi.

Paket bantuan senilai Rp36 miliar tersebut meliputi sarana prasarana perikanan tangkap seperti body kapal fiber berukuran 5 GT, mesin tempel 15 PK, mesin ketinting, paket pelampung, hingga ratusan unit alat tangkap. Kemudian ada bantuan peralatan untuk menjaga kualitas hasil tangkapan seperti chest freezer dan cool box.

Bantuan juga mencakup sarana budidaya perikanan meliputi kebun bibit rumput laut, puluhan ribu benih ikan kakap, kendaraan roda tiga, hingga jaring KJA. Selain itu, ada juga bantuan untuk pengembangan sumber daya manusia, bantuan pendidikan, serta bantuan perangkat teknologi untuk keselamatan nelayan.

"Dengan adanya bantuan ini, diharapkan produktivitas sektor kelautan dan perikanan di Wakatobi semakin meningkat sehingga kesejahteraan masyarakat juga ikut meningkat," ujar Menteri KKP Sakti Wahyu Trenggono, dalam siaran resmi KKP, Kamis, (9/6). 

Sebelumnya, dalam peringatan hari laut sedunia pada Rabu (8/6), Trenggono juga telah menyerahkan bantuan Perangkat Wakatobi AIS (Wahana Keselamatan dan Pemantauan Objek Berbasis Informasi/Automatic Identification System) kepada nelayan Wakatobi dan Pemerintah Daerah. 

Penyerahan bantuan tersebut diharapkan membantu nelayan pada saat berlayar sekaligus mendukung percepatan program penangkapan ikan terukur. Trenggono juga mengapresiasi teknologi Wakatobi AIS karena meningkatkan aspek keselamatan berlayar khususnya bagi nelayan kecil.

"Ini sangat bagus, perlu terus dikembangkan, agar fitur-fiturnya, pesan-pesannya dapat semakin membantu kebutuhan nelayan saat berlayar," ungkapnya.

Dalam kesempatan tersebut, Trenggono telah menyerahkan secara simbolis bantuan Wakatobi AIS sebanyak 10 unit untuk nelayan dan 1 unit untuk Pemerintah Kabupaten Wakatobi. Dia berharap melalui penyerahan bantuan tersebut diharapkan dapat meningkatkan produktivitas nelayan Wakatobi.

Kepala LPTK, Efi Noferya Manafi mengatakan Wakatobi AIS memang didesain khusus sesuai karakteristik nelayan kecil Indonesia. Karena itu, bentuk, ukuran, dan energi yang digunakan pun dirancang sesederhana mungkin agar tak menyulitkan nelayan tradisional. Alat ini didesain dapat bekerja secara portabel dengan baterai sebagai sumber tenaga yang bisa diisi ulang setiap masa pemakaian 96 jam atau 6 hari untuk sekali pengisian baterai.

 “Dengan fungsi dasar AIS yang dimiliki memungkinkan lokasi dan pergerakan nelayan terpantau detik ke detik di stasiun penerima (VTS),” terang Efi.

 Selain itu, Efi menambahkan bahwa Wakatobi AIS juga dirancang untuk dapat terkoneksi ke sistem pemantauan lalu lintas kapal (Vessel Traffic System/VTS) yang biasa terdapat di pelabuhan-pelabuhan dan otoritas pelayaran. Wakatobi AIS ini juga dapat mendeteksi perangkat AIS pada kapal non perikanan sehingga dapat mencegah terjadinya kecelakaan di laut.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar