28 Juni 2022
18:39 WIB
Editor: Rikando Somba
KOTA BOGOR- Harga hewan kurban, baik sapi maupun kambing dan domba di lingkungan Rumah Potong Hewan (RPH) Bubulak, Kota Bogor naik. Kenaikan mencapai 20% tergantung bobotnya. Kenaikan ini juga dicatat Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Bogor, Jawa Barat.
Kepala Unit Pelaksanaan Teknis Dinas (UPTD) RPH Terpadu Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Bogor Didong Suherbi, Selasa (28/6), mengatakan bahwa kenaikan harga dipengaruhi wabah penyakit mulut dan kuku (PMK). Isu ini ternyata terlalu mengkhawatirkan masyarakat yang menyongsong Iduladha 1443 Hijriah ini.
"Sebetulnya harga ada juga yang standar, tapi ada juga yang naik, karena distribusinya juga sekarang susah," jelas Didong.
Didong menyampaikan, kenaikan harga seiring dengan isu PMK yang membuat ketidakpastian bagi pedagang maupun pembeli karena permintaan maupun pasokan juga menurun drastis.
Dirincikan, kenaikan harga sapi hidup berukuran kecil rata-rata berbobot 300 kilogram naik dari Rp21 juta tahun lalu menjadi Rp25 juta. Begitupun hewan kurban kambing dengan bobot 30 kilogram dijual rata-rata Rp2,4 juta dari harga tahun lalu pada momen Idul Adha.
Di RPH ini , jumlah stok sapi dan kambing jelang Iduladha yang biasa mencapai 1.500 ekor, kini hanya tersedia 488 sapi dan 150 kambing.
Kepala Unit Pelaksanaan Teknis Dinas (UPTD) RPH Terpadu DKPP Kota Bogor itu dikutip dari Antara, menjelaskan bahwa menurut data yang dilaporkan, harga sapi potong dari impor juga naik. Semula harganya sekitar Rp45.000 dan kini naik menjadi Rp57.000 per kilogram berat hidup. Harga sapi lokal naik dari sekitar Rp55.000 menjadi Rp65.000 - Rp75.000 per kilogram berat hidup dan kambing atau domba Rp100.000 per kilogram berat hidup.
Menurutnya, di tengah ketidakpastian penjualan sapi dan kambing jelang Iduladha ini, langkah cepat penanganan PMK adalah kunci kepercayaan masyarakat untuk mengkonsumsi daging sapi dan kambing juga pulih.

Juga Naik
Di Kalimantan Timur, Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kalimantan Timur (Kaltim) Munawar mengungkapkan kenaikan harga sapi kurban menjelang Hari Raya Iduladha. Kenaikan mencapai Rp 23 juta per ekor karena wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang saat ini terjadi di Indonesia.
Kebutuhan sapi kurban di Kaltim mencapai 14.000 ekor sementara ketersediaan hanya 8.000 ekor. Namun hal tersebut tidak menjadi masalah karena ada beberapa daerah pemasok seperti Bali, NTT dan Sulawesi.
"Kenaikan harga terjadi karena mereka dikenakan biaya karantina 14 hari, biaya laut, angkutannya tidak boleh di daerah wabah sehingga ada tambahan biaya yang mereka keluarkan," kata Munawar di Samarinda, Jumat.
Dia menjelaskan harga sapi saat ini bervariasi. Ada yang biasanya Rp18 juta bisa menjadi Rp21 juta hingga Rp23 juta karena adanya biaya yang dibebankan oleh pemasok. Dtambahkan, untuk sementara ini zona kepulauan Kaltim memang merah, namun secara zona kewilayahan Kaltim masih hijau.
"Jadi kita masih menunggu vaksin yang dikeluarkan pusvetma dan sementara yang bisa kita lakukan adalah melakukan distribusi obat-obat dan vitamin. Termasuk penguatan vitamin pada ternak-ternak di wilayah RPH dan kantong ternak sudah ada 150 lokasi dengan total 4.720 ekor," paparnya.