c

Selamat

Rabu, 5 November 2025

EKONOMI

04 Januari 2025

16:20 WIB

PMI Manufaktur RI Ekspansi di Level 51,2, Menperin: Cerminan Resiliensi Industri

PMI Manufaktur Indonesia meningkat dari zona kontraktif ke ekspansif pada Desember 2024. Adapun angka PMI Manufaktur RI berada di level 51,2.

Penulis: Aurora K M Simanjuntak

<p>PMI Manufaktur RI Ekspansi di Level 51,2, Menperin: Cerminan Resiliensi Industri</p>
<p>PMI Manufaktur RI Ekspansi di Level 51,2, Menperin: Cerminan Resiliensi Industri</p>

Pekerja menyelesaikan perakitan mobil di pabrik perakitan mobil di Chengdu, China. Shutterstock/Prad it.Ph

JAKARTA - Laju Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur Indonesia meningkat dari zona kontraktif ke ekspansif pada Desember 2024. Adapun angka PMI Manufaktur RI berada di level 51,2.

Sebelumnya, PMI Manufaktur masih kontraksi di level 49,6 pada November 2024. Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menilai, peningkatan signifikan tersebut menunjukan resiliensi industri pengolahan RI.

"PMI di luar dugaan, itu sebuah peningkatan yang luar biasa. Ini menunjukkan bahwa resiliensi ketangguhan dari manufaktur kita, dari sektor industri kita," ujarnya di Kantor Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Jakarta, Jumat (3/1).

Agus menilai, PMI manufaktur mampu tumbuh akhir tahun lalu, meski tidak disokong dengan regulasi yang pro industri. Salah satu regulasinya, yakni pengetatan impor.

Menurutnya, kinerja industri pengolahan RI bakal lebih memadai apabila didukung dengan kebijakan yang dibutuhkan oleh industri. Namun, dia tidak mencontohkan kebijakan yang dimaksud.

"Sekarang juga sudah dibuktikan (PMI manufaktur naik) tanpa adanya regulasi yang bisa membuat sektor manufaktur lebih baik. Apalagi kalau regulasi yang dibutuhkan industri bisa disiapkan, saya yakin industri akan terbang," ucap Menperin.

Untuk diketahui, S&P Global melaporkan, PMI manufaktur Indonesia kembali bergerak ke fase ekspansi pada Desember 2024. Angka PMI sebesar 51,2 tersebut merupakan yang tertinggi sejak Mei 2024.

Economics Director S&P Global Market Intelligence Paul Smith mengatakan, ekspansi pertama kali sejak pertengahan tahun menunjukkan bahwa variabel penjualan dan output produksi meningkat.

"Perekonomian manufaktur Indonesia kembali bertumbuh pada bulan Desember, didukung oleh kenaikan volume produksi dan pesanan baru," ujarnya dalam keterangan resmi, Kamis (2/1).

Paul menjelaskan, kenaikan PMI manufaktur kali ini didukung oleh kenaikan output dan permintaan baru secara bersamaan. Permintaan pasar secara umum dilaporkan menguat, baik di dalam maupun luar negeri.

Ia menambahkan, hal itu tentu membuat volume penjualan ekspor baru naik, meski marginal, untuk pertama kali hanya dalam waktu kurang dari satu tahun.

Lebih lanjut, S&P Global mencatat, optimisme pelaku industri tentang masa mendatang juga berlanjut. Perusahaan merekrut staf tambahan, serta menaikkan aktivitas pembelian mereka.

Paul menerangkan, pembangunan inventaris di pabrik juga membuktikan perusahaan sedang bersiap-siap untuk bertumbuh pada tahun mendatang.

Sementara itu, ia mengutarakan, dolar AS dilaporkan menguat dan menyebabkan harga barang impor naik. Meski perusahaan berusaha melindungi margin dengan menaikkan harga selama tiga bulan berturut-turut.

Paul berharap tren positif ini akan berlanjut. Ia mengutarakan, banyak perusahaan berharap kenaikan produksi pada tahun mendatang karena kondisi makro ekonomi stabil dan daya beli di antara klien membaik.

Dengan begitu, lapangan kerja dan aktivitas pembelian pun ikut naik. Akan tetapi, sambungnya, ada kabar kurang baik mengenai harga, dengan adanya tekanan biaya yang sedikit menguat sejak bulan
November dan output kembali naik.

"Sementara, inflasi secara umum masih dapat ditangani saat ini agar tetap di bawah rata-rata jangka panjang, tren harga tentu saja akan terus diamati pada tahun baru," kata Paul.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar