c

Selamat

Jumat, 7 November 2025

EKONOMI

01 Februari 2023

13:45 WIB

PMI Manufaktur Indonesia Januari Naik Dibandingkan Desember

Manufaktur Indonesia berada di zona ekspansi, atau PMI Manufaktur di atas 50,0 selama tujuh belas bulan berturut-turut.

Penulis: Khairul Kahfi

Editor: Fin Harini

PMI Manufaktur Indonesia Januari Naik Dibandingkan Desember
PMI Manufaktur Indonesia Januari Naik Dibandingkan Desember
Pekerja beraktivitas di pabrik baja di Pasar Kemis, Kabupaten Tangerang, Banten, Kamis (12/1/2023). Antara Foto/Fauzan

JAKARTA - Manufaktur Indonesia membaik selama Januari, tercermin dari Indeks Manajer Pembelian Manufaktur (PMI) yang dirilis S&P Global Indonesia yang mencapai 51,3. Angka ini naik sedikit dari 50,9 pada Desember.

S&P Global Indonesia mencatat manufaktur Indonesia berada di zona ekspansi, atau PMI Manufaktur di atas 50,0 selama tujuh belas bulan berturut-turut.

Peningkatan PMI Manufaktur pada Januari didukung oleh tingkat output dan pesanan baru yang lebih tinggi. Perusahaan menanggapi positif pesanan baru itu dengan memperluas aktivitas pembelian dan persediaan mereka untuk mengantisipasi pertumbuhan lebih lanjut.

“PMI Manufaktur S&P Global Indonesia bulan Januari mengisyaratkan kondisi sektor manufaktur yang lebih baik di awal tahun baru. Perluasan produksi didukung oleh penjualan yang lebih baik, yang merupakan tanda positif untuk sektor,” ujar Jingyi Pan, Economics Associate Director di S&P Global Market Intelligence, mengatakan melalui siaran pers, Rabu (1/2).

Output dan pesanan baru naik selama Januari dengan tingkat tercepat selama tiga bulan. Tingkat penjualan juga tumbuh lebih baik. Permintaan pasar umumnya lebih baik daripada beberapa bulan terakhir, menurut panelis. Kegiatan promosi membantu mendukung pertumbuhan.

Namun, permintaan domestik menjadi pendorong utama peningkatan penjualan. Sementara, pesanan baru dari pasar luar negeri menurun selama delapan bulan berturut-turut yang mencerminkan kondisi eksternal yang memburuk. Pan menilai hal ini berpotensi menjadi badai yang akan mengganggu sektor.

Sementara itu, tekanan harga terus mereda di sektor manufaktur Indonesia, dengan biaya input naik pada tingkat paling lambat selama lebih dari dua tahun dan inflasi biaya output tergelincir ke level terendah 20 bulan.

“Secara keseluruhan sentimen di sektor manufaktur membaik dari terendah terlihat pada bulan Desember dan mendorong perusahaan untuk memperluas tingkat inventaris mereka, menunjukkan kinerja jangka pendek yang lebih baik,” imbuh Pan.

Baca Juga: PMI Manufaktur Indonesia Naik Jadi 50,9 pada Akhir 2022

IKI Membaik
Sebelumnya, Kemenperin mengonfirmasi, kinerja industri pengolahan nasional menunjukkan ekspansi pada awal 2023. Nilai Indeks Kepercayaan Industri (IKI) pada Januari 2023 menunjukkan angka 51,54 poin, meningkat tajam dibandingkan IKI Desember 2022 yang sebesar 50,9 poin. 

Sebanyak 71,4% perusahaan menyatakan kondisi umum kegiatan usaha stabil dan membaik pada Januari 2023. Kelanjutan kondisi ini hingga di waktu mendatang dapat menjaga pertumbuhan industri pengolahan pada 2023.

“Jika kondisi seperti ini terus berlanjut, kami optimis industri pengolahan akan tumbuh pada kisaran 5,3% pada tahun ini,” kata juru bicara Kemenperin Febri Hendri Antoni Arif saat menyampaikan Rilis IKI Januari 2023 di Jakarta, Selasa (31/1). 

Dia menambahkan, meskipun pertumbuhan global pada 2023 diperkirakan melambat, namun pertumbuhan ekonomi yang positif di sejumlah negara mitra utama pada kuartal III/2022, seperti China, Jepang, dan Amerika Serikat, juga menjadi sinyal yang mendukung optimisme para pelaku industri pengolahan untuk terus berekspansi pada 2023.

Asal tahu, pertumbuhan sektor industri pengolahan pada beberapa bulan terakhir di 2022 menunjukkan sinyal positif. Kondisi tersebut tercermin dari tren level ekspansi nilai IKI yang mengalami peningkatan sejak diluncurkan pada November 2022. 

Kemenperin menjelaskan, IKI merupakan indikator derajat keyakinan atau tingkat optimisme industri pengolahan terhadap kondisi perekonomian. IKI menggambarkan kondisi industri pengolahan dan prospek kondisi bisnis enam bulan ke depan di Indonesia. 

“Kami berharap, IKI menggambarkan kondisi industri terkini sehingga membantu dalam penciptaan kebijakan yang berkualitas sesuai dengan fakta di lapangan,” sebut Febri.

Baca Juga: PMI Manufaktur Indonesia Turun ke 50,3, Sedikit di Atas Zona Kontraksi

Per Januari 2023, peningkatan IKI disumbang oleh 12 subsektor industri yang ekspansi, dengan kontribusi sebesar 80,1% terhadap pembentukan PDB industri manufaktur nasional di kuartal III/2022. Industri Minuman dan industri Farmasi, Produk Obat Kimia dan Obat Tradisional yang sebelumnya mengalami kontraksi, pada Januari 2023 menunjukkan ekspansi. 

Sebaliknya, Jasa Reparasi dan Pemasangan Mesin dan Peralatan pada bulan ini menjadi terkontraksi. Dari 23 subsektor industri pengolahan, terdapat 17 subsektor yang memiliki tren positif atau mengalami peningkatan nilai IKI. 

Tiga subsektor yang mengalami kenaikan tertinggi yaitu industri alat angkutan lainnya, industri kendaraan bermotor, trailer dan semi trailer, dan industri pencetakan dan reproduksi media rekaman. Pesanan baru pada industri kendaraan bermotor, trailer dan semi trailer, lebih banyak mendapatkan kontribusi dari pesanan domestik sebesar 77%.

Adapun, peningkatan nilai IKI pada Januari 2023 terjadi pada semua variabel pembentuk IKI. Kepercayaan industri pengolahan meningkat disebabkan oleh peningkatan pesanan baru (51,14 poin), peningkatan produksi (50,35 poin), dan penurunan volume persediaan produk (54,34 poin). 

Peningkatan nilai IKI Januari 2023 yang cukup tinggi bersumber dari perubahan variabel IKI Pesanan Baru dengan kenaikan sebesar 1,07 dari 50,07 pada Desember 2022. Hal tersebut diduga banyak industri yang memperbaharui kontraknya, sehingga banyak industri yang mendapatkan pesanan baru. Nilai indeks yang meningkat terbesar kedua terjadi pada komponen Produksi, yaitu sebesar 0,32.

Baca Juga: Per Oktober 2022, PMI Manufaktur Indonesia Turun Tipis

Ekspektasi Enam Bulan Mendatang
Sementara itu, Jubir Arif menyatakan, ekspektasi kondisi kegiatan usaha dalam enam bulan ke depan masih optimis. Selain itu, tren perusahaan yang menjawab pesimis semakin menurun. 

“Meskipun demikian, industri tekstil dan pakaian jadi masih berada pada level kontraksi meski nilai tren IKI-nya meningkat,” urainya. 

“Kemenperin mendorong belanja pemerintah pada sektor tekstil, di samping persiapan pemenuhan demand Lebaran. Selain itu, Kemenperin juga berupaya mencari pasar alternatif untuk mendorong ekspor industri tekstil dan pakaian jadi,” ucap Febri.

Lebih lanjut, Febri menyebut, peningkatan kinerja sektor manufaktur terjadi lantaran ada kenaikan permintaan yang didukung oleh masih terjaganya daya beli masyarakat di dalam negeri. Hal ini mendukung kenaikan produksi dan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi yang positif pada sejumlah subsektor akhir 2022. 

Jubir Kemenperin berharap, kenaikan produksi yang terjadi dapat mengerek penciptaan lapangan pekerjaan dan konsumsi masyarakat, sehingga pertumbuhan ekonomi dapat tetap meningkat.  

Selanjutnya, ia mengharapkan agar asosiasi industri dapat menggerakkan anggotanya untuk berperan aktif dalam mengisi IKI, karena dibutuhkan systematic responses yang cepat. 

“Kami juga berpesan kepada seluruh perusahaan industri untuk dapat secara rutin melaporkan kondisi industrinya, dan kepada para pejabat di lingkungan Kementerian Perindustrian untuk dapat menggunakan IKI semaksimal mungkin, karena IKI ini akan jadi pegangan di Kemenperin,” paparnya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar