04 Agustus 2021
15:57 WIB
Penulis: Zsasya Senorita
Editor: Fin Harini
JAKARTA – Sindikasi tiga bank internasional yaitu Sumitomo Mitsui Banking Corporation (SMBC), Societe Generale, dan Standard Chartered Bank menyatakan kesiapannya mendanai pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung Cirata.
Proyek PLTS terapung terbesar di Asia Tenggara ini telah mencapai kesepakatan financial close sekitar US$140 juta pada 2 Agustus 2021. Dibangun dengan kapasitas 145 MWAc, PLTS Terapung Cirata dijadwalkan beroperasi komersial atau Commercial Operation Date (COD) pada November 2022.
Menurut Direktur Utama PT PLN (Persero) Zulkifli Zaini, pencapaian financial close ini merupakan hasil dukungan penuh PLN sebagai pembeli listrik PLTS Cirata dan PT Pembangkitan Jawa Bali (PJB) sebagai induk dari PT PJB Investasi (PJBI) dan PT Pembangkitan Jawa Bali Masdar Solar Energi (PMSE).
“Keberhasilan pengembangan proyek ini, ke depannya diharapkan akan mendorong proyek-proyek terobosan di bidang EBT dengan harga yang kompetitif,” ungkap Zulkifli dalam keterangan resmi yang diterima pada Rabu (4/8).
Diketahui, harga tenaga listrik dari PLTS ini cukup kompetitif, yakni sebesar US$5,8 cent per kilowatt hour (kWh).
Ia menyatakan, dukungan dari perbankan internasional semakin menguatkan komitmen PLN untuk meningkatkan bauran energi baru dan terbarukan (EBT). Pembangunan proyek strategis nasional (PSN) ini diharapkan dapat berkontribusi dalam pencapaian target bauran EBT nasional sebesar 23% pada 2025.
Zulkifli optimistis pembangkit ramah lingkungan ini bisa beroperasi komersial sesuai jadwal pada akhir 2022. Kehadiran dari PLTS Terapung Cirata juga diperhitungkan akan menjadi revolusi pengembangan EBT dalam negeri, mengingat pembangkit listrik ini dapat mengimbangi 214.000 ton emisi karbon dioksida.
Adapun, PLTS Terapung Cirata akan dijalankan oleh PMSE yang merupakan Project Company hasil bentukan dari konsorsium cucu usaha PLN, yaitu PJBI dengan porsi saham 51% serta perusahaan asal Uni Emirat Arab yakni Masdar dengan porsi saham 49%.
Selain menambah porsi bauran EBT, Zulkifli juga menyatakan pembangkit listrik tersebut memegang peranan penting dalam elektrifikasi dan sisi pengembangan sumber daya manusia. PLTS Terapung yang ditargetkan bisa menghasilkan energi 245 juta kWh per tahunnya ini, didesain untuk memasok listrik ke 50.000 rumah serta menyerap tenaga kerja hingga 800 orang.
Direktur Utama PT PJB Gong Matua Hasibuan, menyampaikan rasa bangganya atas kerja keras PJBI dan Masdar yang berkolaborasi dengan sangat baik. Sehingga proses pendanaan atas proyek ini didapatkan dalam waktu yang tepat.
Dia juga menyampaikan rasa terima kasih untuk para pemangku kepentingan yang telah mendukung proyek ini. Terkhusus kepada kementerian terkait, pemerintah daerah setempat, dan seluruh pihak yang telah terlibat.
“Kami optimistis sinergi yang sangat baik bersama para stakeholder dapat terus ditingkatkan, sehingga proyek ini mampu memberikan kontribusi yang cukup signifikan dalam pengembangan bisnis EBT di Indonesia,” ujarnya.
Dia berharap, kehadiran pembangkit yang menempati area seluas kurang lebih 200 hektare di Waduk Cirata ini dapat menjadi pionir, serta mampu menyulut pengembangan PLTS Terapung di waduk lain di wilayah Indonesia.
Gong Matua mengaku, sejak penandatanganan kontrak jual beli listrik (Power Purchase Agreement/PPA) pada 12 Januari 2020 lalu, Proyek PLTS ini terus memperoleh dukungan dari berbagai pemangku kepentingan.
Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Pahala Nugraha Mansury mengatakan, sebagai proyek strategis nasional, PLTS Terapung Cirata diharapkan dapat menjadi percontohan untuk pengembangan pembangkit EBT di daerah lain.
Selain kerja sama internasional, ia menegaskan PLTS Terapung Cirata ini merupakan kerja sama pendirian perusahaan patungan antara BUMN Indonesia dan PLN, dengan perusahaan milik negara Uni Emirat Arab, Masdar.
“Proyek ini semoga dapat menjadi pondasi dalam memperkuat kerja sama di antara kedua negara. Selain diharapkan dapat memberikan manfaat untuk masyarakat sekitar dengan menciptakan lapangan kerja maupun mengangkat ekonomi regional. PLTS Terapung Cirata diharapkan dapat menjadi pembelajaran, transfer teknologi dalam pengembangan EBT, dari salah satu global leader pembangkit EBT dari Uni Emirat Arab,” papar Pahala.
Ia menjabarkan, selain PLTS Terapung Cirata, PLN masih punya cukup banyak proyek strategis dalam pengembangan EBT, termasuk upaya mengubah pembangkit berbahan bakar fosil ke EBT.
Pahala berharap, setelah tahap financial close, implementasi proyek ini ke depannya akan berjalan lancar. Sehingga pemangku kepentingan bisa melihat PLTS Terapung Cirata sebagai PSN yang dapat diselesaikan sesuai tenggat waktunya.