c

Selamat

Kamis, 6 November 2025

EKONOMI

04 September 2023

11:20 WIB

PLTA Kering, India Genjot Penggunaan Batu Bara

Pangsa batu bara dalam produksi listrik meningkat menjadi 74,2% dalam delapan bulan yang berakhir, sementara pangsa PLTA turun.

Editor: Fin Harini

PLTA Kering, India Genjot Penggunaan Batu Bara
PLTA Kering, India Genjot Penggunaan Batu Bara
Foto udara aktivitas bongkar muat batu bara di kawasan pantai Desa Peunaga Cut Ujong, Meureubo, Aceh Barat, Aceh, Selasa (31/1/2023). Antara Foto/Syifa Yulinnas

SINGAPURA – Kekeringan telah menyebabkan India meningkatkan penggunaan batu bara untuk menghasilkan listrik. Langkah ini untuk menghentikan pemadaman listrik yang disebabkan oleh rendahnya produksi pembangkit listrik tenaga air (PLTA).

Jarang terjadi lonjakan penggunaan listrik di India pada bulan Agustus, ketika suhu lebih rendah akibat musim hujan tahunan yang berlangsung antara bulan Juni dan September. 

Permintaan biasanya mencapai puncaknya pada bulan Mei, ketika masyarakat India menyalakan AC untuk mengatasi panas, dan industri beroperasi tanpa gangguan akibat hujan.

Namun, Agustus kali ini paling kering dalam lebih dari satu abad terakhir, mengakibatkan pembangkit listrik melonjak hingga mencapai rekor 162,7 miliar kilowatt-jam (unit), berdasarkan analisis data Reuters dari operator jaringan listrik federal Grid India.

Dilansir dari Reuters, porsi batu bara dalam produksi listrik naik menjadi 66,7% pada bulan Agustus–tertinggi dalam enam tahun terakhir, menurut analisis Reuters terhadap data pemerintah.

Curah hujan yang lebih rendah menyebabkan pangsa PLTA dalam keseluruhan output turun menjadi 14,8%, dibandingkan dengan 18,1% pada periode yang sama tahun lalu.

Pemerintah telah berulang kali membela penggunaan batu bara dengan alasan emisi per kapita yang lebih rendah dibandingkan negara-negara kaya. Di sisi lain, terdapat peningkatan produksi energi terbarukan.

Baca Juga: ESDM: Indonesia Manfaatkan Pembiayaan Campuran Kejar Transisi Energi

Para analis dan pejabat industri mengaitkan penggunaan listrik yang lebih tinggi dengan para petani yang menggunakan lebih banyak listrik untuk mengairi ladang karena curah hujan yang tidak mencukupi, pasokan energi terbarukan yang terputus-putus, dan peningkatan kebutuhan pendingin dengan suhu yang lebih hangat dari biasanya.

“Mengingat situasi pasokan yang sudah tertekan, karena musim hujan yang buruk pada bulan Agustus mengakibatkan tingginya permintaan pertanian, turunnya pembangkit listrik tenaga angin secara tiba-tiba… semakin memperburuk situasi,” kata perusahaan analisis energi EMA Solutions dalam sebuah unggahan di LinkedIn pada hari Kamis.

Permintaan puncak di India–kapasitas maksimum yang diperlukan sepanjang hari–naik ke rekor 243,9 gigawatt (GW) pada 31 Agustus, menurut data Grid India, melebihi kapasitas yang tersedia sebesar 7,3 GW.

Pasokan listrik turun dibandingkan kenaikan permintaan sebesar 780 juta unit pada bulan Agustus, data menunjukkan, menyebabkan kekurangan listrik tertinggi sejak April 2022.

Pejabat cuaca memperkirakan curah hujan di seluruh negeri pada bulan September akan sejalan dengan rata-rata jangka panjang, sehingga mungkin memberikan kelonggaran bagi operator utilitas.

Meskipun permintaan batu bara lebih tinggi, impor batu bara untuk pembangkit listrik turun 24% menjadi 17,85 juta metrik ton selama empat bulan pertama tahun fiskal yang berakhir pada bulan Maret 2024. Menurut data pemerintah, hal ini disebabkan oleh peningkatan produksi batu bara milik negara COAL.NS sebesar 10,7%.

Penurunan impor oleh India, yang juga sebagai negara importir bahan bakar berpolusi terbesar kedua di dunia setelah China, telah menyebabkan harga batu bara termal global tertekan dalam beberapa bulan terakhir.

Baca Juga: Pertamina Beberkan Strategi Hadapi Trilema Energi

Tantangan Energi Terbarukan
Pangsa batu bara dalam produksi listrik meningkat menjadi 74,2% dalam delapan bulan yang berakhir pada bulan Agustus, data Grid India menunjukkan, dibandingkan dengan 72,9% pada periode yang sama tahun lalu. Batu bara telah berada di jalur peningkatan tahunan ketiga berturut-turut.

Pada saat yang sama, pangsa PLTA turun dari 10,9% menjadi 9,2%.

India gagal mencapai target untuk memasang 175 GW energi terbarukan pada tahun 2022, dan sejak itu menyatakan bahwa mereka akan mencoba meningkatkan kapasitas non-fosil–energi surya dan angin, tenaga nuklir dan air, serta bio-power – hingga 500 GW pada tahun 2030.

Untuk mencapai target tersebut diperlukan tambahan kapasitas non-fosil sebesar 43 GW setiap tahunnya, hampir tiga kali lipat rata-rata penambahan kapasitas non-fosil selama dua tahun terakhir hingga bulan Juli.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar