25 Agustus 2025
08:00 WIB
PLN Siap Wujudkan Proyek PLTN Dalam RUPTL 2025-2034
PLTN dinilai sebagai penyeimbang yang mampu menjawab trilema energi untuk menghasilkan listrik bersih, andal, dan terjangkau.
Penulis: Yoseph Krishna
Ilustrasi menara pendingin pembangkit listrik tenaga nuklir di provinsi Kurdistan, Iran. Shutterstock/Photo Tripper92
JAKARTA - PT PLN bersama pemerintah siap untuk menghadirkan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) di Indonesia sesuai yang termaktub dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025-2034.
Direktur Teknologi, Engineering, dan Keberlanjutan PT PLN Evy Haryadi lewat keterangan tertulisnya meyakini energi nuklir mampu menjawab trilema energi dengan menghadirkan pasokan listrik yang bersih, andal, dan terjangkau.
Bahkan, nuklir disebutnya bisa menghasilkan energi listrik yang sama stabilnya dengan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berbasis batu bara. Di lain sisi, produksi listrik dari nuklir juga relatif murah.
"PLTN menghasilkan energi listrik yang stabil sama dengan pembangkit batu bara, biaya produksinya murah, dan juga dia bersih sehingga PLTN memenuhi semua aspek trilema energi yakni andal, bersih, dan terjangkau," tutur Evy, Minggu (24/8).
Sebelum pengembangan PLTN termaktub dalam RUPTL PT PLN 2025-2034, Evy mengatakan pihaknya sudah mengkaji pembangunan pembangkit listrik berbasis nuklir dengan beberapa negara yang telah menerapkan energi tersebut.
"Jadi kita ajak seluruh pihak, baik itu kementerian, universitas yang bisa membantu kita dari sisi knowledge, dan provider-provider juga kita engage untuk bisa kita berkolaborasi," sebut dia.
Sebelumnya, PT PLN Lewat PT PLN Nusantara Power (PLN NP) telah menjalin kolaborasi strategis dengan ThorCon International Pte. Ltd. untuk melakukan studi komprehensif soal kajian kelayakan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Dalam hal ini, PLN NP dan ThorCon sepakat menggarap studi bersama pengembangan PLTN di Kepulauan Bangka Belitung yang antara lain mencakup evaluasi komprehensif terhadap reaktor, aspek keselamatan, operasional, serta desain.
"Termasuk analisis finansial dan opsi skema kerja sama proyek sekaligus dalam rangka persiapan implementasi proyek PLTN pertama di Indonesia," ucap Direktur Utama PLN NP Rully Firmansyah lewat keterangan tertulis, Selasa (29/7).
Rully mengatakan MoU yang terjalin dengan ThorCon International bakal menjadi pedoman dalam penyusunan studi kelayakan PLTN, serta acuan dalam pengembangan energi bersih yang berkelanjutan.
Ditegaskannya, PLN NP punya komitmen yang kuat untuk mewujudkan kemandirian energi. Sehingga, terciptalah kesepakatan dengan ThorCon International guna mengkaji kelayakan PLTN di Babel, serta pengembangan energi terbarukan lainnya.
"Studi ini menjadi bagian dari upaya PLN NP untuk menghadirkan sumber energi rendah karbon yang andal, aman, dan berkelanjutan bagi Indonesia," kata Rully.
Sementara itu, Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menilai energi nuklir merupakan penyeimbang dalam rangka menjamin sistem ketenagalistrikan.
Ruang bagi pengembangan nuklir nantinya pun akan semakin besar ketika masyarakat sudah menerima, regulasi sudah siap, dan teknologi pengembangan semakin matang.
"Dalam Kebijakan Energi Nasional (KEN) terbaru yang telah disetujui DPR RI, nuklir ditempatkan sebagai penyeimbang energi," tegas Jisman.
Di samping KEN, dokumen RUPTL PT PLN 2025-2034 pun menerangkan lebih detil soal rencana pembangunan PLTN, yakni sebanyak dua unit dengan masing-masing kapasitas 2x250 MW selama periode RUPTL itu berlangsung.
Walau begitu, Jisman mengingatkan agar pembangunan PLTN tidak dilakukan secara tergesa-gesa. Selain perlu regulasi, Nuclear Energy Program Implementing Organization (NEPIO) juga perlu segera dibentuk.
"NEPIO perlu segera dibentuk, serta BUMN dilibatkan agar pengelolaan tetap berada dalam kendali negara," tandasnya.