14 November 2025
14:47 WIB
PLN Beberkan Peta Jalan Transisi Energi Pada Gelaran COP30 Di Brasil
RUPTL jadi senjata PT PLN untuk melancarkan agenda transisi energi
Penulis: Yoseph Krishna
Petugas memeriksa instalasi listrik di Gardu Induk Muara Tawar, Tarumajaya, Kabupaten Bekasi, Jawa B arat, Selasa (5/3/2019). Antara Foto/Risky Andrianto
BELEM - PT PLN sebagai badan usaha milik negara (BUMN) Indonesia mempertegas lagi komitmen untuk menjalankan agenda transisi energi secara berkeadilan lewat kolaborasi global.
Komitmen itu diungkapkan Direktur Teknologi, Engineering dan Keberlanjutan PLN, Evy Haryadi dalam salah satu sesi diskusi bertajuk 'Corporate Climate Leadership for Indonesia’s Net Zero Action through High Integrity Carbon' di tengah gelaran COP30 Belem, Brasil.
Di hadapan pemangku kepentingan global, Evy menjelaskan peta jalan transisi energi Indonesia telah tertuang dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PT PLN 2025-2034 yang jauh lebih hijau dari dokumen RUPTL sebelumnya.
"Jika dalam RUPTL sebelumnya kami hanya akan membangun sekitar 21 gigawatt (GW) energi terbarukan, kini kapasitas tersebut meningkat menjadi sekitar 52,9 gigawatt (termasuk storage) selama periode 2025-2034," kata Evy mengutip siaran pers, Jumat (14/11).
Peta jalan transisi energi di RUPTL PT PLN 2025-2034 tersebut berjalan paralel dengan pengembangan smart grid yang memungkinkan integrasi lebih luas energi terbarukan ke dalam sistem kelistrikan nasional secara efisien dan andal.
Evy menjelaskan, smart grid menjadi instrumen vital untuk memungkinkan integrasi variable renewable energy (VRE) secara lebih luas dalam sistem ketenagalistrikan nasional.
Pasalnya strategi transisi energi nasional, sambung Evy, tidak hanya berorientasi pada pembangunan kapasitas energi terbarukan, tetapi juga pada kesiapan sistem untuk menampung, menyalurkan, dan menyeimbangkan pasokan listrik hijau tersebut.
Pendekatan itu dikenal sebagai Complementing Renewable Expansion atau strategi yang memastikan pertumbuhan energi bersih berjalan seiring dengan pembangunan infrastruktur pendukung.
"Strategi Complementing Renewable Expansion kami rancang untuk memastikan ekspansi energi terbarukan berjalan seiring dengan penguatan sistem pendukungnya. Mencakup peningkatan kapasitas penyimpanan energi, pengembangan pembangkit fleksibel berbasis gas dan hidro, serta pembangunan jaringan transmisi hijau antar wilayah," tambahnya.
Lewat strategi itu pula, PT PLN bakal memperkuat investasi pada sistem penyimpanan energi, pembangkit yang fleksibel, dan infrastruktur transmisi antar wilayah yang lebih andal.
Tujuannya, jelas supaya integrasi energi terbarukan dapat dilakukan secara optimal tanpa mengorbankan keandalan sistem dan keterjangkauan harga listrik bagi masyarakat. Pendekatan ini juga membuka ruang bagi peningkatan kapasitas energi hijau hingga lebih dari 75% dalam 10 tahun ke depan.
Pembiayaan Karbon
Tak sekadar memperluas pembangunan pembangkit Energi Baru Terbarukan (EBT), PLN juga berupaya menurunkan emisi dari pembangkit eksisting, salah satunya lewat partisipasi dalam skema perdagangan emisi di Indonesia yang menjadi salah satu langkah strategis perusahaan dalam mendorong dekarbonisasi sektor ketenagalistrikan secara bertahap dan berkelanjutan.
"Selain itu, PLN juga mengembangkan berbagai mekanisme pembiayaan karbon sebagai sumber pendanaan inovatif untuk mempercepat transisi energi. Langkah ini diharapkan dapat menarik lebih banyak investasi hijau sekaligus mewujudkan sistem kelistrikan yang rendah emisi," terang Evy Haryadi.