06 November 2025
13:06 WIB
PGN Mulai Proyek Titik Injeksi Biomethane Di Bumi Sriwijaya
Proyek biomethane jadi instrumen PGAS untuk memperluas portofolio pada sektor energi terbarukan
Penulis: Yoseph Krishna
Ilustrasi - Stasiun Kompresor Gas Pagardewa PGN di Sumatera Selatan. Dok PGN
JAKARTA - PT Pertamina lewat Subholding Gas PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) resmi memulai pembangunan injection point di Pagardewa, Sumatra Selatan sebagai bagian dari pengembangan proyek biomethane.
Injection point di Pagardewa itu jadi titik biomethane bakal disuntik ke dalam jaringan gas bumi. Dengan begitu, biomethane bisa digunakan seperti gas bumi untuk industri, ritel, transportasi darat, hingga sektor rumah tangga.
Adapun injection point di Bumi Sriwijaya itu terdiri dari Pressure Reducing System untuk digunakan sebagai titik injeksi sumber pasokan lainnya, seperti coalbed methane (CBM), stranded gas, dan sebagainya.
Sementara khusus untuk biomethane, emiten pelat merah berkode saham PGAS itu berencana menyediakan sekitar 1,2 billion british thermal unit per day (BBTUD) lewat Injection Point Pagardewa.
Direktur Utama PGN Arief Kurnia Risdianto mengatakan, proyek biomethane bakal memperluas portofolio perusahaan pada sektor energi terbarukan. Biomethane itu disebutnya sebagai inisiasi PGAS untuk dekarbonisasi.
"Selain itu, akan membuka peluang bagi PGN untuk mendapatkan pendapatan baru sekaligus memperkuat peran PGN dalam transisi energi serta mendukung pencapaian target ESG perusahaan," ujarnya lewat keterangan tertulis, Jakarta, Kamis (6/11).
Baca Juga: Utak-Atik Taktik PGN Dongkrak Pemanfaatan Gas Bumi
Pada proyek biomethane, PGN memanfaatkan limbah dari pabrik minyak kelapa sawit (Palm Oil Mill Effluent/POME) untuk menghasilkan biogas. Melalui proses lebih lanjut, biogas akan diolah menjadi biomethane, lalu dikompresi menjadi renewable natural gas sehingga dapat diinjeksi ke dalam infrastruktur gas bumi.
Proses selanjutnya, biomethane yang sudah diinjeksi bisa dimanfaatkan sebagai sumber energi terbarukan dengan karakteristik serupa gas bumi untuk disalurkan ke berbagai sektor pelanggan.
Arief mengatakan, proyek biomethane diinisiasi berdasarkan potensi produksi dari limbah pabrik kelapa sawit. Biomethane digadang dapat menjadi solusi untuk mengelola limbah organik kelapa sawit menjadi sumber energi terbarukan.
"Pengelolaan limbah yang tepat sangat penting, karena apabila limbah tidak diolah dengan optimal, maka dapat menimbulkan pencemaran lingkungan dan berkontribusi terhadap pemanasan global," sambungnya.
Di tanah Sumatra, ada banyak pabrik pengolahan minyak kelapa sawit. PGN pun sudah memiliki jaringan infrastruktur gas bumi eksisting di kawasan tersebut, mulai dari Pipa Transmisi SSWJ, hingga Stasiun Kompresor Gas Pagardewa.
"Kehadiran biomethane diharapkan dapat menjadi langkah inovatif dalam rangka meningkatkan ketersediaan energi yang ramah lingkungan dan energi terbarukan untuk masyarakat," kata dia.
Baca Juga: PGN Siapkan Proyek Perluasan Pipa Gas Cisem
Pihaknya berkomitmen kuat mendorong diversifikasi sumber energi lewat proyek biomethane. Apalagi, proyek tersebut ditaksir bisa ikut berkontribusi mereduksi emisi gas rumah kaca sebesar 29.688 ton setara CO2 (CO2e) per tahun dari konversi bahan bakar, serta 204.867 ton CO2e/tahun lewat methane capture dari POME.
"Diharapkan, biomethane dapat memperkuat upaya pemerintah dalam hal dekarbonisasi, meningkatkan ketahanan pasokan gas domestik dan mendukung target bauran energi dan berkelanjutan untuk Indonesia," pungkas Arief.