16 Juli 2021
15:15 WIB
Penulis: Zsasya Senorita
JAKARTA – PT Perusahaan Gas Negara Tbk atau PGN berkomitmen memasok gas bumi dan infrastruktur pendukungnya di Kawasan Industri Kendal sambil menunggu ruas pipa transmisi Cirebon-Semarang (CiSem) yang akan dibangun oleh pemerintah. Untuk itu, PGN menyatakan siap mengikuti kebijakan pemerintah dan strategi pengelolaan gas bumi terintegrasi dalam upaya keandalan infrastruktur maupun pasokan.
Direktur Strategi dan Pengembangan Bisnis PGN Heru Setiawan menjelaskan, dalam rangka melaksanakan fungsi badan usaha di sektor midstream dan downstream dalam mengalirkan gas bumi ke pelanggan, PGN telah dan terus berkoordinasi dengan Kementerian ESDM.
Hal itu, sejalan dengan konsep pengelolaan dan optimalisasi pemanfaatan gas bumi agar dapat dimanfaatkan maksimal bagi kebutuhan pelanggan di sektor hilir. Dengan posisi membujur di wilayah utara Jawa yang bisa dihubungkan dengan pipa Transmisi Gresik-Semarang, maka jaringan pipa transmisi Cirebon-Semarang menjadi sangat strategis.
“Terkait keputusan Kementerian ESDM mengenai proyek Pipa Transmisi Cirebon Semarang ataupun proses yang sedang berjalan untuk keputusan proyek tersebut, PGN akan mengikuti kebijakan dari Kementerian ESDM. Apapun opsi yang diputuskan pemerintah, sebagai bagian dari keluarga BUMN dan kepanjangan tangan pemerintah, PGN siap menjadi bagian dalam optimalisasi utilisasi gas bumi domestik,” klarifikasi Heru dalam keterangan resminya yang diterima pada Jumat (16/7).
Adapun opsi yang terbuka untuk mengintegrasikannya dengan ruas yang sudah ada di Pulau Jawa untuk optimalisasi utilisasi gas bagi seluruh sektor, PGN juga akan mengikuti konsep strategis pemerintah dalam pengelolaan end to end gas bumi nasional.
Sebelumnya, Subholding Gas Pertamina ini telah melaksanakan penandatanganan Pokok-pokok Perjanjian dengan Kawasan Industri Terpadu Batang dan Kawasan Industri Kendal, pada 21 Mei 2021.
PGN akan menyediakan pasokan gas dan infrastruktur pendukungnya di KI Kendal dengan kebutuhan gas sekitar 37 BBTUD dan KIT Batang sekitar 10 BBTUD.
Kesuksesan pemanfaatan gas bumi di suatu kawasan ekonomi baru juga mempertimbangkan jenis industri di dalam kawasan, serta ketersediaan infrastruktur pendukung lainnya seperti jalan, listrik, telekomunikasi, energi dan lain-lain.
Maka dari itu, Pipa Cisem dapat berperan penting untuk pemenuhan energi di Kawasan Industri Jawa Tengah.
Supaya keandalan kebutuhan gas bumi di Pulau Jawa dapat terealisasi, Heru menyatakan PGN juga mempunyai konsep interkoneksi jaringan infrastruktur gas bumi di Jawa. Pipa Transmisi Gresik-Semarang (Gresem) sepanjang 268 KM, diestimasikan dapat menyalurkan gas bumi sekitar 400 MMSFCD.
“Interkoneksi Pipa Gresem dengan Pipa Kalimantan Jawa (Kalija) juga telah diselesaikan untuk distribusi gas bumi yang direncanakan untuk dapat melayani industri area Semarang dan Kendal,” tambahnya.
Guna menyediakan fleksibilitas dan optimasi infrastruktur, PGN juga telah meresmikan Jumperline Tambak Lorok yang dapat mengalirkan gas dari Lapangan Kepodang sekitar 10-20 BBTUD ke sektor kelistrikan. Jumperline tersebut juga dapat menyalurkan gas ke mother station CNG Semarang sekitar 3 BBTUD dan melayani potensi pasar baru yang masih jauh dari infrastruktur pipa di Jateng atau sebagai quick win sebelum pipa distribusi gas meluas.
“Jika proyek interkoneksi infrastruktur ini tercapai, diharapkan pengelolaan demand dan pasokan di Pulau Jawa lebih andal, fleksibel dan tentunya efisien. Tentunya konsep ini akan disinergikan dengan strategi pemerintah dalam pengelolaan infrastruktur dan distribusi gas bumi nasional,” tandas Heru.
Sejarah CiSem
Sekadar mengingatkan, Pipa transmisi gas bumi CiSem merupakan ruas pipa akses terbuka (open access) hasil lelang BPH Migas tahun 2006 yang dimenangkan PT Rekayasa Industri atau Rekind sebagai transporter gas. Namun, setelah 15 tahun pipa CiSem tidak terbangun, Rekind memutuskan mundur sebagai pemenang lelang.
Alasan penyerahan kembali adalah hasil kajian kelayakan bisnis yang telah disusun oleh Rekind menunjukan pembangunan pipa gas bumi transmisi CiSem dengan tarif atau toll fee sebesar US$0,36 per MMBTU sudah tidak memenuhi nilai ekonomi saat ini.
Alasan lainnya, ujar Kepala Biro Hukum Kementerian ESDM M Idris F Sihite, ukuran pipa yang didesain untuk mengalirkan gas sebesar 350 MMSCFD sudah tidak relevan, mengingat dari sisi suplai tidak ada yang dapat menjamin pasokan gas sebesar itu.
Idealnya, spesifikasi pipa juga disesuaikan dengan pasokan dan kebutuhan gas saat ini sehingga tidak menjadi beban tingginya harga gas bagi konsumen.
Namun, mengubah spesifikasi pipa merupakan perbuatan post bidding dan lelang semestinya sudah selesai pada 2006 lalu.
Sementara itu, ketentuan pada kelompok usaha Rekind terkait investasi, antara lain menyatakan baik investasi pengembangan maupun investasi penyertaan harus memenuhi beberapa syarat. Meliputi, analisis bisnis yang memadai (minimal bankable), ketersediaan pasokan gas, pasar, kelayakan teknis, legalitas, komersial, dan manajemen resiko serta memenuhi syarat minimum internal rate of return (IRR).
BPH Migas pun menerima penyerahan kembali penetapan Rekind sebagai pemenang lelang Hak Khusus Ruas Transmisi Gas Bumi CiSem dan mencabut Rekind sebagai pemenang lelang. Kemudian, BPH Migas melakukan kaji ulang proyek pipa gas bumi CiSem.
Selanjutnya, untuk mengatasi isu keekonomian dan agar pembangunan pipa gas Cisem bisa segera terwujud, Kementerian ESDM meminta agar pembangunan pipa Cisem dapat dilakukan melalui skema APBN.
“Kementerian ESDM berharap proyek pipa Cisem ini dapat segera berjalan dengan baik, tidak terlunta-lunta berkepanjangan, serta tidak berpotensi menimbulkan permasalahan hukum. Tujuan dibangunnya ruas transmisi pipa Cisem ini adalah untuk memastikan agar industri berkembang dengan baik dengan adanya jaminan pasokan dan harga yang kompetitif,” tegas Idris seperti dikutip Antara, (24/4).