08 Oktober 2025
19:47 WIB
Peternak Ayam Petelur Sebut MBG Tak Pengaruhi Suplai dan Harga Telur Ayam
Peternak ayam layer atau petelur mengungkapkan kehadiran program MBG tidak berpengaruh terhadap kenaikan harga telur ayam ras saat ini. Kenaikan justru didominasi dari harga pakan.
Penulis: Erlinda Puspita
Editor: Fin Harini
Ilustrasi. Pekerja memanen telur di peternakan ayam petelur, Wonokoyo, Malang, Jawa Timur, Kamis (29/2/2024). Antara Foto/Ari Bowo Sucipto
JAKARTA - Ketua Koperasi Peternak Unggas Sejahtera Jawa Tengah Suwardi menyatakan program Makan Bergizi Gratis (MBG) tak terlalu berdampak pada harga maupun suplai telur ayam ras di Jawa Tengah. Menurut dia, saat ini harga telur justru cenderung terpengaruh oleh kebutuhan masyarakat untuk acara pribadi, juga karena harga pakan ayam yang sempat mahal.
Suwardi menyebut, konsumsi telur di masyarakat cenderung meningkat lantaran saat ini tengah banyak masyarakat yang menggelar acara besar atau hajatan. Sehingga kebutuhan telur lebih tinggi dibandingkan hari biasa.
"MBG tidak terlalu menjadikan harga (telur ayam ras) naik, tapi memang permintaan warga untuk hajatan sangat berpengaruh," terang Suwardi kepada Validnews, Rabu (8/10).
Baca Juga: Peternak Ayam Mengeluh Stok Melimpah Gara-Gara Proyek MBG Lambat
Menurut dia, saat ini umumnya masyarakat terutama di Jawa Tengah akan banyak menggelar acara keluarga atau acara yang menghadirkan banyak tamu, dengan asumsi saat ini temasuk bulan baik.
"Kalau bulan baik, warga hajat itu yang biasanya serapannya jadi kencang. Sebagai contoh, saya sehari ke hajatan saja bisa ke 5 sampai 8 tempat," tambah Suwardi.
Selain bukan karena MBG, melainkan karena permintaan masyarakat yang sedang tinggi, Suwardi juga menyebut kenaikan harga telur ayam turut dipengaruhi oleh suplai di peternak yang menipis. Ini terjadi karena harga pakan ayam, yakni jagung sempat mengalami kenaikan, sehingga banyak ayam yang afkir atau menjadi tidak produktif.
"Berkaitan dengan suplai sedikit berkurang karena harga pakan mahal, jadi banyak yang afkir," tutur Suwardi.
Adapun rata-rata harga telur ayam ras di tingkat peternak untuk kawasan Jawa Tengah menurut dia sudah mengalami kenaikan mendekati Harga Acuan Penjualan (HAP) Rp26.500/kg. Yaitu, di Agustus senilai Rp24.000/kg, September di Rp25.000/kg, dan awal Oktober sekitar Rp25.500/kg.
Lebih lanjut, Suwardi memastikan ke depannya kehadiran MBG tidak akan mempengaruhi suplai dan harga telur ayam ras di pasaran.
"Kami komitmen untuk menjaga harga agar tidak terjadi kegaduhan dari konsumen," pungkas Suwardi.
Laporan CELIOS
Sementara itu sebelumnya, laporan CELIOS menunjukkan adanya keterkaitan kenaikan harga pangan terutama daging ayam ras dan telur ayam ras dengan program MBG. Oleh karena itu, sejumlah ekonom CELIOS pun mengusulkan agar pemerintah menghitung ulang Neraca komoditas (NK) komoditas pangan strategis dengan menyesuaikan kebutuhan MBG.
"Ketika ada kenaikan harga akibat stok yang minim, pemerintah perlu intervensi melalui stabilitas harga, baik dari sisi pengurangan permintaan dari program pemerintah atau penambahan stok melalui impor grand parent stock (GPS) atau bibit ayam ternak. Indonesia selama ini memang tergantung dari impor GPS guna memenuhi ayam peternak," kata Direktur Ekonomi CELIOS, Nailul Huda dalam laporan CELIOS, Jumat (3/10).
Baca Juga: Ada Program MBG, Investor Ramai-Ramai Bangun Peternakan Ayam Petelur
Berdasarkan laporan CELIOS, lembaga think tank ini mencatat adanya tren kenaikan harga komoditas yang menjadi bahan baku utama MBG. Kenaikan ini mulai terjadi sejak Juli hingga saat ini.
Pertama adalah daging ayam ras yang melonjak sekitar 9,3% dari Rp35.066/kg menjadi Rp38.322/kg, bahkan di beberapa wilayah di Indonesia ada yang mencapai Rp50.000.kg. Kedua adalah komoditas telur ayam ras yang naik 2,9% dari Rp28.973/kg menjadi Rp29.807/kg. Ketiga adalah kenaikan pada harga ikan kembung sebesar 3,2% dari Rp40.665/kg menjadi Rp41.955.kg.