c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

16 Desember 2024

17:48 WIB

Petani Kakao Didorong Terapkan Agroforestri

Mondelez Indonesia terus membantu dan mendorong produktivitas petani kakao di Indonesia. Saat ini salah satu yang dikejar adalah teknik agroforestri di perkebunan kakao agar lebih berkelanjutan.  

Penulis: Erlinda Puspita

<p>Petani Kakao Didorong Terapkan Agroforestri</p>
<p>Petani Kakao Didorong Terapkan Agroforestri</p>

Petani memetik buah kakao yang membusuk dari pohonnya di Desa Takosang, Mamuju, Sulawesi Barat, Kamis (20/5/2021). Antara Foto/Akbar Tado

JAKARTA - Director Sustainability, South East Asia Mondelez International Andi Sitti Asmayanti menyampaikan, selama ini pihaknya telah turut berkontribusi dalam pembinaan dan pemberdayaan petani kakao di Indonesia dengan konsep yang berkelanjutan. 

Selain untuk meningkatkan produktivitas komoditas dan kesejahteraan petani, kontribusi pihaknya berupaya melindungi lanskap tempat tumbuhnya kakao di Indonesia, melalui teknik agroforestri. 

Upaya-upaya tersebut, menurut Yanti, dilakukan melalui Cocoa Life, yang secara global juga sudah hadir di delapan negara penghasil kakao, antara lain Pantai Gading, Ghana, Indonesia, India, Brasil, Nigeria, Kamerun, dan Ekuador. 

"Cocoa Life adalah program berkelanjutan kakao dari Mondelez Internasional, yang bertujuan menjadikan sumber kakao lebih berkelanjutan di negara-negara penghasil kakao utama. Program ini membantu peningkatan kesejahteraan masyarakat, melindungi lanskap alam, dan membawa perubahan pada komoditas hutan tempat kakao tumbuh," ujar Yanti dalam Workshop “Mendorong Lanskap Agroforestri Kakao Berkelanjutan” yang dipantau secara virtual, Senin (16/12). 

Yanti melaporkan, program Cocoa Life di Indonesia telah menjangkau 30 ribu petani di 320 komoditas, dan mendistribusikan lebih dari 6 juta bibit kakao hingga akhir 2023. 

Sementara di skala global, program ini sudah memberdayakan 243 ribu petani di 3.200 komoditas. Adapun pendistribusian bibit kakao telah tersalurkan 3 juta bibit. 

"Cocoa Life telah berhasil mendistribusikan lebih dari 132 ribu pohon pelindung yang mendukung sistem agroforestri di kebun kakao," lanjut Yanti. 

Dia menambahkan, selain distribusi pohon pelindung, Mondelez International menurutnya juga sudah mencatatkan 34 ribu kebun Cocoa Life yang terdaftar dan dipetakan untuk dipantau bahwa kebun tersebut memiliki prinsip bebas dari aktivitas deforestasi. 

Tak hanya itu, terdapat juga pelatihan yang telah berlangsung bagi 163 ribu anggota komoditas dan petani seluruh Indonesia mengenai prinsip lingkungan, seperti halnya menerapkan teknik agroforestri untuk mendukung keberlanjutan kebun petani tersebut. 

Lebih lanjut, Yanti mengungkap sejumlah tantangan yanh dihadapi perkebunan kako saat uni, misalnya perubahan iklim. Ini bisa berdampak bagi kesejahteraan petani kakao. Oleh karena itu, menurutnya, diperlukan edukasi mengenai lanskap agroforestri yang berkelanjutan. 

"Kami senantiasa berkomitmen untuk membantu mengembangkan bisnis kakao yang lebih menguntungkan komunitas petani, membantu tingkatkan kesejahteraan petani kakao, dan membantu melindungi dan memulihkan hutan, salah satunya dengan pendekatan adopsi agroforestri," lanjut Yanti. 

Agroforestri merupakan praktik menanam pohon non kakao di sekitar tanaman kakao. Tujuannya untuk melindungi tanaman kakao dari sinar matahari yang berlebihan, membantu menghadapi perubahan iklim, dan memberikan penghasilan tambahan bagi petani. 

Sementara itu, Koordinator Fungsi Industri Pengolahan Susu dan Minuman Lainnya Kementerian Perindustrian, Riris Marito mengungkapkan industri kakao di Indonesia berperan penting dalam perekonomian nasional, meskipun tidak memiliki share PDB yang terlalu besar seperti industri sawit. 

Walau demikian, ia mengakui industri kakao terbilang prospek dan ke depannya memiliki pertumbuhan dan potensi yang cukup besar. 

"Saat ini posisi Indonesia sebagai produsen (kakao) memang di posisi ketujuh yang sebelumnya ke empat. Ini menjadi PR kita bersama bahwa ada hal-hal yang harus kita perbaiki bersama untuk mengembalikan agar kakao Indonesia bisa kembali, minimal posisi ke empat," ucapnya. 

Riris membeberkan saat ini lahan perkebunan kakao yang memiliki porsi untuk dijadikan konsep agroforestri sangat banyak. Hal ini pun didorong Kementerian Perindustrian (Kemenperin) agar bisa terlaksana perkebunan kakao beragroforestri. 

Adapun urgensi yang menjadi perhatian Kemenperin agar perkebunan kakao beragroforestri menurut Riris adalah semakin menurunnya jumlah industri pengolahan kakao yang tutup di Indonesia. 

"Industri kakao tadinya ada 20 industri, dan saat ini tinggal 11. Ada 9 industri yang tutup dan mati karena tidak ada bahan baku," jelas Riris. 

Hal tersebutlah yang menurut Riris perlu diperbaiki bersama baik pemerintah, swasta, maupun petani yang terlibat agar kakao Indonesia kembali tumbuh. 

"Ini sangat concern sekali, tidak bisa dibiarkan. Utilisasi saat ini 60%, maka kalau dibiarkan turun, maka akan terjadi penurunan jumlah industri yang tutup kembali," tandas Riris. 


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar