c

Selamat

Senin, 17 November 2025

EKONOMI

12 Januari 2024

19:49 WIB

Petani Bawang Merah Diminta Tak Tanam Bersamaan

Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Bantul, menyerukan agar setiap musim selalu ada tanaman dan panen.

Editor: Rikando Somba

Petani Bawang Merah Diminta Tak Tanam Bersamaan
Petani Bawang Merah Diminta Tak Tanam Bersamaan
Ilustrasi petani menyiram tanaman bawang merah di persawahan.ANTARA FOTO/Dedhez Anggara

BANTUL - Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, menggerakkan para petani daerah ini untuk menanam bawang merah tidak serentak atau tidak dalam waktu bersamaan di semua lahan  di wilayah itu. Dengan ketidakseragaman itu, stabilitas harga panen di pasaran diyakini terjaga.

"Pada musim 2024 ini kita arahkan petani agar dalam nanam bawang merah itu tidak bareng, jadi di Januari ada yang tanam, kemudian Februari ada yang tanam, dan Maret ada yang tanam," kata Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Bantul Joko Waluyo di Bantul, Jumat (12/1).

Joko Waluyo menegaskan, dengan memberlakukan sistem seperti itu, maka setiap bulan akan ada tanaman bawang merah yang panen. Meski tidak melimpah, ketersediaan panen komoditas tersebut selalu ada. Dengan demikian, harga juga tidak akan rendah. "Jadi setiap bulan ada tanaman, setiap bulan ada panenan, otomatis tidak ada gejolak, harapan kami untuk mencegah inflasi. Kalau selama ini masih bareng, sehingga kalau pas ambruk, ya ambruk bareng, kalau pas jaya, jaya bareng," katanya.

Dia mengatakan, sementara kalau tanaman bawang merah tidak bareng, atau setiap musim selalu ada tanaman dan panen, maka para petani bisa menikmati untung yang stabil, tidak terkadang harga murah, dan terkadang harga melonjak.

"Seperti kemarin saat panenan bawang merah di bulan September Agustus 2023 itu jeblok dengan harga yang sekitar Rp9.000 per kilogram, padahal modalnya sebesar Rp12 ribu per kilogram, karena saat itu tanaman banyak sekali, berapa ratus hektare," katanya.

Diakuinya, untuk menerapkan tanaman bawang merah setiap bulan ada, atau yang dikenal dengan  di luar musim memang terdapat kendala musim, namun hal itu bisa diantisipasi dengan beberapa langkah. "Misalnya kalau lahan pasir jelas itu pupuk pengaruh sekali terutama pupuk organik, yang kedua pengawasan penyakit harus lebih intens, terus penyiramannya dengan elektrifikasi, karena dengan elektrifikasi itu ternyata penyakit tidak gampang menyerang," katanya, dikutip dari Antara.

Gudang Besar
Terhadap keberadaan stok bawang merah dan kestabilan harga, PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) atau ID FOOD, Holding BUMN Pangan menyebutkan perlunya gudang penyimpanan berkapasitas besar .

Direktur Utama ID FOOD Frans Marganda Tambunan mengatakan rata-rata kendala yang dihadapi untuk komoditas bawang merah adalah rendahnya harga saat panen raya dan tingginya harga setelah sebulan panen. Gudang penyimpanan jelas dibutuhkan untuk mencegah kelangkaan dan kenaikan harga bawang.

"Harus ada pihak yang offtaker (pemasok) dan menyimpan bawang merah untuk dikeluarkan saat off season (bukan musim panen)," ujar Frans dalam keterangannya dikutip di Jakarta, Selasa.

Frans menyampaikan ID FOOD telah bekerja sama dengan beberapa pihak untuk membuat konsep agar bawang merah tetap terjaga pasokannya dan harga tetap stabil walau bukan musim panen. Dia mengutarakan, hasil panen raya bisa disimpan sebagian dalam gudang khusus dan didistribusikan ke daerah-daerah yang kekurangan bawang merah.

"Disimpan di control room storage. Kemudian dengan data yang kita dapat dari Bapanas (Badan Pangan Nasional), atau Bank Indonesia, nanti kita bisa mobilisasi bawang dari daerah surplus ke defisit," kata Frans.

Frans menyarankan agar setiap provinsi harus memiliki gudang hub untuk bisa saling mengisi kekosongan komoditas tertentu, sehingga pasokan dapat terus terjaga dan terjadi kestabilan harga.

Di saat sama, dia juga menyinggung soal komoditas bawang putih yang masih harus mengandalkan impor. Diakuinya, iklim di Indonesia cukup sulit untuk menanam bawang putih, walau di beberapa daerah telah berhasil melakukannya seperti Tegal, Temanggung dan Nusa Tenggara Barat.

Namun demikian, petani diharapkan tetap menanam bawang putih untuk mengurangi importasi. "Kalau bicara bawang putih, mungkin agak sulit kalau kita menghilangkan impor. Tapi paling tidak, kita punya tujuan mengurangi importasi," kata Frans.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar