10 November 2025
20:04 WIB
Pertamina Tegaskan Masih Bermitra Dengan Rosneft Untuk Kilang Tuban
Kemitraan Pertamina dengan Rosneft dalam pengembangan Kilang Tuban masih berlanjut, meski perusahaan Rusia tersebut dikenai sanksi oleh Amerika Serikat.
Penulis: Fin Harini
Ilustrasi. Petugas melintas di depan jaringan pipa minyak di kilang unit pengolahan (Refinery Unit) V, Balikpapan, Kalimantan Timur, Rabu (23/10/2019). Antara Foto/Yulius Satria Wijaya
JAKARTA - Direktur Utama Pertamina Simon Aloysius Mantiri menegaskan sejauh ini, Pertamina masih bermitra dengan perusahaan energi asal Rusia, Rosneft, untuk mengembangkan Kilang Tuban, meskipun terdapat sanksi dari Amerika Serikat.
“Sejauh ini masih dengan partner yang lama (Rosneft), ya,” ucap Simon ketika ditemui setelah melantik anggota komite Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (10/11), dilansir dari Antara.
Simon menyampaikan saat ini Pertamina sedang di tahap Final Investment Decision (FID) Kilang Tuban bersama Rosneft. Hasil dari FID tersebut nantinya akan menentukan apakah proyek Kilang Tuban memungkinkan untuk dilanjutkan atau terdapat rencana lainnya.
Ihwal kepastian kapan hasil FID akan diumumkan, Simon menyampaikan akan memberi perkembangan terbarunya pada Desember.
“Untuk FID, mungkin kami melihat awal Desember, ya. Kami akan update lagi nanti,” kata Simon.
Sebelumnya diberitakan, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyampaikan sedang melakukan pembahasan dengan Rosneft soal investasi proyek kilang minyak Tuban, Jawa Timur.
Nilai investasi proyek telah meningkat signifikan dari estimasi awal sebesar US$13,5 miliar menjadi sekitar US$23–24 miliar (sekitar Rp377 triliun). Kenaikan ini dipengaruhi oleh faktor desain, pembebasan lahan, serta penyesuaian terhadap dinamika geopolitik dan nilai tukar.
Sanksi AS
Pernyataan Simon selaras dengan pesan Bahlil kepada masyarakat agar tidak mengkhawatirkan sanksi Amerika Serikat (AS) terhadap Rusia, utamanya terkait dengan perusahaan minyak dan gas bumi (migas) Rusia yang berinvestasi di Indonesia.
Sanksi tersebut diumumkan pada Rabu (22/10) oleh Menteri Keuangan AS Scott Bessent. Ia mengumumkan sanksi terhadap Rosneft dan Lukoil, menyerukan "gencatan senjata segera," seraya menambahkan bahwa Gedung Putih siap mengambil tindakan lebih lanjut jika diperlukan.
Pada Rabu yang sama, Presiden AS Donald Trump mengonfirmasi bahwa dia telah membatalkan pertemuannya dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Hongaria, dengan alasan "rasanya tidak tepat bagi saya."
AS dan sekutunya telah memberlakukan beberapa putaran sanksi keuangan dan perdagangan terhadap Rusia sejak dimulainya konflik Rusia-Ukraina pada Februari 2022, menargetkan bank-bank, industri pertahanan, dan ekspor energi Rusia.
Kirill Dmitriev, utusan khusus Presiden Rusia Vladimir Putin untuk investasi dan kerja sama ekonomi, akan bertemu dengan Utusan Khusus Presiden AS Donald Trump untuk Timur Tengah Steve Witkoff pada Sabtu di Miami, Florida, media AS melaporkan.
Pertemuan ini terjadi beberapa hari setelah Trump membatalkan rencananya untuk bertemu Putin di Budapest, Hongaria, dan Departemen Keuangan AS mengumumkan sanksi terhadap Rosneft dan Lukoil, dua produsen minyak terbesar Rusia, dalam upaya untuk mendesak kesepakatan gencatan senjata di Ukraina.
Dmitriev mengatakan di platform X bahwa kunjungannya "telah direncanakan sejak lama berdasarkan undangan dari pihak AS."
Utusan Rusia menyatakan sanksi tersebut, yang pertama selama masa jabatan kedua Trump, tidak akan menjadi masalah besar bagi Rusia, tetapi menyebabkan kenaikan harga bensin di AS. Dia juga menegaskan kembali sikap Putin bahwa Rusia tidak akan pernah menyerah pada tekanan.