c

Selamat

Jumat, 26 April 2024

EKONOMI

14 Juni 2021

18:27 WIB

Pertamina Klaim Setor Rp126,7 Triliun Kepada Negara di 2020

Dalam laporan keuangan unaudited-nya, Pertamina mencatatkan laba Rp14 triliun pada akhir tahun lalu, setelah mengalami rugi Rp11 triliun pada Semester I 2020

Penulis: Zsasya Senorita

Editor: Faisal Rachman

Pertamina Klaim Setor Rp126,7 Triliun Kepada Negara di 2020
Pertamina Klaim Setor Rp126,7 Triliun Kepada Negara di 2020
Menteri ESDM Arifin Tasrif dan Dirut Pertamina Nicke Widyawati meninjau Terminal BBM Plumpang, Jakarta. Dok. Antara Foto

JAKARTA – Pertamina menyatakan, di tengah pandemi yang terjadi, masih bisa menyumbangkan pendapatan sebesar Rp126,7 triliun kepada Negara pada tahun buku 2020. Jumlah tersebut meliputi setoran pajak sebesar Rp92,7 triliun, dividen Rp8,5 triliun, dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sebesar Rp25,5 triliun.

“Jumlah tersebut (sumbangan kepada Negara.red) merupakan kontribusi pembayaran pajak-pajak tahun 2020 dan dividen dari Pertamina Grup hasil laba tahun buku 2019 yang telah dibayarkan tahun 2020,” jelas Pjs. Senior Vice President Corporate Communications & Investor Relations Pertamina Fajriyah Usman, Senin (14/6).

Menurutnya, tahun lalu juga merupakan masa yang cukup sulit bagi BUMN migas ini. Hantaman pandemi memang sempat mencatatkan rugi bagi perusahaan di semester I 2020.

Untungnya, dengan tantangan berat tahun 2020, kontribusi Pertamina terhadap Negara tetap tinggi, sekalipun belum setinggi dalam keadaan normal pada 2019 silam.

Sepanjang 2020, imbuh Fajriyah, Pertamina telah membayarkan dividen sebesar Rp8,5 triliun atau 23,8% dari total laba bersih. Jumlah ini naik dibanding dividen yang dibayarkan sepanjang tahun 2019 sebesar Rp8 triliun atau 22,1% dari laba bersih perseroan.

“Pertamina akan terus memberikan kontribusi yang nyata kepada keuangan Negara dan akan terus berperan aktif dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional,” tandasnya.


Seorang petugas melayani warga yang mengisi BBM di sebuah SPBU Pertamina. Dok. Antara Foto 

 

Efisiensi Biaya
Sebelumnya, Direktur Keuangan Pertamina Emma Sri Martini sempat memberi bocoran, jika Pertamina telah membukukan laba sekitar US$1 miliar atau Rp14 triliun sepanjang 2020, berdasarkan inhouse closing unaudited BUMN Migas tersebut.

Jumlah itu menunjukkan bahwa Pertamina berhasil membalikkan keadaan bisnis perseroan, dari sebelumnya mencatatkan rugi sekitar Rp11 triliun pada Semester I 2020, menjadi untung atau tumbuh positif pada akhir tahun. 

“Mudah-mudahan masih ada tambahan lagi atau upside (laba) karena audit masih belum selesai, baik oleh KAP atau BPK,” terang Emma pada rapat dengar pendapat dengan Komisi VII awal tahun ini.

Meski perolehan laba masih terhitung lebih kecil dari periode 2019 yang mencatatkan angka US$2,53 miliar, Emma menilai perolehan pada 2020 tetap cukup baik. Apalagi, jika dikaitkan dengan kondisi bisnis migas yang ikut terpukul pagebluk.

“Kalau lihat benchmark dengan IOC (International Oil Company.red) lain, dimana BP membukukan rugi Rp80 triliun, Exxon juga demikian ratusan triliun, Alhamdulillah kami dengan berbagai upaya sudah bisa menekan kerugian dan bahkan membukukan positif di akhir 2020,” ujar Emma.

Ia menyebutkan beberapa intervensi yang dilakukan Pertamina sebagai upaya membukukan laba tahun lalu. Di antaranya efisiensi biaya usaha, membuat prioritas capex, meningkatkan penjualan BBM, menerapkan marketing fee, dan menetapkan waktu terbaik untuk membeli minyak.

“Biaya usaha, operasional, dan BPP itu porsi terbesar sehingga kami bisa membukukan positif di bottom line. Dari capex, investasi yang semula kita anggarkan US$6,4 miliar, kami realisasikan di US$4,7 miliar. Ada beberapa yang memang kita lakukan prioritas ulang dan ada beberapa yang memang tidak terealisasi karena pandemi covid-19,” jelas Emma.

Hingga saat ini, Pertamina belum mempublikasikan laporan keuangannya untuk tahun buku 2020. Emma menjelaskan, kinerja keuangan secara detail belum bisa dipublikasikan karena masih under guideline US Security karena Pertamina baru issued global bond tahun lalu.

“Saat ini masih dalam proses settlement. Jadi kami belum boleh men-disclose tambahan informasi setelah September kemarin issued global bonds menggunakan buku September (Kuartal III). Jadi kuartal IV ini kami belum disclose lagi kepada investor sehingga tidak bisa menyampaikan secara publik terkait kinerja pada akhir 2020,” tandasnya. 


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar