c

Selamat

Selasa, 2 Juli 2024

EKONOMI

12 Desember 2022

09:21 WIB

Pertamina-IPB Kembangkan Biogas Mikroalga Di NTB

Potensi mikroalga sangat menjanjikan untuk digunakan sebagai agen dalam produksi biofuel di masa depan, karena memiliki kelebihan.

Editor: Fin Harini

Pertamina-IPB Kembangkan Biogas Mikroalga Di NTB
Pertamina-IPB Kembangkan Biogas Mikroalga Di NTB
Ilustrasi Mikroalga. Dok Envato

LOMBOK TIMUR - PT Pertamina (Persero) bersama Institut Pertanian Bogor (IPB) bersinergi mengembangkan biogas mikroalga di Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat. Kerja sama ini sebagai upaya percepatan peningkatan kontribusi energi baru dan terbarukan dalam bauran energi nasional.

"Peluncuran program biogas dengan mikroalga sudah dilakukan di Desa Bagek Payung, Kecamatan Suralaga, Lombok Timur," PJS Vice President Downstream Research Technology and Innovation PT Pertamina Persero Ismal Gamar, di Kabupaten Lombok Timur, Minggu (11/12), dilansir dari Antara.

Dia mengatakan, program tersebut juga melibatkan Surfactant and Bioenergy Research Center (SBRC), Pemerintah Provinsi NTB, dan Pemerintah Kabupaten Lombok Timur.

Ismal menjelaskan biogas makroalga merupakan hasil riset bersama antara Pertamina bersama IPB dan pemerintah daerah di NTB, untuk mengoptimalkan limbah-limbah nabati menjadi bahan bakar energi terbarukan.

"Dengan program biogas ini bisa bermanfaat bagi warga masyarakat, dan mudah-mudahan bisa menggugah warga masyarakat di sini, untuk lebih mengoptimalkan sumber daya alam yang mereka miliki," katanya.

Ismal menambahkan, Pertamina memiliki delapan inisiatif untuk mendorong transisi energi bersih dan ramah lingkungan. Delapan inisiatif tersebut dilakukan seiring dengan semakin besarnya tuntutan pemakaian energi rendah karbon di dunia.

Salah satu di antaranya, yaitu mengembangkan proyek biomasas menjadi biogas dan bioethanol di Sei Mangkei, Sumatra Utara. Proyek ini mengembangkan potensi besar mikroalga di perairan luas Indonesia, dan mampu memproduksi algae terbesar ke-3 di kawasan ekonomi Asia Pasifik.

Pertamina, lanjut Ismal, akan menjadikan mikroalga sebagai bahan untuk memproduksi biofuel. Pertamina telah berhasil mengembangkan fasilitas 5.000 liter microalga photobioreactor dan sedang berjalan untuk mencapai skala komersial budi daya dan produksi pada 2025.

Sebagai informasi, dilansir dari laman Unair, mikroalga merupakan mikroorganisme fotosintetik yang memanfaatkan karbondioksida dan sinar matahari untuk membentuk biomassa dan menghasilkan sekitar 50% oksigen di atmosfer.

Ada empat macam mikroalga, yaitu Bacillariophyceae (diatom), Chlorophyceae (ganggang hijau), Chrysophyceae, (ganggang emas) dan Cyanophyceae (ganggang biru).

Pada banyak negara, mikroalga telah dimanfaatkan untuk agen produksi biofuel, sebab mampu menghasilkan asam lemak dan karbohidrat yang tinggi. Melalui proses esterifikasi, asam lemak mikroalga dapat dikonversi menjadi biodiesel.

Potensi mikroalga sangat menjanjikan untuk digunakan sebagai agen dalam produksi biofuel di masa depan, karena memiliki kelebihan dalam pertumbuhannya, yaitu cepat, produktivitasnya tinggi, tidak memerlukan lahan yang luas dalam pembiakannya, dan dapat menggunakan air untuk nutrisi tumbuh. 

Di samping itu, penggunaan mikroalga sebagai sumber biodiesel juga tidak mengganggu pasokan pangan. Sebab, mikroalga tidak berkompetisi dengan bahan pangan.

Namun, diperlukan riset lebih lanjut dalam mengembangkan mikroalga menjadi biofuel. Hal ini dikemukakan Dwi Susilaningsih, peneliti Pusat Penelitian Bioteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dalam orasi pengukuhan profesor riset berjudul “Energi Generasi Tiga Berbasis Mikrob Fotosintetik dan Mikroalga Mendukung Solusi Krisis Energi Ramah Lingkungan.”

Menurutnya, hasil penelitian bio oil atau minyak dan bioavtur dari mikroalga didapatkan dari empat jenis mikroalga terseleksi yaitu chlorella, coelastrella, ankistrodesmus,   dan  nannochlorpsis.  

“Jenis mikroalga ini mempunyai  kandungan   minyak  lebih  dari  30% per  berat  kering   biomassanya. Produksi minyak terbukti belum ekonomis, masih mahal, dengan harga di atas Rp22 ribu per liter minyak mentah sehingga perlu dioptimasi lebih baik lagi,” ungkap Dwi (18/8/2020).

Sementara itu, Koordinator Unit Manajemen Program Kemitraan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) NTB, Lalu Adi Gunawan mengatakan program biogas mikroalga Pertamina tersebut sejalan dengan visi program Gubernur NTB terkait net zero emission yang difokuskan di desa mandiri energi dengan target 60%.

"Jadi terobosan seperti ini sangat dibutuhkan untuk meningkatkan bauran energi di desa, sudah 13% dan target kami dalam rencana pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD) sekitar 40% dan nanti akan ditingkatkan lagi sampai 60%," katanya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar